Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Angkat Gelasmu Kawan, Mari Kita Rayakan Hari Berpisah dengan Cita-Cita Nasional

Nia Lavinia oleh Nia Lavinia
25 Februari 2020
A A
Hari Berpisah dengan Cita-Cita Nasional

Hari Berpisah dengan Cita-Cita Nasional

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Hari ini hari berpisah dengan cita-cita nasional. Mari rayakan sambil mengenang perpisahan kita dengan cita-cita yang tak pernah kita sempat perjuangkan karena paksaan keadaan.

Hari ini, 25 Februari adalah hari berpisah dengan cita-cita nasional. Peringatan ini diambil dari hari di mana Ayah Nobita berpisah dengan cita-citanya sebagai pelukis, dan memutuskan untuk menjadi pegawai seperti yang kita tahu sekarang.

Selamat Hari Berpisah dengan Cita-cita Nasional 2019! Semoga kita semua diberikan ketenteraman dalam keniscayaan ini. pic.twitter.com/uSPGDWfhiQ

— Doraemon Hari Ini (@DoraemonHariIni) February 25, 2019

Pengalaman berpisah dengan cita-cita jelas bukan Ayah Nobita saja yang punya. Bisa jadi ayah saya, ayah kamu, dan ayah kita semua pernah mengalaminya. Atau mungkin bukan cuma ayah. Ibu, kakak, tetangga atau bahkan…

…kita sendiri juga menjadi korbannya. Kita nggak pernah tahu saja karena memang tidak ada lagi orang dewasa yang membicarakan cita-cita mereka.

Berbicara mengenai cita-cita saya pikir selalu bisa membuat kita sentimental. Apalagi, membicarakannya sambil sadar kalau sekarang kita nggak bisa mewujudkannya.

Ketika dewasa, kita sadar bahwasanya dunia ternyata bukan taman bunga. Hidup tidak mudah dan tidak seperti apa yang selalu kita bayangkan ketika kecil bahwa kita bisa menjadi apa saja, dan akan selalu baik-baik saja. Realitas ini memukul kita dengan sangat keras.

Mengejar cita-cita ternyata sulit. Bukan karena jalannya yang terjal, tapi terkadang ada keadaan-keadaan tertentu yang memaksa kita untuk melepas cita-cita kita. Hanya di buku motivasi saja rasanya cita-cita itu tampak sederhana. Mungkin karena itu mereka bisa laku.

Aslinya saya pikir lebih banyak cerita tentang orang yang gagal mengejar cita-citanya dibandingkan yang berhasil melakukannya. Saya menyaksikan sendiri banyak orang di sekitar saya menyerah pada cita-cita mereka. Bukan, bukan karena mereka malas atau cita-citanya dianggap terlalu sulit untuk bisa diwujudkan. Tapi karena mereka tidak pernah punya kesempatan. Keadaan memaksa menyerah begitu saja.

Saya punya teman yang pengin sekali jadi arsitek. Dia adalah orang yang sangat brilian. Saya pikir, akan mudah untuk dia mewujudkan cita-citanya. Tapi di tahun ke tiga dia kuliah, ayahnya meninggal. Dia terpaksa berhenti kuliah karena itu. Dia menyerah pada mimpinya karena harus bekerja apa saja untuk bisa membiayai kehidupan dia, ibunya dan adik-adiknya.

Teman saya yang lain, punya cita-cita ingin menjadi seorang illustrator. Dia punya kemampuan menggambar yang bagus, tapi orang tuanya tidak mengizinkan dia untuk mengambil kuliah desain. Akhirnya, dia menyerah pada cita-citanya dan memilih menuruti keinginan orang tuanya semata-mata untuk membuat mereka Bahagia. Ya, ironi memang, hidup di dunia di mana orang-orang selalu menasehati kita untuk mengejar mimpi dan cita-cita, tapi mereka juga lah yang mengubur dalam-dalam cita-cita kita.

