MOJOK.CO – Kenapa kita ikut malu ketika orang lain melakukan atau mengalami sesuatu yang memalukan?
Beberapa hari lalu saya melihat video anak cowok SMP nembak cewek seusianya di dalam kelas, di depan teman-teman mereka. Proses menembak itu terlihat sangat serius. Tak tanggung-tanggung, si cowok mengeluarkan sebuah kotak berisi cincin untuk memperlihatkan keseriusannya. Di akhir video ia juga mencium kening dan memeluk si cewek setelah mendapat anggukan dari si cewek atas permintaannya.
Dalam video berkualitas burek tersebut, terlihat teman-teman mereka di dalam kelas dengan seru dan penuh semangat meneriaki mereka. Mungkin teriakan ini sebagai wujud perasaan turut berbahagia. Akan tetapi, bukannya ikut merasa bahagia karena “lamaran” si cowok diterima, saya justru merasa…
…iyuuuhhhh.
Saya malu sendiri dengan tingkah mereka.
Mungkin di pikiran mereka, menembak cewek dengan cara semacam itu sungguh sangat wow dan keberaniannya layak diapresiasi. Bukankah jarang, ada anak SMP yang se-se-ri-us itu nembak calon pacarnya? Bahkan rela bawain cincin lagi! Itu kan unik banget untuk anak seusia mereka, ya.
Tapi, pernyataan cinta di publik itu bikin saya merasa risih dan malu. Saya nggak tahu kenapa saya bisa merasa begitu. Dipikir-pikir, ngapain saya yang cuma nonton merasa malu? Wong yang ngelakuin aja nggak ada malu-malunya.
Perasaan ini tidak hanya muncul sekali. Misalnya saja saat melihat video “Alasan Kita Selesai”. Dalam video tersebut, ada sepasang mantan kekasih yang menceritakan tentang kronologis drama percintaan mereka. Detail masalah pribadi itu mereka ceritakan dengan blak-blakan. Dunia memang harus tahu keadaan yang sebenarnya. Lantaran video ini ramai dibicarakan, saya jadi pengin ikutan nonton juga.
Hasilnya sama. Bukannya bersimpati dengan problematika keduanya, saya malu dan geli. Apalagi ketika si cowok berekspresi seolah menjadi manusia paling kasihan sedunia. Perasaan semacam ini pernah muncul dalam keseharian Anda-anda sekalian juga?
Psikolog Universitas Lübeck, Jerman bernama Frieder Paulus dan Sören Krach pernah meneliti soal ini, saya kutip dari Quartz. Keduanya melakukan survei dan studi fMRI (functional magnetic resonance imaging) yang kemudian menunjukkan, saat responden ditunjukkan peristiwa-peristiwa ketika orang lain melakukan kesalahan atau mengalami hal memalukan, mereka juga akan merasakan semacam rasa sakit sosial (social pain).
Perasaan ikut malu atas perilaku orang lain yang memalukan terjadi karena kita berempati atas hal yang terjadi pada mereka. Empati adalah sikap yang manusiawi. Jadi, merasa malu melihat perilaku orang lain yang telah melanggar norma sosial, itu wajar. Kecuali, kalau kita ini termasuk manusia nggak punya perasaan dan terlalu sering bodo amat dengan segala yang terjadi di sekitar.
Baca Juga Kiat Atasi Malu Saat Salah Menyapa Orang, Dikira Teman Ternyata Bukan