MOJOK.CO – Saya berharap keadilan akan memihak kepada Ravio Patra. Dan meski terlihat terlalu optimis, saya berharap negara akan melihat kebenaran yang murni, bukan kebenaran versi mereka.
Konon, Ravio Patra menghilang tiba-tiba. Terakhir, dia dikabarkan ditangkap polisi. Semua bermula dari Ravio Patra yang tidak bisa mengakses WhatsApp-nya.
Setiap kali mencoba membuka aplikasi tersebut, muncul tulisan “You’ve registered your number on another phone.” Singkatnya, WhatsApp Ravio aktif di hape lain.
Ketika melaporkan problemnya ke pihak Whatsapp, Head of Security Whatsapp mengonfirmasi bahwa benar terjadi usaha pembobolan. Pelaku pembobolan bisa mengakali nomor untuk masuk ke Whatsapp Ravio. Bisa diartikan kalau pelaku sudah membaca semua pesan di Whatsapp Ravio Patra.
Setelah dua jam, Ravio Patra berhasil mengakses Whatsapp miliknya. Sayangnya, selama dua jam tersebut, akun Whatsapp miliknya menyebarkan pesan provokasi ke banyak nomor. Ravio Patra dijebak. Seakan-akan dirinya menjadi dalang penjarahan.
Ravio mengambil semua langkah yang bisa diambil. Mematikan hape, mencabut baterai, mengumpulkan semua bukti yang menunjukkan bahwa bukan dia pelakunya. Dia pergi ke rumah aman, sesuai saran teman-temannya.
Dua belas jam kemudian, Ravio Patra ditangkap di rumah aman oleh intel polisi.
Berjarak tidak lama dari penangkapan, muncul artikel yang isinya menyudutkan Ravio Patra. Anehnya, artikel itu sudah naik sebelum penangkapan terjadi.
Kita mesti curiga terhadap ini semua. Sejak pembobolan Whatsapp, semuanya sudah berbau amis.
Mengabarkan via Twitter, @raviopatra menulis WhatsApp dia bermasalah. Minta tak ada yg kirim pesan. Dua hari terakhir aku tektokan dg Ravio untuk opini yg dia tulis. pic.twitter.com/Oeqz6wity1
— fahri salam (@fahrisalam) April 23, 2020
Besar kemungkinan semua sandiwara ini dibuat karena selama ini Ravio mengkritik negara. Tapi kritik yang dikemukakan Ravio selama ini berbasis data, semuanya bisa dipertanggungjawabkan. Kritikannya tidak muncul dari udara kosong, awang-awang yang muncul dari mimpi siang bolong.
Tapi kalau kritik berbasis data masih tetap diciduk, mintanya negara ini apa sih sakjane?
Kritik ravio selalu bernas dan berbasis data, penting untuk diskursus publik. Gua ngebacot di twitter cuma karena kebetulan kelebihan stok alkohol sama kuota internet https://t.co/mz55veYyOm
— Bhagavad Sambadha (@fullmoonfolks) April 23, 2020
Ditangkapnya Ravio juga menunjukkan satu hal, yaitu keamanan siber seperti omong kosong. Tidak ada yang masuk akal dari dibobolnya sebuah akun yang punya keamanan dua langkah plus sidik jari.
Jelas ini bukan perbuatan iseng. Pelakunya bukan orang sembarangan. Mereka sepatutnya punya “akses tidak terbatas”. Segala tindakan yang mengatasnamakan keamanan siber oleh negara menjadi pepesan kosong.
Jika nanti polisi mendakwa Ravio Patra sebagai dalang penjarahan, saya makin nggak paham sama penegakan hukum di negara ini. Kalau dituduh sebagai dalang penjarahan, kita semua sudah tahu kalau hape Ravio diretas. Ada yang menggunakan namanya untuk kejahatan.
Ini kan hal yang sederhana mudah untuk dipahami. Ya maaf kalau saya jadi makin curiga sama penegak hukum.
Kita harus mengepalkan tangan ke udara dan mendoakan yang terbaik untuk Ravio Patra. Saya berharap keadilan akan memihak kepada Ravio. Dan meski terlihat terlalu optimis, saya berharap negara akan melihat kebenaran yang murni, bukan kebenaran versi mereka.
BACA JUGA Logika Kartu Prakerja: Kalau Bisa Bayar, Kenapa Harus Gratis? dan tulisan menarik lainnya dari Rizky Prasetya.