MOJOK.CO – Ramalan kecocokan zodiak yang nggak logis itu nyatanya bisa nyambung ke keadaan yang sebenarnya, mylov. Waspadalah, waspadalah!
Suatu waktu, saya pernah datang ke sebuah konser yang mengundang Tulus sebagai pengisi acara. Di sana, untuk pertama kalinya, saya benar-benar mendengar dan menyimak lagu Labirin yang ia nyanyikan di atas panggung. Pada bait pertama, Tulus berdendang:
Kucari tahu tentangmu,
tanggal dan tahun lahirmu
Kupelajari rasi bintang,
menebak pribadimu
Sontak, ingatan saya melayang pada kolom ramalan zodiak yang dulu saya nanti-nantikan setiap kali majalah langganan datang di hari Senin. Di tiap zodiak, ada ramalan khusus soal asmara yang tak pernah lewat saya simak untuk menebak-nebak bakal seperti apa jalan cinta saya pada kakak kelas yang kayaknya bahkan nggak tahu saya hidup di dunia ini. Ada juga kolom kesukaan saya: kolom bertuliskan “Pasangan yang cocok untuk zodiak ini adalah…”
Ya, secara sederhana, saat itu, saya sukaaaa sekali menebak pribadi seseorang dan mencari tahu apakah zodiak saya dan dirinya direstui semesta lewat ramalan bintang setiap minggu di majalah anak perempuan yang baru pubertas.
Apa??? Nggak logis??? Saya nggak logis???
Iya juga, sih, tapi percaya deh: membaca ramalan kecocokan zodiak itu seru, tahu!!!!!11!!!!1!!!
Saya pernah memadu kasih (eaaaa~) dengan seseorang Aries. Hubungan kami berjalan mulus bertahun-tahun meski kadang suka berantem gara-gara saya memergoki dia nge-like foto artis perempuan di media sosial. Pokoknya, saya rasa kami berdua adalah relationship goals banget, lah!
Suatu hari, saya dan si Aries putus. Dunia pun terasa runtuh. Kenapa??? Kenapa harus putus??? Bukankah Taurus dan Aries itu klop: sama-sama berakhiran huruf S, yang merupakan simbol dari kata “sayang”???
Saya pun tersadar: saya belum membaca ramalan kecocokan zodiak yang dulu selalu jadi panutan!!!!!11!!!!1!!!
Usut punya usut, lewat ramalan di kolom zodiak majalah perempuan dewasa (mengikuti umur), saya baru tahu bahwa Taurus dan Aries tidak bisa bersatu karena Taurus memiliki sikap posesif yang tidak bisa ditolerir Aries—mengingatkan saya pada kegemaran saya melarangnya makan bakwan yang saya beli setiap sore karena, ya, karena itu kan punya saya, bukan punya dia!!!!!11!!!!1!
See? Ramalan kecocokan zodiak yang kamu sebut nggak logis itu nyatanya bisa nyambung ke keadaan yang sebenarnya. Dalam hitungan detik, saya jadi yakin bahwa saya memang harus putus dengan si Aries karena rasi bintang kami nggak cocok. Kalau dipaksakan, duh, nggak tahu deh bakal sehancur apa hati saya dan bakwan saya!
Apa??? Saya masih nggak logis??? Gara-gara ini cuma ramalan zodiak dan nggak harus saya teladani???
Baiklah, baiklah. Begini, saya juga pernah menjalin kisah asmara tanpa berusaha peduli ramalan zodiak. Setelah jungkir balik dunia Sisil, saya melanjutkan perjalanan cinta dengan seseorang berzodiak Gemini. Dan sungguh, saya menahan diri untuk tidak mengecek ramalan kecocokan zodiak, meski tangan dan mata saya sudah gatal setengah mati.
Tapi diam-diam, saya berpikir sendiri: kok seperti ada sesuatu yang mengganjal, ya??? Apakah ini gara-gara zodiak kami—Gemini dan Taurus—kalau disingkat jadi Gerus alias Rusak???
Mata saya menyerah. Pandangan saya kabur ke ramalan antara pasangan Gemini dan Taurus. Katanya, hubungan ini tak berhasil karena Taurus cenderung bersikap stabil, sementara Gemini suka bergerak spontan uhuy. Poin ini sontak mengingatkan saya pada kebiasaan saya memesan es teh di mana pun kami berada, sedangkan si Gemini selalu mengganti menu pilihannya: es durian, es buah, es teler, es siuman….
Hadeeeeeeh, kenapa ramalannya jelek terus, sih??? Terus Taurus itu sebenarnya cocok sama bintang apa??? Bintang kejora???
Sejak saat itu, saya ingin menghentikan kepercayaan saya pada ramalan kecocokan zodiak. Beberapa kali, saya menjalin hubungan dekat dengan orang-orang berzodiak berbeda, tapi tak sekalipun saya membuka kolom ramalan. Saya berusaha menanamkan nasihat dari teman-teman saya: yang membuat hubungan berhasil dan tidak berhasil bukanlah zodiak atau susunan bintang, tapi karakter dan sifat kepada satu sama lain. Eaaa~
Keteguhan hati ini saya pegang hingga berbulan-bulan kemudian. Saya ketawa-ketiwi mendengar lagu Labirin, menganggap lucu siapa saja yang masih kepikiran mencari tahu karakter seseorang lewat zodiak dan kecocokan ramalan bintang.
Suatu hari, seseorang datang dan mengajak saya makan malam bareng. Kami berbincang lama sekali dan dia berkata, “Kok kita nyambung, ya? Zodiak kamu apa, sih?” Lalu melanjutkan, “Oh, pantesan. Taurus kan elemennya Tanah. Aku juga. Cocok dong, kita.”
[!!!!!11!!!!1!!!]
“Sesama zodiak berelemen tanah, menurut ramalan, katanya sih berorientasi terhadap hasil dan suka berdiskusi di awal. Sisanya? Berjalan dengan gelora,” katanya lagi dengan mantap.
Astaga. Astaga. Astaga. Benar, kan, apa yang saya bilang di awal tulisan ini??? Ramalan kecocokan zodiak ternyata memang seru dibaca dan—kalau isinya positif—bisa bikin hati deg-deg-ser dan berdebar-debar!!!
“Tapi,” jawab saya, berusaha tetap elegan walau hati meledak-ledak, “daripada diramal, kayaknya lebih menarik dilamar.”
Si zodiak-berelemen-tanah di depan saya senyum-senyum. Saya diam-diam tak sabar ingin pulang dan mengecek ramalan kecocokan zodiak kami.