Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Memakai Masker Membantu Saya Menyembunyikan Ekspresi Tertawa Basa-basi

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
28 September 2020
A A
masker
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Tertawa adalah hal yang menyenangkan, namun memaksakan tawa adalah hal yang menyusahkan. 

Tentu saja ada banyak hal yang saya benci dari hadirnya pandemi corona yang laknatnya ngaudubillah setan ini. Setidaknya, ada banyak hal pada diri saya yang terganggu karenanya.

Saya tak bisa menonton konser yang biasanya selalu sukses men-charge energi saya. Saya tidak bisa menonton film-film ciamik di bioskop yang tentu saja beda sensasinya kalau harus saya tonton di laptop. Saya tidak bisa bebas bepergian ke luar kota tanpa harus ikut rapid test dan tetek bengek lainnya. Dan yang paling penting, saya tidak bisa mengisi kelas atau diskusi offline yang selama ini honornya cukup bisa saya andalkan untuk mengisi kantong saya yang sekarang lebih banyak kempesnya.

Tak cukup di situ, pandemi corona pun memunculkan banyak sekali kepayahan. Yang paling terasa bagi saya tentu saja adalah memakai masker.

Sedari dulu, saya hampir tak pernah punya kebiasaan memakai masker. Semua pekerjaan yang pernah saya jalani tak ada yang mewajibkan memakai masker. Maka, ketika keharusan memakai masker itu datang, tentu saja itu membuat saya harus menyisihkan daya dan upaya yang tidak kecil.

Selain pengap, memakai masker juga menyusahkan saya untuk berbicara. Telinga saya juga sering sakit karena karet pengaitnya kadang terlalu kencang. Susah sekali untuk mendapatkan masker yang tingkat kekencangannya pas. Yang sering saya dapatkan adalah tali karetnya terlalu kencang, atau malah terlalu longgar. Yang pertama membuat telinga sakit, sedangkan yang kedua sering bikin susah sebab masker menjadi sering melorot.

Lebih dari itu, masker juga selalu membuat kaca mata saya berembun. Maklum saja, kaca mata saya adalah kaca mata murah yang tidak anti embun.

Dengan segala kepayahan itu, saya kerap setengah hati memakai masker. Kalau bukan karena bayangan ketakutan saya bakal kepergok orang saat nggak pakai masker lalu ada yang iseng motret dan menguploadnya di sosial media, niscaya saya mungkin malas memakai masker.

Boleh dibilang, alasan saya memakai masker itu terdiri dari 30 persen takut kena corona, dan 70 persen takut kena maki netizen karena kepergok nggak pakai masker.

Namun namanya juga hidup, selalu ada hikmah di balik segala kesusahan yang ada.

Kelak, memakai masker pada akhirnya memberikan sesuatu yang baik buat saya. Bukan alasan kesehatan memang, namun karena alasan lain yang menurut saya sangat aneh.

Baru belakangan ini saya sadari kalau memakai masker ternyata sangat membantu saya untuk menyembunyikan ekspresi wajah saya, utamanya untuk menyembunyikan ekspresi tertawa palsu alias tertawa basa-basi.

Sungguh, inilah fungsi terbesar masker (selain mencegah penyebaran corona, tentu saja) bagi diri saya yang sampai saat ini benar-benar saya amini.

Saya adalah orang yang merasa punya selera humor yang baik. Saya mudah tertawa. Namun, tak mudah bagi saya untuk memalsukan tawa.

Iklan

Tentu saja ini adalah hal yang menyusahkan bagi saya. Dalam lingkungan pergaulan saya, saya kerap sekali bertemu dengan orang-orang yang mau tak mau membuat saya untuk memalsukan tawa saya.

Bayangkan, kalau Anda bertemu seseorang, lalu ia mencoba untuk mencairkan suasana, mencoba membangun kemistri yang baik, lantas mencoba melontarkan guyonan yang sialnya Anda bahkan tak bisa menemukan di mana letak lucunya. Apa yang akan Anda lakukan? Saya yakin, Anda akan melalukan apa yang juga saya lakukan: menghargai niat baiknya dengan cara tertawa basa-basi.

Nah, di posisi inilah manfaat masker benar-benar saya rasakan.

Saya tentu saja tak bisa menghindarkan diri untuk bertemu dengan orang yang bahkan menganggap guyonan “Bersatu kita teguh bercerai kawin lagi” atau “Maju perut pantat mundur” masih sangat lucu.

Tipikal orang yang kalau memberikan tebak-tebakan maka ia tak punya referensi lain selain tebak-tebakan yang ada di balik tutup botol Fanta seperti “Lele, lele apa yang ada di pinggir jalan? Lelepon umum”.

Atau tipikal orang yang ketika saya memperkenalkan nama saya: Agus, niscaya ia akan membalas dengan jawaban “Agus? Pasti Agak gundul sedikit!”

Bayangkan, bertemu dengan orang seperti itu. Bertemu dengan orang yang guyonan-guyonannya adalah guyonan jaman Jayakatwang. Guyonan yang seharusnya sudah punah sejak jaman kerajaan Mataram Islam.

Kalau bertemu dengan pribadi yang demikian, maka memang tak ada jalan lain yang bisa ditempuh selain mencoba tertawa dengan tawa yang terpaksa dibuat-buat.

Sialnya, sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim riset University of California menunjukkan bahwa sebagian besar orang dibekali dengan kemampuan khusus untuk membedakan tawa asli (natural) dengan tawa basa-basi yang dibuat-dibuat.

Tentu akan sangat menyakitkan jika seseorang mengetahui bahwa lawan bicaranya terpaksa tertawa untuk nglegani guyonan dia yang garing itu. Bagi pelontar guyonan, reaksi tawa palsu itu jauh lebih menyakitkan ketimbang tak ada tawa sama sekali.

Terbayang bukan betapa peliknya masalah ini?

Maka, kini, memakai masker terasa agak ringan bagi saya. Alasannya ya itu tadi: memudahkan saya untuk menyembunyikan ekspresi wajah saya. Bahwa memakai masker itu menyusahkan, itu masih saya akui sampai saat ini. Namun saya juga harus mengakui, bahwa menyembunyikan ekspresi tertawa palsu adalah hal yang jauh lebih menyusahkan.

BACA JUGA Menolak Dagangan yang Dijajakan oleh Anak Kecil Memang Tak Pernah Mudah dan artikel Agus Mulyadi lainnya.

Terakhir diperbarui pada 29 September 2020 oleh

Tags: guyonanmasker
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Naik Kereta Api di Jogja Tak Harus Gunakan Masker Lagi. MOJOK.CO
Kilas

Naik Kereta Api di Jogja Tak Harus Gunakan Masker Lagi

13 Juni 2023
masker
Kilas

Nasib Apes Roni Octavianto yang Diusir Pengurus Masjid Justru Karena Salat Memakai Masker

3 Mei 2021
doni monardo
Kilas

Setelah Bagikan Masker kepada Massa Pengajian di Markas FPI, Kepala BNPB Doni Monardo Minta Maaf

16 November 2020
Kilas

Pemerintah Tetapkan SNI untuk Masker Kain Demi Mencegah Penularan Covid-19

28 September 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.