Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kalau Orang Pintar Susah Dapat Pacar, Apakah Mereka Harus Pura-Pura Bego?

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
29 Oktober 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Siapa yang bilang orang pintar susah dapat pacar? Kalaupun susah, memangnya itu benar-benar karena kepintarannya? Yakin?

Entah sudah berapa kali kita mendengar ungkapan yang berkata bahwa orang pintar konon susah mendapatkan pasangan, baik pacar, suami, ataupun istri. Sebagai manusia yang memang bukan tergolong orang pintar (ingat, saya sudah ditolak UGM tiga kali), saya merasa cukup heran dengan pernyataan ini.

Apakah memang benar orang pintar susah dapat pacar? Lah kalau iya, apa kabar orang-orang kayak saya yang prestasinya paling mentok cuma di level “B aja”, dong???

Sebagai manusia-manusia yang berada di tingkat medium, perkara ‘orang pintar susah dapat pacar’ ini tentu menjadi keuntungan sekaligus kekurangan tersendiri. Kenapa keuntungan? Ya tentu saja karena pernyataan tersebut menunjukkan informasi bahwa saingan kita berkurang. Malah, yang berkurang pun saingan yang pinternya tuh amit-amit-pinter-banget pula!!! Woo-hoo!!!

Tapi, hal ini juga menawarkan kekurangannya tersendiri. Kadang-kadang, kita justru minder: kalau dia yang segitu pintarnya saja tampak cuek soal pacaran, kenapa kita harus terlihat sedih banget jadi jomlo? Jangan-jangan, kita ini bucin alias budak cinta??? (Hah, kita???!!!)

Kebenaran teori yang menyebutkan bahwa orang pintar susah dapat pacar ini—saya yakin—nggak 100% benar. Lagi pula, “pintar” di sini itu takarannya apa? Gelar akademik? FYI aja nih ya: temen saya yang udah lulus S-2 dan resmi jadi dosen, baru saja kemarin dipersunting pacarnya setelah mereka pacaran selama 2 tahun. Lah saya, dengan usia pacaran yang sama, malah harus patah hati padahal cuma bergelar Sarjana.

Lantas, dari mana anggapan orang pintar susah dapat pacar ini muncul? Apakah ini berarti semua orang yang sedang punya pacar sekarang adalah orang-orang yang tidak pintar???

Menanggapi teori ini, beberapa alasan pun secara random muncul, seolah-olah benar mendukung kepintaran seseorang menjadi hambatan untuk menemukan pasangan jiwa. Katanya, orang-orang pintar cenderung tidak memiliki pacar karena mereka ingin sukses dan mencapai titik tertinggi dalam pekerjaan. Hal ini berbeda dengan orang kebanyakan yang hanya berpikir soal asmara.

Loh, loh, loh, ha mbok pikir kita-kita yang bukan orang pintar dan cerdas ini juga nggak pengin po???

Please deh, kita ini juga udah sama-sama repot mengumpulkan berkas administrasi untuk daftar CPNS, siap-siapin mental untuk ikut tes wawancara di perusahaan swasta, salat tahajud demi kerja di BUMN—semuanya kami lakukan demi ambisi menjadi sukses dan gemilang dalam perkara karier. Lah kok bisa-bisanya yang dianggap berpikir soal kesuksesan cuma orang-orang yang pintar aja???

Alasan lain muncul kembali—katanya, orang pintar susah punya pacar karena mereka sadar betul bahwa berpacaran selalu memiliki risiko patah hati sehingga mereka enggan memulai hubungan karena belum siap dengan konsekuensi tersebut.

Alasan kedua ini menurut saya jauh lebih masuk akal dibanding alasan pertama. Lagi pula, “pintar” pada poin ini tidak terpatok pada urusan nilai di sekolah dan perkuliahan, melainkan lebih merujuk pada “pintar memahami diri sendiri”.

Artinya, seseorang bisa dikatakan pintar saat ia mengerti dirinya dengan baik. Jika dirasa ia belum siap pacaran karena belum mampu menghadapi (atau menciptakan) kemungkinan terburuk, ya mereka tidak akan memulai pacaran.

Hal ini jelas berbeda jika dibandingkan dengan segelintir orang di luar sana yang sebetulnya belum siap pacaran tapi nekat pacaran, padahal ujung-ujungnya dia cuma bisa mematahkan hati orang lain tanpa menggunakan otak dan perasaannya. Parah bats~

Iklan

Alasan berikutnya datang dengan bukti penelitian yang lebih akurat. Dari sebuah studi yang dilakukan di Inggris, ditemuilah simpulan bahwa beberapa orang tidak tertarik memiliki pasangan yang sangat cerdas karena dapat menimbulkan perasaan yang tidak aman.

