MOJOK.CO – Semakin dewasa, saya semakin melihat kesamaan kaum saya—perempuan—dengan Shinichi/Detektif Conan. Loh, loh, loh, apa maksudnya, ya???
Lebih dari 90-an komik Detektif Conan hingga hari ini sudah tersebar di toko buku. Penggemarnya bahkan sudah hafal kasus-kasus yang pernah ditangani Conan Edogawa—alias Shinichi Kudo yang badannya menyusut—mulai dari saat ia tinggal sendiri di sebelah rumah Profesor Agasa hingga tinggal bersama Ran dan Kogoro Mouri.
Kepandaian Conan menjadi primadona dalam serial ini (YAIYALAH!) disebabkan oleh aksinya yang selalu berhasil menguak kebenaran di setiap kasus yang terjadi. Hal-hal kecil yang luput diperhatikan polisi pun selalu bisa diterka dan dibuktikan oleh Conan. Bahkan kadang-kadang, Conan menanyakan sesuatu kepada terduga pelaku hanya untuk mengonfirmasi kebenaran yang sesungguhnya sudah dia ketahui.
Saya ulangi lagi: mengonfirmasi kebenaran yang sesungguhnya sudah dia ketahui. Terasa familiar?
Ya, benar, Saudara-saudara—itu adalah hal yang umum dilakukan perempuan-perempuan di seluruh dunia.
[!!!!!!11!!!!!111!!!!]
Sebagai penggemar Shinichi Kudo sejak zaman SD (tapi Shinichi-nya masih aja terjebak di badan anak SD selama bertahun-tahun), semakin dewasa saya semakin melihat kesamaan kaum saya—perempuan—dengan Shinichi/Conan. Bahkan, dengan kesamaan-kesamaan ini, saya merasa bangga juga. Kenapa bangga? Ya nggak papa, bangga aja gitu, daripada sedih-sedih, ya kan???
Jadi begini, Teman-teman sekalian, saya ingin memberi tahu dan mengingatkan pada kita semua bahwa perempuan-perempuan ternyata bisa jadi jauh lebih jago daripada Detektif Conan kalau dia mau, karena…
…perempuan bertindak dengan campuran perasaan dan (kadang-kadang) logika!!!
Pernah baca kasus di mana Conan menunjuk pelaku yang sebenarnya dengan sedikit drama? Di kasus-kasus macam ini, biasanya ia telah bekerja sama dengan polisi dan seorang terduga-pelaku-yang-sebenarnya-tidak-bersalah. Mula-mula, si terduga-pelaku-yang-sebenarnya-tidak-bersalah (mari kita sebut dengan istilah TPTB) akan disebut sebagai ‘pelaku sebenarnya’, lalu diringkus polisi. Setelah itu, semua orang membubarkan diri dari lokasi kejadian.
Beberapa saat kemudian, panel dalam komik memunculkan seseorang yang lain kembali ke lokasi kejadian, lalu membongkar rahasianya—entah itu membongkar tempat penyimpanan mayat korban, senjata, atau malah membersihkan bukti. Loh, loh, loh, siapakah orang yang lain ini???
Ternyata, tidak lain dan tidak bukan, orang ini adalah terduga-pelaku-yang-sebenarnya-bersalah, alias tersangka-sesungguhnya!!!
*JENG JENG JENG*
Biasanya, ketika si tersangka-sesungguhnya tengah melakukan kegiatan tersebut, polisi akan datang diam-diam, lengkap dengan narasi panjang yang telah disimpulkan lebih dulu oleh Conan. Cara penangkapan ini sengaja dilakukan karena polisi dan Conan memerlukan bukti yang hanya bisa dikeluarkan oleh tersangka-sesungguhnya di waktu-waktu tertentu.
Secara psikis, tersangka-sesungguhnya pun mulanya sudah merasa lega karena mengira dirinya telah terbebas dari ancaman polisi, padahal sebenarnya dirinya masih terus dipantau dan diawasi. Hih, mamam~
Kelakuan Conan yang penuh pertimbangan logika sekaligus psikis inilah yang jamak ditemui pula pada kebiasaan kaum perempuan. Sebagai contoh, mari kita ambil kasus permasalahan chatting antara perempuan dan laki-laki.
Jika kamu merasa chatting hanyalah kegiatan saling berkirim pesan, tidak demikian bagi perempuan, mylov—apalagi jika chatting dilakukan dengan mantan atau gebetan.
