Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Mencoba Melacak Stereotip Nama Kevin untuk Keturunan Tionghoa di Indonesia

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
12 Juli 2021
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Dari mana nama Kevin jadi begitu kental untuk dilekatkan ke saudara-saudara kita beretnis Tionghoa di Indonesia?

“Kenapa nama Kevin selalu stereotipnya ke orang Tionghoa ya?” tanya seorang teman.

“Nggak juga, kucingnya Redpel Mojok, namanya juga Kevin,” kata teman yang lain.

“Itu beda lagi, Morooon,” kata penanya yang pertama.

Melihat dialog itu di pesan grup WhatsApp, dalam bayangan saya tiba-tiba muncul stigma atau stereotip orang yang bernama Kevin. Bayangan yang muncul adalah wajah rupawan, badan bagus, kulit putih, kaya, dan pintar.

Saya penasaran, dari mana stereotip itu muncul di kepala saya. Sejauh hal yang bisa saya lacak, nama Kevin itu belakangan ini sering merujuk ke pemain ganda putra terbaik dunia yang dimiliki Indonesia: Kevin Sanjaya Sukamuljo. Olahragawan Indonesia dengan tampang rupawan.

Stereotip ini agak anehnya sebenarnya, sebab menurut riwayatnya (kamu bisa baca di sini), nama Kevin itu tidak datang dari tanah Tionghoa, tapi justru dari bahasa Irlandia kuno.

Nama itu dipercaya menjadi populer karena dipakai oleh nama Santo Kevin pada abad ke-6. Santo Kevin sendiri merupakan pendiri biara Glendalough di Kerajaan Leinster, Irlandia, dan merupakan salah satu bagian dari Keuskupan Agung Dublin. Dalam bahasa Irlandia kuno, nama Kevin diartikan sebagai seseorang yang terlahir sempurna.

Nama Kevin tambah dikenal di era modern setelah film Death of a Salesman populer di Barat, dengan aktor yang kebetulan bernama Kevin McCarthy. Nama ini pun lantas menjadi nama yang jamak dipakai untuk orang-orang Barat pada era itu.

Perubahan nama dari yang tadinya nama Tionghoa ke nama yang lebih kebarat-baratan bagi mereka yang keturunan Tionghoa di Indonesia sebenarnya bisa dilacak dari masa Orde Baru, di mana terjadi diskriminasi bertahun-tahun pada mereka.

Saat itu, perubahan belum memakai nama-nama Barat, melainkan nama-nama Jawa. Pemaksaan asimilasi ini memang terjadi secara kultural pada era-era itu. Ada rasa traumatik yang mendalam terhadap diskriminasi yang diterima sehingga membuat banyak masyarakat keturunan Tionghoa menyembunyikan identitasnya dengan memakai nama-nama Jawa.

Nama-nama seperti Sudono Salim, Bambang Hartono, Susi Susanti, sampai Basuki Tjahaja Purnama, merupakan beberapa contoh nama yang terpengaruh atas rasa traumatik komunal tersebut.

Meski tidak ada aturan khusus untuk memaksa perubahan nama, tapi Indonesia saat Presiden Soeharto sangat dikenal dengan kebijakan jawanisasi di mana-mana, jadi ya wajar kalau banyak masyarakat etnis Tionghoa yang mengubah namanya jadi nama Jawa.

Namun, nama-nama itu lantas mengalami perubahan pada era 1980-an sampai 1990-an, terutama ketika Orde Baru tumbang pada 1998. Tren menamai anak jadi lebih ke barat-baratan.

Iklan

Hal ini sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu oleh untuk mereka yang di luar negeri. Interaksi dengan kebudayaan Barat berpengaruh besar perubahan nama itu. Seperti aktor atau artis Hollywood legendaris seperti Bruce Lee, Jacky Chan, Jet Li, sampai Michael Yeoh.

Dalam penelitian “Pola Nama Masyarakat Keturunan Tionghoa” yang disusun oleh Suharyo terbitan Universitas Diponegoro, di sana disebutkan bahwa etnis Tionghoa di Indonesia semakin sedikit yang memakai nama Indonesia (atau Jawa) dan mengubahnya menjadi kebarat-baratan karena beberapa hal.

