Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Long Distance Marriage di Masa Pandemi Bukan LDR dan Sekadar Menahan Sange

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
30 Mei 2020
A A
Long Distance Marriage di Masa Pandemi Bukan LDR dan Sekadar Menahan Sange MOJOK.CO

Long Distance Marriage di Masa Pandemi Bukan LDR dan Sekadar Menahan Sange MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Long distance marriage di masa pandemi itu beratnya dua kali lipat ketimbang LDR. Berat menahan rasa kangen, terutama rasa sange dan kebutuhan biologis lainnya.

“Tujuan menikah itu apa?”

Suatu kali, di kursus pernikahan, pembimbing bertanya kepada peserta. Banyak yang menjawab soal cinta, sudah lama pacaran, sudah usianya, sudah “diteror keluarga”. Pembimbing tidak menyalahkan. Dia hanya menambahkan. Yang pertama dari pernikahan adalah prokreasi.

Prokreasi itu, gampangnya, adalah usaha untuk melanjutkan keturunan. Punya anak. Tapi, gimana ceritanya kalau sebuah pasangan harus menghabiskan waktunya dengan berjauhan? Long distance marriage karena berbagai alasan. Salah satunya, yang sedang saya dan istri alami, karena urusan pekerjaan.

Long distance relationship (LDR) itu nggak enak banget. Risikonya sangat tinggi. Apalagi kalau komunikasi tidak lancar. Ya, you know the rest. Muncul rasa tidak percaya, curiga. Was-was kalau pasanganmu selingkuh. Tanpa mental dan komunikasi, LDR pasti ambyar. Bagaimana dengan Long distance marriage? Remuk, lur.

Dan pandemi corona pun datang….

Long distance marriage dan LDR, di zaman sekarang, bisa sedikit “diakali” dengan berbagai kemudahan. Jarak jauh bisa diakali dengan kunjungan sebulan sekali atau dua. Naik kereta, murah, nyaman. Tinggal nunggu 6 sampai 8 jam, bisa ketemu. Namun, pandemi corona menghentikan itu semua. Pertemuan virtual satu-satunya opsi.

Tema ini sering jadi bahan bercanda kru Mojok. Kebetulan, beberapa kru sudah menikah. Ada yang sudah punya anak dan harus Long distance marriage. Untungnya, kampung halaman salah satu kru masih mengizinkan orang masuk. Sialnya, istri saya kerja di Surabaya, di mana Jawa Timur menjadi daerah dengan keprihatinan corona tertinggi saat ini.

“Wah, kudu ngampet sange, nih. Kuat berapa lama?”

Adalah bentuk bercandaan yang, terdengar lucu, tapi bikin sesak juga. Kata “sange” itu, bagi kamu yang sudah menikah dan lagi Long distance marriage, bisa memantik bayangan-bayangan berbahaya yang pada ujungnya bikin jiwa ini merana. Ya karena nggak ada “pelampiasan” dari kata sange itu tadi. Sebagai manusia yang sudah menikah, kata sange sebetulnya nggak tabu atau vulgar, dong.

Gimana mau dilampiaskan? Gesekkan ke lubang pintu? Sabetkan ke batang pisang? Perih, dong. Mau nggak mau, long distance marriage dan sange berujung kembali ke haribaan pacar jiwa dan raga para lelaki, yaitu “tangan kanan”. Hehehe….

Tapi, apa ya long distance marriage itu sama kayak LDR dan sebatas menahan kangen (baca: sange) saja? Pada titik ini, saya bersyukur diwajibkan kursus pernikahan oleh gereja. Satu pandangan penting yang perlu selalu diingat bunyinya seperti ini:

“Menikah itu tidak pernah soal menyatukan laki-laki dan perempuan saja. Menikah adalah menyatukan dua manusia berbeda untuk bersepakat hidup dalam satu napas, untuk terus berkompromi menentukan satu arah.”

Ada kata “sepakat” dan “berkompromi” di sana, yang oleh gereja diikat oleh janji pernikahan. Apa yang sudah disatukan oleh Tuhan, yaitu laki-laki dan perempuan lewat janji pernikahan, tidak boleh diceraikan oleh manusia. Jadi, ketika sudah menikah, seharusnya, cara berpikirnya berbeda dengan LDR atau perkara menahan sange.