Tapi yang paling menyedihkan tentu orang-orang yang bahkan tidak punya kesempatan untuk bercita-cita sama sekali. Mereka yang sejak lahir dihadapkan pada kesulitan sehingga mereka nggak punya waktu untuk memikirkan cita-cita karena harus terus menerus memutar otak bagaimana caranya besok mereka masih bisa mengisi perutnya.

Realitas ini membuat kita sadar kalau bertahan hidup bukan lagi memilih apa yang kita suka dan tidak kita suka. Seringkali, kita harus menelan semua yang tidak kita suka, lalu dipaksa belajar untuk menyukainya.

Pada akhirnya, kita selalu dipaksa untuk menjadi realistis karena dunia tidak selalu menawarkan banyak pilihan. Kita sendirilah yang harus berkompromi dan melakukan banyak penyesuaian.

Iklan

Huhuhu kenapa jadi orang dewasa itu sedih sekali. Kalau begini, rasanya pengin kembali ke masa kecil saja. Masa di mana kita bisa berbahagia oleh hal-hal sederhana. Kita nggak punya ekspektasi apa-apa tentang hidup, dan kita tidak merasa perlu untuk menjadi sesuatu.

Saya jadi pengin protes, siapa sih orang yang pertama kali mengajarkan kalau bercita-cita itu harus merujuk pada sebuah pekerjaan? Kenapa nggak merujuk pada keadaan di mana kita, jadi siapa saja, tidak jadi masalah, karena yang paling penting itu kita bisa tetap berbahagia?

Tapi sudahlah, marah dan menyesal juga nggak bisa merubah apa-apa karena semua sudah terjadi. Yang bisa kita lakukan sekarang hanya menerima dan berusaha melanjutkan kehidupan sebaik yang kita bisa.

Angkat gelasmu kawan, hari ini, mari sama-sama kita kenang bayangan diri kita di masa lalu sebelum kita mengenal kejamnya realita—bayangan tentang diri kita yang berhasil mencapai semua cita-cita itu. Kalau kamu mau, kamu bisa juga bercerita mengenai cita-cita apa yang terpaksa kamu tinggalkan di kolom komentar biar kita bisa saling menghibur dan meyakinkan diri kalau realita bukan jahat kepada diri kita sendiri saja.

BACA JUGA Cita-Cita Masa Kecil Seharusnya Bukan Jadi Dokter, Tapi… dan artikel menarik lainnya di POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 25 Februari 2020 oleh

Tags: cita-citadoraemonhari berpisah dengan cita-cita nasional
Nia Lavinia

Nia Lavinia

Mahasiswa S2 Kajian Terorisme, Universitas Indonesia.

Artikel Terkait

cita-cita anak mojok.co
Pendidikan

Curhatan Cita-cita Anaknya ‘Dibunuh’ Guru Viral di Medsos, Dosen Asal Bantul Ini Berharap Perbaikan Kualitas Guru

24 Februari 2023
cita-cita mojok.co
Uneg-uneg

Perlukah Mewujudkan Cita-Cita agar Dapat Bahagia?

13 November 2022
Sambatan-sambatan Orang Umur 30 Tahun
Pojokan

Sambatan-sambatan Orang Umur 30 Tahun

28 Juni 2021
Dari Bolt Sampai Royal Canin, Urusan Memilih Makanan Kucing Memang Tak Pernah Bisa Sederhana mojok.co
Esai

Bercita-cita Jadi Kucing Kayaknya Enak, tapi Coba Pikir-pikir Lagi

8 Maret 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pencuri buku.MOJOK.CO

Siasat Kelompok Pencuri Buku di Jogja: Robin Hood atau Krimininal?

9 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
down for life, the betrayal.MOJOK.CO

Down For Life Rilis Video Musik “The Betrayal” di Hari HAM Sedunia, Anthem bagi Mereka yang Dikhianati Negara

10 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Derita Warga Bener Meriah di Aceh: Terisolir, Krisis Pangan, Ditipu. MOJOK.CO

Sepekan Lebih Warga di Bener Meriah Aceh Berjuang dengan Beras 1 Kilogram dan Harga BBM yang Selangit

9 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.