[!!!!!!11!!!!!111!!!!]
Dalam membalas pesan, perempuan bisa saja membalas dengan cepat maupun lambat. Kata orang, jika perempuan membalas pesan dengan cepat, itu artinya dia tertarik padamu, dan sebaliknya jika lambat. Padahal, FYI aja nih, simpulan itu nggak bener-bener amat, Beb.
Tak jarang, perempuan akan menerima pesan (“Hai, apa kabar? Sibuk apa sekarang?”) yang membuatnya harus bertapa tiga jam di kamar, pergi semedi ke atas gunung, piknik ke pantai, menangis dua ember penuh, update Instagram Story berwarna hitam dengan kutipan galau kecil-kecil, atau berkonsultasi dengan teman-teman perempuannya di grup geng zaman SD, SMP, SMA, sampai teman kuliah dan kerja. Buat apa? Ya buat mikirin mau bales apa, Maliiiihhh~
Sudah dipikir lama-lama dan merepotkan orang sekampung, bukan tidak mungkin jika kemudian perempuan hanya membalas pesan tadi dengan…
…supersingkat (“Hai. Baik.”)
Kenapa??? Kenapa harus seribet itu??? Apakah hal ini disebabkan oleh kedangkalan emosi perempuan???
O, tentu tidak, mylov. Justru, ini merupakan strategi cerdas perempuan untuk menahan emosinya demi melihat arah dan tujuan dari si pelaku pengiriman pesan.
[!!!!!!11!!!!!111!!!!]
Jika pesan tadi berasal dari mantan yang cuma mau bilang “I miss you”, perempuan jelas bakal dengan jago menangkal emosinya dengan berpikir jernih bahwa I miss you tidaklah berarti Ayo kita balikan. Pun demikian jika pesan tadi berasal dari gebetan yang mau ngajakin jalan: perempuan harus berpikir baik-baik untuk melihat apakah gebetan ini mengajaknya karena suka atau hanya karena kesepian—persis seperti Conan yang menganalisis segala aspek dengan detail dan tak luput satu titik pun. Pokoknya, harus jelas dan lengkap!
Kemampuan Conan mendapatkan background information dari terduga pelaku juga luar biasa. Ia bisa mengetahui seseorang merupakan atlet olahraga hanya karena melihat bekas merah di pahanya, ia juga bisa menebak seseorang merupakan dokter bedah hanya karena melihat bekas garis di ujung jarinya. Tanpa media sosial, Conan menjawab rahasia-rahasia terdalam seseorang. Mantap, Con!
Perempuan, di sisi lain, bakal menjelma serupa Conan saat dihadapkan pada posisi di mana ia harus mencari informasi lengkap tentang sesuatu!!!
Pernah ditanyai sesuatu oleh kekasih perempuanmu? Saran saya, kamu jujur saja, mylov. FYI, kadang-kadang, perempuan bertanya karena ia sudah tahu jawabannya, bukan karena ia tidak tahu jawabannya. Kalau kamu memilih menjawab dengan kebohongan dangkal yang nggak ngotak dan menjijikkan, yaaa siap-siap aja malu sendiri saat rahasia-rahasia busukmu terbongkar~
Pada kesempatan lain, perempuan bisa saja membutuhkan informasi khusus tentang seseorang, baik tentang kakak kelas yang ganteng nggak ketulungan, dosen galak yang membuat orang-orang bertanya apakah beliau sudah menikah atau belum, mantan pacarnya pacar yang katanya lebih cantik dan sukses, hingga tentang pacar sendiri yang kelihatannya sedang menyembunyikan rahasia.
Berbekal jempol, mata, telinga, mulut, kaki, pulsa, kuota, dan beberapa hal lainnya, bersiap-siaplah rahasiamu terbuka dengan lengkap berkat kelihaian perempuan mengorek-ngorek informasi dengan cepat dan mudah, persis seperti Conan yang ijik-ijik sudah mengetahui latar belakang terduga pelaku seluruhnya.
[!!!!!!11!!!!!111!!!!]
Saya akan menutup tulisan ini dengan sebuah petuah—silakan camkan ini baik-baik, Gaes-gaesku: jangan remehkan perempuan, bahkan saat ia tampak tidak tahu apa-apa. Bisa jadi, sesungguhnya ia sedang memegang kartu matimu, meski bisa juga sebenarnya ia…
…beneran nggak tahu apa-apa alias bodoamat sama situ. Hehe.