Iklan

Mudahnya, menikah itu levelnya lebih tinggi ketimbang LDR. Karena levelnya sudah lebih tinggi, saling pengertiannya juga, dong. Saya dan istri sudah 4 bulan tidak bertemu. Jangan bilang “baru juga 4 bulan”, dong. Saya tahu TKW itu lebih berat, bisa ketemuan paling cuma satu kali dalam setahun. Namun, buat yang baru nikah, 4 bulan itu rasanya lama banget.

Tips long distance marriage biar nggak kayak selevel LDR

Satu, karena sedang berada dalam masa pandemi, jangan sampai pasanganmu merasa “sendirian”. Misalnya, istri kamu bakal seharian penuh di kos selama beberapa bulan. Bosannya minta ampun. Yang di Jogja masih mendingan bisa pergi-pergi asal patuh sama protokol kesehatan. Yang di Surabaya, keluar rumah, artinya waspada penuh karena di sana masuk zona merah.

Teorinya sama, kok, kayak LDR, menyempatkan video call itu sebaiknya dilakukan. Kamu tahu apa yang “ajaib” bagi pasangan long distance marriage? Ucapan sederhana seperti “selamat pagi” itu rasanya beda sekali. Ada rasa “nyes” di dada. Sebuah perhatian kecil, tetapi maknanya besar bagi pejuang jarak jauh.

Dua, jangan sering-sering bilang: “Kamu ke sininya kapan? Ke sini dong.” Sudah menikah, pastinya tahu kalau pasangan itu saling membutuhkan. Namun, di masa pandemi, nekat nyamperin itu risikonya tinggi. Bagaimana kalau saya nekat naik motor? Tidak menutup kemungkinan saya tertular corona di jalan dan menulari istri.

Bisa juga, istri nekat pulang ke Jogja. Namun, risikonya luar biasa tinggi. Istri saya nggak cuma menulari saya, tetapi orang tua dan saudara. Situasi ini membuat kita harus menekan rasa kangen dan sange begitu rupa. Sedihnya sampai bikin kebas. Jadi, sebaiknya jangan sering-sering dibahas. Bilang kangen saja sudah cukup. Sudah cukup untuk mendeskripsikan cinta yang tertahan jarak dan pandemi. Corona, kamu asuogg….

Tiga, jangan sering ngambek. Saya bersyukur punya istri yang sabarnya sundul langit. Nggak gampang ngambek lalu menghilang nggak bisa dikontak. Kalau marah, dia cukup tidur saja. Marahnya hilang. Marah yang murah meriah, nggak perlu “disuap” pakai beliin tas atau skincare mahal.

Kami sudah lupa kapan terakhir kali marahan. Dan keberkahan itu saya syukuri sekali di saat pandemi. Kalau LDR, marahan lalu menghilang, kemudian putus adalah hal “biasa”. Kalau menikah, lalu mau putus? Repot banget. Ketika long distance marriage, marahan bikin usaha menekan kangen dan sange menjadi dua kali lipat.

Apalagi, kan, kalau marahan, enaknya disamperin. Dipeluk untuk minta maaf. Lha kalau pandemi? Setelah minta maaf, bisa mati bareng malahan karena tertular corona. Berjiwa besar dan menjadi lebih dewasa adalah pilihan yang tidak bisa dihindari. Kesadaran enak kalau nggak marahan itu harus dijaga.

Itulah kondisi long distance marriage di masa pandemi yang saya rasakan. Yang bisa kita lakukan hanya bersabar dan berdoa. Terutama berdoa biar orang lain nggak goblok amat untuk bepergian tanpa patuh protap kesehatan dan menulari pasangan kita.

Salam saya untuk para pejuang long distance marriage di masa pandemi. Pada titik tertentu, mental kita ditempa oleh jarak dan status. Saya yakin setelah pandemi, kita jadi persona yang lebih baik, menjadi kepala keluarga yang lebih bakoh dan tahan banting.

BACA JUGA Jangan Menikah Kalau Maunya Cuma Cari Bahagia atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Terakhir diperbarui pada 30 Mei 2020 oleh

Tags: JogjaLDRlong distance marriageLong Distance Relationshippandemi coronasangeSurabaya
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.