ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kenapa Kita Hobi Fall in Love with People We Can’t Have?

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
19 Februari 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Mau Valentine itu budaya kita atau bukan, Jokowi dan Prabowo blunder atau tidak, yang penting cuma satu: fall in love with people we can’t have itu nyata adanya!

Saya pernah jatuh cinta diam-diam pada laki-laki yang suka membaca komik Detektif Conan. Dia baik sekali dan kami selalu berdiskusi tentang kasus-kasus yang kami anggap keren. Tapi, ya sudah—sampai di situ saja. Dia berpacaran dengan perempuan lain dan akhirnya menikah.

Belakangan, jokes yang beredar di Twitter sejak berminggu-minggu lalu mengusik ingatan saya pada laki-laki pembaca Conan tadi. Tulisan-tulisan ini berbunyi “Fall in love with people we can’t have”, dan seolah tak habis-habis mengundang perhatian, reply, retweet, hingga quote. Apa pun isunya, ujung-ujungnya renungan menyedihkan itu datang: mau Valentine itu budaya kita atau bukan, Jokowi dan Prabowo blunder atau tidak, yang penting cuma satu—fall in love with people we can’t have itu nyata adanya!

Mencintai seseorang tapi tak bisa memilikinya mungkin terdengar menyedihkan, tapi ia memang relate af ke banyak orang di permukaan Bumi. Saking putus asanya, orang-orang ini—alias kita-kita semua—memilih berlindung di balik kalimat klise “Cinta tak harus memiliki”. Halah, Mbel!

Eh, memangnya, pada titik apa seseorang bisa kita tasbihkan sebagai orang yang we can’t have?

O, banyak, Saudara-saudara. Bisa saja ia adalah sahabat kita sendiri, atau kekasih sahabat, atau rekan kerja, atau mantan kekasih yang sudah tak punya kemungkinan untuk kembali, atau bahkan pasangan sah orang lain. Sialnya, sudah tahu kita tak bisa memiliki, perasaan cinta itu kian mendera tak tahu diri.

Iya, iya, silakan mengumpat sepuasnya. Kalau butuh curhat, langsung kirim aja ke rubrik Curhat. Sekalian.

Tapi, tapi, tapiii, fenomena ini memang mengundang tanya. Kenapa, sih, kita bisa fall in love with people we can’t have? Kenapa ada orang yang secara ajaib membuat kita berdebar-debar, padahal ia tak pernah membalas perasaan kita? Pada sisi yang berbeda, kenapa ada seseorang yang rela mengejar-ngejar kita, padahal kita mati-matian menjauhinya?

Secara psikologi, mencintai seseorang yang kita tahu tak akan mungkin kita miliki ternyata ada penjelasannya. Demi memenuhi tangunggan kerja menulis hari ini tulisan ini, saya sudah mengumpulkan data-data agar kita (hah, kita???) bisa sama-sama meratapi kebodohan perjuangan kita saat mencintai seseorang yang mungkin tak akan pernah bisa kita miliki.

*insert a sad song here*

Pertama, manusia jauh lebih suka berandai-andai “Gimana kalau…” daripada menjaga apa yang sebenarnya mereka miliki. Secara sederhana: manusia itu suka penasaran. Titik.

Jika diibaratkan, seseorang yang sudah memiliki kekasih jelas bisa melihat kekasihnya sendiri; ia tahu kekasihnya orang seperti apa, dan ia tahu bahwa kekasihnya mencintainya sepenuh hati.

Tapi—dasar manusia—sesuatu yang “pasti” ini masih saja selalu kalah dengan apa yang sifatnya hanya “mungkin”. Alih-alih semangat menjaga kekasih yang jelas-jelas wujudnya di depan mata, kita (hah, kita??? Kamu aja kali yang tega~) justru tak jarang membayangkan orang lain yang kita kagumi diam-diam.

Alhasil, pengandaian-pengandaian itu pun datang: “Gimana kalau kita bisa sama dia?”, “Gimana kalau dia juga punya perasaan sama kita?”, dan lain sebagainya.

Padahal, yang tidak kita ketahui, kita tuh sedang membuang-buang energi yang tak berarti, mylov~

Kedua, kita hanyalah makhluk biasa yang penuh dengan kesombongan, dan ini serius.

Istilah “sombong” di sini bukan merujuk pada sikap narsis di diri seseorang. Sebaliknya, sikap ini merupakan reaksi logis atas kegagalan mencapai apa yang paling diinginkan oleh diri sendiri.

Jadi gini, Saudara-saudara: pada dasarnya, kita-kita semua (hah, kita???) adalah makhluk yang haus pengakuan. Secara natural, kita ingin menjadi istimewa dan penting, khususnya bagi seseorang. Naaaah, perasaan ini tak luput muncul saat kita jatuh cinta, bahkan jika target kita adalah orang yang “tidak terjangkau”.

