Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Nostalgia Permainan Abang Keliling Depan SD yang Ternyata Mendidik

Arief Noer Prayogi oleh Arief Noer Prayogi
2 Juli 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Mengenang permainan masa kecil yang dijajakan oleh abang-abang depan sekolah zaman SD. Ternyata permainan abang-abang ini juga mendidik kita sebagai anak-anak lho. Nggak percaya?

Guru sekolah tidak bisa kita jatuhi tanggung jawab untuk mendidik anak begitu saja. Hanya karena mentang-mentang sudah dibayar, bukan berarti semua tanggung jawab ada di guru. Tentu ada pihak-pihak lain yang mesti dilibatkan. Mulai dari orangtua yang menjadi sumber inspirasi anak di rumah, tetangga yang menjadi lahan bersosialisasi, sampai abang-abang di depan SD yang menjual aneka permainan.

Lho, kok bisa abang-abang pedagang di depan SD ikut bertanggung jawab? Ya iya dong, harus.

Jadi begini. Sebelum masuk era Tik Tok, anak SD jaman baheula mengandalkan abang-abang penjual jajanan sebagai pusat informasi tren yang sedang berkembang di daerah mereka. Baik dari tren jajanan yang lagi hype sampai tren mainan terbaru.

Beda kalau anak yang bapaknya jendral atau lurah. Biasanya sih anak yang begini sudah punya akses internet di rumahnya, atau minimal hapenya BB Gemini-lah, jadi anak yang begini bisa mengikuti portal diskusi mengenai mainan yang sedang tren di luar negeri sana. Ditambah karena bapaknya banyak uang, tamiya, tamagochi, dan kartu Yu-Gi-Oh! bisa mereka dapatkan dengan kualitas original.

Tapi bagi anak SD dengan kelas ekonomi menengah ke bawah, hanya abang-abang yang berjualan di depan sekolah saja yang dapat menyediakan barang tersebut dengan harga miring. Lalu di mana letak kontribusi pendidikannya untuk anak? Oke mari kita simak.

1. Tukang Cabutan

Kalau kalian ingat, abang-abang yang satu ini biasanya akan mulai nangkring di depan SD kita maksimal setengah jam sebelum masuk jam sekolah. Selanjutnya si abang akan mencari tepat terbaik untuk meletakan barang bawaannya, yaitu gumpalan tali yang terikat dengan berbagai macam mainan.

Permainan ini menawarkan hadiah yang menarik. Seperti pistol mainan, robot, Tamiya, sampai dengan grand price mainan Monopoli. Tapi ya itu kalau beruntung, kalau buntung ya paling-paling kita hanya akan menatap tali kosong, yang artinya, 500 rupiah kita akan leyap begitu saja.

Marah? Tentu, tapi yang namanya untung-untungan kan memang gak enak kalo kalah. Kalau kalah penasaran, kalo menang ya nagih.

Di tengah perkembangan zaman yang dituntut serba cepat, sebuah ketangkasan, dan kesabaran dalam merasakan kegagalan berkali-kali menjadi kemampuan yang wajib dimiliki. Untungnya tukang cabutan depan SD sudah menyediakan wadah untuk melatihnya. Jadi kalau sekarang kita merasakan gagal tes CPNS berkali-kali itu rasanya sudah biasa saja, bisa jadi ada andil juga dari permainan cabutan saat kita SD dulu.

2. Ayam berwarna

Penjual yang satu ini biasanya mulai hadir di depan SD ketika jam istirahat. Bukannya karena bangunnya kesiangan seperti anak jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) yang selalu begadang, bukan, tapi memang prime time si abang ada di jam istirahat dan pulang sekolah.

Ayam berwarna-warni pelangi dengan warna mencolok yang dihadirkan si abang akan menjadi godaan tersendiri. Seketika itu pula, orang tua yang menunggu sang anak pulang sekolah menjadi sasaran empuk rengekan anak-anaknya.

Dengan membeli ayam hasil mutasi genetis cat tekstil tersebut, para bocah ini harus menjaga sang ayam dengan memberi makan, minum, dan menjaga bulu anak-anak ayam itu. Dari hal ini, maka diharapkan akan muncul generasi muda yang dapat menjaga satwa kita di tengah pembasmian habitat satwa Indonesia. Luwar biyasa bukan?

3. Tukang tempelan

Nah kalau sebagian dari kalian masih bingung apa yang dimaksud dengan tempelan ini, akan saya jelaskan sedikit.

Iklan

Secara sederhana, si abang penjual mainan akan menjual buku berisi banyak kolom kosong. Di bawah kolom tersebut sudah tertera nama karakter yang menjadi tema dari buku itu. Temanya sih bisa apa saja, tergantung topik yang sedang hangat di dalam dunia anak-anak saat itu. Entah digimon, beyblade, atau edisi sepak bola kalau sedang ramai event bola seperti Piala Dunia.

Nah, tugas kita adalah melengkapi kolom tersebut dengan tempelan yang sudah disediakan oleh si abang. Tidak gratis tentunya, harus bayar 500 rupiah untuk mendapat tiga tempelan. Kalau tempelan kita sudah komplet, maka hadiah dari si abang akan menanti. Sama seperti tukang cabutan, hadiahnya cukup keren-keren dan bikin ngiler anak SD.

Terlihat mudah? Siapa bilang.

Dari sekian banyak tempelan yang tersedia, biasanya akan ada satu sampai lima kolom yang masuk kategori langka, jika sudah begini berbagai ide kreatif menjadi langkah jitu dan di sinilah letak pendidikannya.

Para bocah-bocah yang biasanya saling ledek nama bapak ini akan saling bekerja sama melengkapi bukunya masing-masing. Ada yang saling tukar tempelan antar teman, bekerja sama dengan adik yang menyebabkan hadiahnya harus dibagi dua, atau bagi mereka yang mempunyai jiwa entrepreneur sejak kecil, gambar langka yang sudah mereka dapatkan namun kebetulan dapat lagi, akan dilelang dengan harga yang lebih tinggi ke teman-temannya. Benar-benar sukses melatih jiwa-jiwa kapitalis anak-anak.

Maka pendidikan dari tukang mainan mana yang kamu dustakan coba?

Terakhir diperbarui pada 2 Juli 2018 oleh

Tags: ayam berwarnaCpnsdkvmainanmonopolipermainanpistolprime timerobotSDtamiya
Arief Noer Prayogi

Arief Noer Prayogi

Artikel Terkait

Film animasi Merah Putih: One for All menyelamatkan asa mahasiswa Jurusan DKV. MOJOK.CO
Kampus

Sengsaranya Mahasiswa Jurusan DKV: Insecure karena Tak Bisa Gambar, Kini Lebih Percaya Diri Berkat Satu Hal

21 Agustus 2025
Pertama kali kerja jadi PNS. MOJOK.CO
Ragam

Hari Pertama Kerja Jadi PNS Bukannya Bahagia, Malah Dikasih Tugas “Ngawur” Sama Atasan tapi Cuman Bisa Manut Sambil Tersenyum

24 Juni 2025
Kisah mahasiswa abada UNY dan jadi CPNS. MOJOK.CO
Kampus

Kisah “Mahasiswa Abadi” di UNY Nyaris Kena DO hingga Beasiswa Dicabut, Kini Buktikan Bisa Lolos CPNS usai Wisuda

27 Mei 2025
Penyebab 1.976 CPNS Mengundurkan Diri setelah Lulus Seleksi MOJOK.CO
Esai

Menelisik Lebih Tuntas Alasan 1.967 CPNS Mengundurkan Diri: Antara Harapan, Realita, dan Pilihan Hidup

30 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.