[!!!!!!11!!!!1!!!]

Sampai di sini, mungkin kamu masih bisa mengernyitkan dahi. Beberapa orang dengan bangga merasa senang jika memiliki pasangan pintar, kok! begitu katamu dalam hati. Memang benar, tapi tunggu dulu—saya belum nulis dengan lengkap.

Konon, beberapa pria memang tidak ingin mencari wanita dengan tingkat kecerdasan di atas dirinya karena menimbulkan perasaan khawatir dan tidak aman, padahal pria cenderung tidak suka didominasi.

[!!!!!!11!!!!1!!!]

Hasil penelitian dengan teori gender ini agaknya diamini diam-diam oleh banyak orang, apalagi kita pun terbiasa dengan stereotipe pria yang ‘harusnya’ tampak lebih dominan dan hebat dibandingkan pasangannya. Tak jarang, cewek-cewek yang kuliah sampai S-2 malah diberi sindiran-sindiran tajam soal pernikahan yang kian jauh dari hidup mereka karena terlalu asyik mengejar ilmu.

Hih, ngapain sih mulutnya rempong???!!!

Heran saya: kenapa kita nggak mengubah cara pandang saja? Bagaimana kalau teman-teman yang masih jomlo padahal sudah menempuh ilmu hingga S-2 itu bukannya ‘susah dapat pacar karena terlalu mengerikan bagi lawan jenisnya’, melainkan karena mereka sedang menyeleksi ‘pelamar’ yang mungkin ada di hidupnya sebelumnya??? Hmm???

Kawan saya yang saya kisahkan di awal tulisan ini adalah perempuan dan ia merupakan lulusan S-2. Suaminya juga merupakan lulusan S-2 dan keduanya kini bekerja sebagai dosen. Bagi sebagian orang, hal ini tampak harmonis dan pantas. Tapi bagi saya, ini adalah ‘hadiah’ bagi kawan saya.

Karena dia rajin mengejar ilmu, dia dipertemukan dengan orang yang mampu mengapresiasi kegemarannya tersebut. Saat dia masih lulusan S-1, pintarnya pun tak kurang-kurang; yang mendekatinya pun banyak bukan kepalang. Tapi, setelah dia menempuh S-2, dia mendapat pekerjaan baru, lingkungan baru, dan petualangan baru. Keadaan inilah yang membawanya bertemu dengan suaminya, yang kala itu masih menyelesaikan studi S-2-nya (iya, teman saya yang perempuan lulus duluan dan itu bukan masalah).

Kalau masih belum puas, saya masih punya kisah yang lain: saya kenal baik dengan pria yang bahkan D-3 saja nggak selesai, tapi kini justru bahagia menjadi suami dari seorang dosen lulusan S-3. Pekerjaannya? Sopir mobil rental anak-anak SD.

Apakah sang istri selama ini harus pura-pura bego di hadapan suaminya, demi membuat sang suami tidak merasa tidak aman? Saya rasa tidak. Keduanya hanya saling menghargai dan mengapresiasi—itulah yang saya rasa menjadi kuncinya.

Jadi, saya rasa, saya patut-patut saja mempertanyakan teori ‘orang pintar susah dapat pacar’. Maksud saya—emang situ yakin situ nggak dapat pacar cuma karena situ pintar???

Yaaaaah, siapa tahu, situ cuma belum ketemu orang yang bisa mengapresiasi situ apa adanya aja.

Tenang, saya juga, kok. Huhu.

Terakhir diperbarui pada 29 Oktober 2018 oleh

Tags: jomloKapan Nikahorang pintar susah dapat pacarS-2single
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Karen’s Diner Sudah Sesuai Budaya Indonesia, Body Shaming Misalnya MOJOK.CO
Esai

Karen’s Diner Sudah Sesuai Budaya Indonesia, Body Shaming Misalnya

18 Desember 2022
Lebaran 2022: Menanti Ibu Bertanya Kapan Nikah MOJOK.CO
Esai

Lebaran 2022: Menanti Ibu Bertanya Kapan Nikah

3 Mei 2022
Kolom

Habib Kok Gitu? Udah Nggak Pakai Jubah, Malah Aktif YouTube-an Lagi

15 April 2021
Aturan No. 1 Kuliah di Luar Negeri: Jangan ke Australia kalo Bajet Ngepas
Esai

Aturan No. 1 Kuliah di Luar Negeri: Jangan ke Australia kalo Bajet Ngepas

1 Februari 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.