MOJOK.CO – Pokoknya untuk pesta pernikahan nanti, make-up nya harus bikin pangling. Biar nggak dapat cibiran dari mulut kerabat dan sanak saudara.
Teman saya pernah bercerita ketika sedang mengobrol santai bersama ibunya, dia nyeletuk begini, “Bu, nanti kalau aku nikah, nggak usah gede-gede ya, biar uangnya bisa ditabung.” Lantas ibunya menjawab, “Kalau kamu nikah tapi nggak dibikin gede, nanti dikiranya malah kamu udah hamil duluan, Nak.” Tentu saja, teman saya ini kaget dengan jawaban ibunya. Ternyata masalah gede tidaknya sebuah pesta, bisa menentukan hamil tidaknya seseorang. Sungguh, luar biasa.
Selain itu, ada pula omongan-omongan lain tentang pernikahan yang sering saya dengar sejak saya kecil dulu setelah datang kondangan. Saya sering mendengar orang-orang mengomentari tentang bagaimana dandanan si pengantin perempuan—setelah komentar tentang katering dan dekorasi tentu saja. Ada anggapan bahwa dandanan pernikahan yang sukses, adalah yang berhasil membuat si pengantin perempuan ini manglingi. Lebih cantik dan keluar auranya.
Pokoknya kalau dandanannya dianggap kurang bikin pangling, itu artinya hanya dapat disebabkan oleh empat hal: (1) si perias yang kemampuannya B aja, (2) si perempuan emang wajahnya sudah mentok kayak gitu, (3) si perempuan sudah biasa pakai make-up tebel, atau (4) si perempuan sudah tidak perawan sehingga auranya nggak keluar.
Yap, cuma masalah make-up aja, seseorang bisa dituduh udah nggak perawan, Saudara!!11!
Perihal make-up yang nggak bikin pangling ini, sangat jarang menyangkut pautkan si pengantin pria. Padahal bisa jadi, dandanan perempuan yang biasa saja, memang karena lelakinya nyumbang ongkos nikahan yang pas-pasan, jadi nggak kuat bayar MUA mahal!
Selain itu, anggapan ini sepertinya juga melupakan tren make-up baru, semacam make-up flawless ataupun no make-up make-up look. Padahal dengan jenis make-up semacam ini, seseorang tidak perlu tampil manglingi.
Make-up ini tetap dapat membuat cantik namun dengan versi dirimu sendiri, yakni dengan membuat wajahmu yang bruntusan karena jerawat dan flek hitam itu menjadi lebih syahdu ketika dipandang.
Saya sebetulnya masih heran, ketika sudah ada keterampilan make-up yang baru semacam ini, namun masih banyak perempuan yang kekeuh tetap ingin kelihatan bikin pangling di hari pernikahannya. Dari hasil riset kecil-kecilan saya—setelah saya mengamati hasil karya beberapa MUA dengan diperlihatkan before after-nya, saya terkadang cuma gedek-gedek. Bagaimana bisa dua muka yang jelas berbeda sebetulnya adalah satu orang yang sama?
Tapi ternyata memang bisa saja. Lha wong untuk satu muka saja, dibutuhkan waktu selama 2-3 jam buat memolesnya. Bayangkan, itu cuma satu muka aja, Saudara. Satu muka11!!!11 Jadi bisa dibayangin kayak gimana tebelnyaaaa!
Pernikahan memang digadang-gadang menjadi peristiwa sekali seumur hidup. Maka keinginan untuk menjadikannya betul-betul spesial, bukan menjadi hal yang berlebihan. Lantas, ketika kita ingin terlihat berbeda atau memperlihatkan hal terbaik dari diri kita, sebetulnya ini tidak menjadi masalah.
Namun, apakah memperlihatkan hal terbaik dari diri kita harus dengan cara bikin pangling? Bikin orang lain sampai tidak dapat mengenali bagaimana wajah asli kita, karena kita telah terlihat berbeda?
Menurut saya, anggapan masyarakat tentang make-up pengantin perempuan yang harus bisa bikin pangling, sebetulnya bukan benar-benar menginginkan kita tampak berbeda dari wajah asli kita. Namun, kata ‘pangling’ di sini, merupakan anggapan bahwa sudah seharusnya, kita kelihatan lebih cantik di hari pernikahan kita. Jelas ya, lebih cantik. Bukan berbeda.
Kemungkinan ketika dulu peralatan make-up dan keterampilan make-up masih secukupnya, maka pujian bahwa si pengantin ini cantik, menggunakan kata, ‘pangling’. Pasalnya, bisa jadi kemampuan make-up yang aduhai adalah yang dapat mengubah muka seseorang.
Tetapi, saat ini ketika peralatan make-up sudah semakin canggih dan keterampilan para MUA pun juga semakin terampil, maka definisi bikin pangling, tidak lagi kelihatan berbeda. Namun, tentang bagaimana seorang MUA dapat mempoles muka kita supaya lebih terlihat sisi cantiknya.
Yap, wajah kita tidak berubah, tapi sekadar terlihat lebih mulus dan tanpa noda, dan saya rasa, itu sudah cukup.
Tapi, Mbak, saya masih belum pede dengan bentuk muka saya. Saya juga pengin pipi kelihatan tirus, mata lebih gede, hidung lebih mancung, dan bibir kelihatan lebih berisi….
Oh ya? Biar apa?
Ya, kan ini cuma sekali seumur hidup. Terus, saya juga pengin kelihatan lebih cantik di foto. Biar selalu bahagia waktu mengenangnya….
Sumpah? Seriusan, kamu ingin supaya tetap bahagia ketika mengenangnya?
Aduh mama sayange, coba kamu pikir baik-baik. Bagaimana jika suatu saat nanti, ketika kamu sudah memiliki anak, lalu anakmu yang udah mulai gede itu membuka album foto-foto keluarga, dan menemukan foto hari pernikahanmu? Lantas, dia menganggap bahwa seorang perempuan yang sedang bersanding dengan ayahnya bukanlah ibunya yang selama ini ia kenal.
Bagaimana jika anakmu ini justru menganggap bahwa ayahnya menikah dengan perempuan lain? Bagaimana? Sudahkah kamu memikirkan juga tentang hal ini, Wahai Sayangku?
Alangkah lebih baik, berusaha percaya dengan dirimu sendiri saja. Lama-lama nih, kalau kamu hanya merasa lebih percaya diri jika dipoles dengan make-up yang cukup mengubah bentuk mukamu itu. Suatu hari, kamu merasa akan lebih efektif dan efisien jika kamu operasi plastik aja. Supaya apa? Supaya nggak ribet make-up setiap hari.
Ya, nggak apa-apa sih kalau kamu memang mau operasi plastik. Tapi berdoa saja kalau kamu punya anak nanti, dia nggak mirip dengan dirimu yang dulu.
Oh ya, kalau kamu memang pengin kelihatan manglingi ketika menikah nanti, lebih baik mulai sekarang jarang pakai make-up saja. Maka niscaya~