Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Melihat Semesta Bekerja, Seperti Lirik Lagu Kunto Aji

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
21 Agustus 2019
A A
ilustrasi Andai Multiverse of Madness Loki Beneran Ada, Boleh Kali Pindah ke Indonesia Versi Lain mojok.co

ilustrasi Andai Multiverse of Madness Loki Beneran Ada, Boleh Kali Pindah ke Indonesia Versi Lain mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kebahagiaan dan kesedihan dalam hidup punya satu muara: semesta bekerja untukmu dan tak pernah salah langkah, apalagi salah alamat. Tapi, apa maksudnya?

Saya kira, di dunia ini hal paling sulit dipahami adalah semester pendek di perkuliahan kampus. Soalnya, meskipun namanya “pendek”, tetap saja rasanya panjang dan tak berkesudahan. Kepala tetap mumet, emosi tetap ingin njebluk.

Tapi ternyata, setelah hidup lebih lama dan diserang beberapa kegagalan yang menyayat hati, saya tahu ada istilah yang lebih bikin heran daripada “semester pendek”, yaitu “semesta bekerja”. Sekilas terdengar romantis dan puitis, sebagaimana bisa kita dengar dari lagu “Rehat”-nya Kunto Aji (“…biarkanlah semesta bekerja untukmu.”), namun tetap bikin heran: Memangnya sekaya apa, sih, kita sampai nyuruh semesta bekerja buat kita, padahal kita kan numpang tinggal di tengah semesta???

Baiklah, karena saya lahir dari rubrik Versus, mari kita mulai pembahasan ini dari KBBI. Menurut kamus, semesta berarti ‘seluruh; segenap; semuanya; seluruh dunia’.  Sementara itu, bekerja berarti ‘berbuat sesuatu’.

Singkatnya, “semesta bekerja” merujuk pada segala hal di dunia yang sedang berbuat sesuatu. Untuk apa? Kalau kata Kunto Aji—lagi-lagi dalam lagu “Rehat”—ya untuk kamu. Untuk masing-masing dari kita.

Lema ini saya kira kurang lebih sama dengan istilah yang dulu jauh lebih populer, yaitu mestakung alias semesta mendukung. Saya bahkan ingat waktu SD atau SMP menonton film pendek soal Law of Attraction yang berujung pada promosi buku The Secret yang ditulis oleh Rhonda Bryne.

Lewat “kekuatan” Law of Attraction, buku ini menjelaskan bahwa alam semesta ini punya hukum ketertarikan. Apakah ini sama dengan sugesti? Entahlah. Mungkin  saja. Tapi yang jelas, hukum ketertarikan tidak mengenal apa yang kita sebut “kebetulan”.

Diselingkuhin? Dapat undangan pernikahan di Sumatra? Lolos beasiswa ke luar negeri? Semuanya adalah apa yang bakal kamu dapat sesuai apa yang dirimu tarik, baik dari pikiran, doa, atau keyakinan (atau ketidakyakinan) yang kamu punya.

Tapi ternyata, semesta bekerja bukan cuma pakai hukum ketertarikan. Setidaknya, menurut Times Indonesia, masih ada enam hukum alam lain yang berlaku, termasuk hukum sebab akibat.

Pernah dengar pepatah “siapa yang menanam, ia yang menuai”? Hukum ini adalah wujud nyatanya, serupa dengan hukum Newton yang menyebut bahwa “setiap aksi akan menimbulkan reaksi yang sebanding dan berkebalikan”. Saya nggak tahu apa kata yang lebih tepat, tapi mungkin kita bisa menyebutnya dengan “kualat”, kalau konteksnya negatif?

Saya pernah pergi ke suatu tempat asing bersama keluarga, termasuk Nenek yang sudah sepuh. Saya mendapat tugas untuk memastikan Nenek pergi di bawah pengawasan saya, tapi ada suatu momen di mana Nenek ingin pergi sendiri dan menepis tangan saya.

Saya sebal dan ngambek seharian. Demi memenuhi kesedihan, saya bercerita kepada Kakak saat kami sedang berjalan-jalan. Kami ngobrol terlampau semangat sampai kami terpisah dari rombongan.

Tebak apa yang terjadi? Segerombolan orang merampok dompet saya.

Di dompet itu nggak ada uangnya sama sekali, tapi kehilangan surat-surat berharga dalam dompet tepat saat saya mengomel dan membicarakan nenek sendiri terasa cukup menyakitkan. Padahal, kalau dipikir-pikir, mungkin Nenek tidak bermaksud jahat. Ia cuma bosan. Alih-alih memahaminya, saya malah marah-marah dan memisahkan diri dari rombongan padahal ayah saya sudah berpesan bahwa kami harus selalu berjalan berdekatan.

Iklan

Saya melanggarnya, dan lihat apa yang terjadi pada saya.

Semesta bekerja dengan cara yang misterius. Saya pernah berdoa untuk berkuliah di Jogja dan perlu waktu satu tahun penuh sampai doanya terkabul. Saya pernah bermimpi jadi penulis yang punya pembaca dan merasa itu hal yang nggak mungkin, tapi kemudian saya melihat lowongan pekerjaan redaktur di Mojok.

Rasanya aneh kalau bilang semesta bekerja untuk kita, tapi memang kadang kita harus mengakui bahwa ada hal yang berada di luar kontrol kita. Kalau sudah begitu, Tuhanlah yang akan turun tangan, meminta semesta bekerja lewat semua hukum yang berlaku, memberikan dan tidak memberikan apa yang jadi dan tidak jadi hak milik kita.

Agak njelimet, sih, tapi percaya deh, semesta bekerja beneran buat kita—buat saya dan buat kamu.

Jadi, yang tenang, ya!

BACA JUGA Ekspektasi Hipnoterapi Kayak Dihipnotis Uya Kuya, Eh Realitanya Gagal Total

Terakhir diperbarui pada 24 Februari 2021 oleh

Tags: hukum ketertarikanKunto Ajilaw of attractionsemesta bekerjaThe Secret
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Kunto Aji, “Sang Wali” Pemuda-pemudi Generasi Emas 2045 MOJOK.CO
Esai

Kunto Aji, “Sang Wali” Pemuda-pemudi Generasi Emas 2045

8 Mei 2024
semesta bekerja untukmu rumah kosong kobra ulat bulu kehancuran dunia mojok.co
Pojokan

Kenyataannya, ‘Semesta Bekerja untukmu’ Bukan Sesuatu yang Romantis-Melankolis

16 Januari 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.