Ada beberapa hal yang diungkap dari penelitian tersebut.

(1) Nama Indonesia terkesan umum, sudah kelewat sering dipakai; (2) Nama-nama Barat lebih bergengsi; (3) Mengikuti tren global; (4) Keterbatasan pemahaman mendalam soal kosa kata dalam bahasa Indonesia (atau Jawa), sehingga dikhawatirkan tidak mampu mengungkapkan makna yang diinginkan oleh pihak keluarga.

Perubahan dari nama Jawa ke nama kebarat-baratan ini juga semakin dipengaruhi karena TVRI sudah tidak lagi memonopoli pertelevisian di Indonesia pada tahun 1989.

Bermunculannya stasiun televisi swasta membuat referensi nama-nama asing jadi masuk ke Indonesia, karena stasiun itu juga membawa nama-nama Barat jadi makin familiar di telinga-telinga orang Indonesia.

Ya maklum, TVRI kan dulu isinya kebanyakan berisi mengenai prestasi-prestasi pemerintahan Orba dan hiburan tanah air aja. Kehadiran tayangan-tayangan film dari Barat ini setidaknya juga ikut berpengaruh.

Nah, sejak stasiun swasta lahir itu, nama-nama seperti Kevin, Diana, Jackson, Michael, jadi populer. Sebelumnya, nama-nama itu bukannya tidak dikenal, tapi akses pengetahuan soal nama-nama itu hanya dimiliki terbatas oleh orang-orang kaya saja di Indonesia (karena rekanan dengan patner luar negeri, berlibur ke luar negeri, dan sebagainya).

Nama Kevin baru menjadi sangat populer lintas strata sosial ketika film Home Alone (1990) muncul. Film ini juga sempat ditayangkan di RCTI pada era 1990-an awal. Bahkan di hampir tiap natal, film itu diputar berkali-kali dan jadi tontonan yang udah mirip foklor untuk keluarga muda era 1990-an.

Secara kebetulan, karakter yang diperankan sebagai anak kecil yang ditinggal sendirian di rumah melawan perampok yang menyantroni rumahnya itu bernama: Kevin McCallister.

Dari sana, makin kuat dugaannya kalau nama Kevin kemudian jadi makin familiar di telinga orang-orang Indonesia, sehingga makin jadi referensi untuk nama-nama anak di periode-periode tersebut.

Meski begitu, kalau kita beneran mau melacak, sebenarnya tidak hanya mereka yang beretnis Tionghoa yang memakai nama Kevin. Ada sih, seperti Kevin Sanjaya (lahir 1995) atau blogger Kevin Anggara (lahir 1997), tapi ada juga Kevin Aprilio (lahir 1990), Kevin Hillers (1990), Kevin Julio (1993).

Mereka beberapa orang terkenal yang lahir di era 1990-an, yang sebenarnya tidak semuanya beretnis Tionghoa. Cuma satu aja kesamaan semua Kevin di sana, yakni: tidak miskin.


BACA JUGA Stereotip Nggak Perlu yang Dilekatkan pada Orang Bercadar dan tulisan POJOKAN lainnya.

Terakhir diperbarui pada 12 Juli 2021 oleh

Tags: kevinkevin juliokevin sanjayarctitvri
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

iklan rcti oke.MOJOK.CO
Ragam

Kisah Syuting Iklan “RCTI Oke” Pakai Helikopter hingga Bangun Rumah, Hasilnya Terkenang Puluhan Tahun

27 Februari 2024
Marcus Gideon/Kevin Sanjaya Juara Ganda Putra, Kado untuk Herry IP
Kilas

Kevin Sanjaya/Marcus Gideon Susul Preveen/Melati Menang di Laga Pertama Olimpiade Tokyo 2020

24 Juli 2021
mahfud md
Pojokan

Baru Nonton ‘Ikatan Cinta’ Aja Udah Protes, Mahfud MD Belum Pernah Lihat Sinetron Lainnya Sih

16 Juli 2021
Euro 2020 dan Rasa Dahaga Akan Komentator Berkualitas, Spaces Twitter Memberi Kelegaan MOJOK.CO
Balbalan

Euro 2020 dan Rasa Dahaga Akan Komentator Berkualitas, Spaces Twitter Memberi Kelegaan

10 Juni 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.