MOJOK.CO – Orang yang gemar beli dari pabrikan Toyota dan Honda terus menerus mungkin pernah goyah dengan ketampanan Mitsubishi Xpander yang sulit ditolak.
Awalnya saya kira Mitsubishi Xpander adalah mobil keren dengan harga sekelas Pajero cum Fortuner. Melihatnya sekilas di lampu merah bikin saya setengah yakin akan kesesatan itu. Maklum, sirkel pertemanan cewek-cewek memang jarang membahas soal otomotif. Dasarnya saya juga nggak terlalu sering ngulik soal mobil. Jadilah saya berkutat pada pemahaman bahwa Xpander adalah salah satu mobil sangar. Boro-boro cari tahu apakah ini mobil medium atau low MPV, yang saya tahu, saya belum cukup tabungan buat menggandengnya berangkat ek kantor Mojok.
Mobil dengan bodi tegas yang kelihatan garang itu memang sekilas terlihat begitu keren di jalanan. Saya tidak percaya ketika ayah saya bilang, “Masih mending Innova.” Sebab, saya paham betul ayah saya itu loyalis Toyota garis keras nggak mau pindah pabrikan. Salah satu PR besar blio dalam hidup adalah punya mobil Innova dan setelah hal itu terwujud, blio nggak pernah lagi rewel ina-inu soal mobil baru.
Sebetulnya saya langsung cengo begitu mengetahui bahwa Mitsubishi Xpander adalah LMPV (Low Multipurpose Vehicle). Seketika langsung mudeng bahwa ayah saya ketika itu nggak bohong. Ya, Xpander memang bukan kelasnya Innova sih, lebih mashok bila by one dengan Avanza dan Xenia. Apalagi membandingkannya dengan Pajero di kelas SUV, wah bisa diketawain abang-abang. Sekali waktu saya juga pernah menyimak diskusi di Quora seputar mobil ini. Menurut saya diskusinya cukup gayeng dan layak diceritakan kembali.
Seorang netizen bertanya tentang lebih baik mana antara Kijang Innova dan Mitsubishi Xpander. Jawaban yang dia dapat hampir seragam, banyak bilang dua mobil itu tidak apple to apple untuk dibandingkan. Innova jelas lebih unggul sebab ia medium MPV. Tapi, yang menarik dari diskusi ini justru karena pertanyaan yang dilontarkan.
Pertanyaan tersebut menyiratkan bahwa orang awam yang nggak ngulik-ngulik amat soal mobil memang menilai Xpander lebih unggul dari kelasnya sendiri. Seolah-olah mobil ganteng ini tidak berada pada level Avanza, Xenia, dan Ertiga. Kecuali Xpander Cross yang sudah digabungkan dengan keunggulan SUV sih. Kalau yang itu, jelas harus dibedakan. Masalahya untuk spesifikasi dan review khusus fitur-fitur si ganteng, apalagi Xpander Facelifting yang baru, nggak akan saya bahas terlalu dalam deh. Takut dikira salah rubrik Otomojok nanti.
Nah kalau ngomongin soal bodi, si ganteng ini memang kacau banget. Sekilas ,penampilannya itu seperti hendak menantang Pajero. Bahkan menurut saya pribadi, desain belakangnya lebih baik ketimbang “wajah menangis” Pajero yang sering jadi bahan ejekan itu.
Pantas saja jika Mitsubishi Xpander dianggap sebagai game changer, bikin gebrakan di kelasnya sendiri, dan terhitung laris manis di Indonesia. Walau saya tahu yang paling laris tetap Avanza, tapi di antaranya pasti pernah mempertimbangkan untuk beli si ganteng. Redaktur Mojok sekaligus rekan saya, Ahmad Khadafi, juga mengiyakan hal ini. Blio termasuk salah satu orang yang memimpikan Xpander dan rela hijrah dari Nissan menuju Mitsubishi. Tak amini wae, Mas.
Saya yakin betul bukan cuma Mas Dafi, banyak orang lain yang punya mimpi sama dan rela pindah ke lain pabrikan. Ayah saya yang loyalis Toyota itu kalau dirayu-rayu sedikit pasti mau juga, asal duitnya ready. Sejauh ini, blio yang agak picky saat beli mobil tidak pernah sekalipun ngomongin jelek-jeleknya Mitsubishi Xpander. Ah, sayangnya saya tidak mungkin bisa memisahkan pertalian kasih blio dengan Innova.
Selain bikin orang rela pindah pabrikan, Xpander sebetulnya jadi mobil yang ideal untuk bikin “panas” tetangga. Kehadiran mobil ini di garasi rumah Anda dijamin lebih kelihatan spesial dibanding Avanza atau Xenia yang nangkring. Tetangga yang kepo bisa jadi mengira Anda pelihara babi ngepet karena berhasil beli mobil “mevvah”. Padahal ya cuma LMPV.
Terlepas dari prioritas dan kenyamanan tiap orang, Avanza dan Xenia memang terasa jadi biasa karena terlalu banyak yang punya. Belum lagi keduanya sering jadi mobil standar taksi online, ah, semakin dicap pasaran pula. Jika Anda tak memiliki sedikit pun gengsi untuk memamerkan mobil, Avanza dan Xenia mungkin tetap pilihan utama karena punya nilai fungsi tak kalah ciamik sebagai LMPV. Ketika terjadi sesuatu pada mobil, nggak repot karena banyak “tandemnya”. Sayangnya, kalau urusan ganteng-gantengan, Mitsubishi Xpander tetap menang. Desainnya minim lengkungan tampak sangar, keunggulan kabin senyap, dan punya potensi dikira SUV. Begitulah privilege good looking.
BACA JUGA Review Mitsubishi Xpander, Penggilas Toyota Avanza di GIIAS 2017 dan artikel lainnya di POJOKAN.