Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Penderitaan Karena Dikenal Algoritma Facebook Sebagai Orang yang Gemar Bersedekah

Ketika saya menyambangi halaman donasi yang tampil di beranda Facebook satu kali saja, maka Facebook melalui mekanisme yang dinamakan pixel tracking kemudian mengenali saya sebagai pribadi yang gemar bersedekah

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
29 Agustus 2021
A A
donasi facebook
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Lelaki tua dengan kaki kanan yang pincang itu hidup dalam keadaan yang sangat memilukan. Ia tidak punya anak dan istri, bapak,ibu, dan saudara-saudaranya sudah meninggal, ia hidup sendirian sebatang kara di gubuk reyot di tepi kampung. Makanan sehari-hari yang bisa ia makan bergantung pada perolehan kayu bakar yang ia cari di hutan lalu ia jual. Ketika kemudian ada iklan penggalangan donasi untuk membantu lelaki malang itu yang digalang oleh salah satu yayasan lewat di beranda Facebook saya, maka tak butuh waktu yang lama bagi saya untuk segera membukanya dan segera mentransfer sejumlah uang. Tentu saja saya berharap donasi yang saya berikan itu akan bermanfaat dan membantu kehidupan si lelaki tua.

Saya memang merasa ngeri ketika membayangkan seandainya saya berada di posisi lelaki tua itu. Pastilah saya sudah sangat depresi. Hidup sendirian, dengan kaki yang pincang, dalam gubuk yang hanya 2 x 3 meter, dengan makanan yang sangat terbatas, tanpa hiburan, dan dengan harapan hidup yang harus diecer setiap harinya.

Dengan membayangkan penderitaan itulah, saya merasa agak ringan untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk berdonasi.

Donasi tersebut berhasil menimbulkan semacam ketenangan dalam diri saya. Betapa sebagai manusia, saya, melalui uang yang saya donasikan, masih bisa bermanfaat bagi orang lain yang sedang kesusahan.

Hal tersebut, sepintas lalu memang memang terasa luhur dan menyenangkan. Sampai kemudian, algoritma Facebook itu bekerja.

Ketika saya menyambangi halaman donasi itu, maka Facebook melalui mekanisme yang dinamakan pixel tracking kemudian mengenali saya sebagai pribadi yang gemar bersedekah. Atribusi itulah yang kemudian ditawarkan kepada para pengiklan dari lembaga-lembaga penyalur bantuan yang memang menyasar akun dengan karakter-karakter gemar bersedekah seperti akun saya.

Maka, hanya butuh waktu beberapa jam untuk membuat beranda Facebook saya dipenuhi oleh iklan-iklan donasi untuk orang-orang dengan kondisi yang, bukan hanya nyaris sama menderitanya dengan si lelaki tua yang hidup sendiri di gubuk itu, namun juga yang lebih menderita dan memprihatinkan.

Timeline Facebook yang secara default setiap 3-5 postingan selalu diselipi oleh iklan itu menjadi penuh dengan visual yang memperlihatkan orang-orang dengan kondisi ekonomi tidak baik-baik saja.

Melalui beranda Facebook, saya mulai akrab dengan banyak orang-orang yang menderita. Melalui beranda itulah, saya berjumpa dengan seorang bayi yatim-piatu penderita hidrosefalus, bertemu dengan lelaki tanpa kaki yang harus berkeliling terminal menjajakan air mineral, bertemu dengan nenek pencari bunga kamboja yang belum tentu setiap hari bisa makan.

Beberapa kisah yang lain tak kalah memilukan, seorang penjual mainan yang berkeliling belasan kilo namun tak satu pun dagangannya laku. Atau seorang tunanetra penjual cemilan yang beberapa kali sering ditipu oleh orang yang mengaku ingin membeli dagangannya.

Setiap kali bertemu dengan kisah menyedihkan itu, hati saya sedih. Penderitaan yang mereka alami itu bahkan membuat saya, pada titik tertentu, “menggugat” kecil-kecilan kepada Tuhan. Kenapa mereka harus merasakan cobaan seberat itu?

Parade penderitaan itu lewat setiap hari. Dan orang-orang yang bernasib tak baik-baik saja itu nyaris selalu berhasil mengetuk hati saya untuk mendoakannya. Sebagian kecil dari mereka berhasil membuat saya mendonasikan sebagian uang saya.

Sekali lagi, tiap kali saya mendonasikan uang saya, maka terbit ketenangan dalam diri saya.

Kelak, ada semacam pergulatan keinginan dalam diri saya. Kalau saya tidak berdonasi, ada perasaan kejam dalam diri saya. Kok saya tega tidak berdonasi kepada mereka yang kehidupannya memilukan itu. Kok saya tega membiarkan mereka menjalani hidup menderitanya tanpa saya berbuat sesuatu.

Iklan

Namun di sisi yang lain, jika saya berdonasi, maka algoritma pixel tracking itu akan kembali bekerja dan terus mengenali saya sebagai seorang dermawan sehingga mereka akan terus menampilkan iklan-iklan yang berisi penggalangan donasi untuk orang-orang dengan penderitaan yang memilukan itu tadi.

Pada titik itulah persimpangan kebimbangan saya hadir.

Saya ingin berdonasi karena ada semacam harapan bahwa saya bisa turut mengurangi penderitaan yang dialami oleh orang lain. Namun yang terjadi, setiap kali saya berdonasi, saya justru semakin dijejali oleh penderitaan-penderitaan yang lain yang jumlahnya justru semakin banyak.

Saya sempat menceritakan kegelisahan ini kepada istri saya. Jawaban dia sungguh tak membantu saya.

“Wah, kalau aku beda, iklan Facebookku isinya cuma sepatu, celana batik, sama baju-baju lucu. Nggak pernah ada tuh iklan orang menderita.” Ujarnya.

Ah, tampaknya memang penderitaan memanglah cobaan yang sifatnya berkesinambungan.

Terakhir diperbarui pada 29 Agustus 2021 oleh

Tags: donasiFacebookpenderitaan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

download video facebook mojok.co
Kilas

Enggak Perlu Ribet! Ini 5 Cara Download Video Facebook Tanpa Aplikasi

21 Januari 2023
Para Pembersih Video Porno dan Kekerasan yang Ditumbalkan Demi Kita MOJOK.CO
Esai

Para Pembersih Video Porno dan Kekerasan yang Ditumbalkan Demi Kita

13 Desember 2022
donasi gempa cianjur mojok.co
Kilas

Dari Siswa Hingga Swasta, DIY Donasi Rp1,54 Miliar untuk Korban Gempa Cianjur

3 Desember 2022
pse kominfo mojok.co
Ekonomi

Facebook, Google, WhatsApp Terancam Diblokir, Pakar Singgung Kedaulatan Digital Bangsa

18 Juli 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.