Saking sedihnya, kita pun jadi bertanya-tanya: “Apa yang salah dariku?”, “Kenapa aku nggak pantas untuknya?”, atau “Kenapa dia nggak bisa menjalankan hubungan ini denganku?”. Meski pertanyaan-pertanyaan memilukan ini hadir, kita pun justru makin terdorong untuk “menyombongkan diri” dan menunjukkan harga diri kita yang sebenarnya.

Yah, walaupun ujung-ujungnya kita tahu bahwa jatuh cinta kali ini tetap saja berakhir pilu karena ia, bagaimanapun, adalah orang yang tak mungkin kita miliki. Mamam~

Ketiga, kita semua punya insecurities yang—akui saja—menyebalkan setengah mati.

Insecurities ini berjalan dengan prinsip yang hampir sama dengan kesombongan diri, tapi dengan cara yang jauh lebih “jahat”.

Perasaan cinta memang bisa datang kapan saja, kepada siapa saja. Namun kadang, ketakutan dan kekhawatiran diri sendiri atas nilai-nilai pribadi justru memperkuat kemungkinan kita bertahan pada keadaan fall in love with people we can’t have.

Saking merasa tak percaya diri dan lupa bahwa dirinya layak dicintai dengan baik dan benar, seseorang bisa saja berusaha meningkatkan value-nya dengan cara mati-matian mengejar sesuatu yang ia tahu tak bisa dicapai. Dalam hal ini, maksudnya hanya satu: seseorang yang dicintai tapi tak bisa dimiliki.

Hhhh. Tenang. Mari kita tarik napas dulu bersama-sama.

Mencintai seseorang tidaklah salah. Mencintai seseorang yang tak bisa kita miliki, juga, bisa jadi, bukanlah kesalahan.

Tapi, ayolah, mau sampai kapan menghabiskan energi dan waktu dan air mata hanya demi seseorang yang kita tahu tak akan melihat perasaan kita yang sebenarnya?

Kadang-kadang, toh, kita harus sedikit egois dan berpikir: it’s not our loss—it’s his, or hers.

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: fall in love with people we can't havejatuh cinta diam-diammantan kekasihnaksirpacaran
Iklan
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Mereka yang Disuruh Putus Orang Tua Pacar karena Bukan Mahasiswa: Sakit, tapi Tak Perlu Repot-repot Kasih Pembuktian MOJOK.CO lebaran
Liputan

Cerita Pilu 2 Pria yang Hubungannya Kandas Menjelang Lebaran, Ada yang Bawa-bawa Agama dan Dianggap Tak Punya Masa Depan!

9 April 2024
Casual Date: Sebuah Kenikmatan Tanpa Batas yang Berbahaya MOJOK.CO
Esai

Casual Date: Kenikmatan Tanpa Batas dan Berbahaya yang Tidak untuk Dirasakan Semua Orang

28 Februari 2024
Beratnya Menjalin Hubungan Romansa dengan Cowok Beda Agama MOJOK.CO
Kilas

Beratnya Menjalin Hubungan Romansa dengan Cowok Beda Agama

28 September 2023
Cinlok KKN sering terja
Geliat Warga

Cerita Cinlok KKN, Jadian Sama Anak Pak RT hingga Putus Karena Beda Aliran

22 November 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
prabowo

Kita Semua Punya Jatah “Tidak Tahu”, Kebetulan Jatahnya Pak Prabowo Diambil Pas Debat

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Calon Orang Sukses Jogja Sekolahya di Sekolah Favorit MOJOK.CO

Calon Orang Sukses di Jogja Biasanya Pernah Belajar di Sekolah Favorit

10 Mei 2025
Nelangsa orang dengan KTP Malang, susah payah perbaiki citra malah rusak oleh suporter Arema FC: Aremania MOJOK.CO

Tak Mudah Jadi Orang dengan KTP Malang, Susah Payah Berbuat Baik tapi Rusak karena Aremania

13 Mei 2025
Lansia di Kota Jogja Butuh Berkegiatan untuk Tetap Bugar dan Produktif, Sekolah Lansia Menjadi Jawabannya.MOJOK.CO

Lansia di Kota Jogja Butuh Berkegiatan untuk Tetap Bugar dan Produktif, Sekolah Lansia Menjadi Jawabannya

8 Mei 2025
Pengalaman traumatis di KA Sri Tanjung dan Stasiun Lempuyangan Jogja MOJOK.CO

Naik KA Sri Tanjung ke Stasiun Lempuyangan bikin Orang Surabaya Trauma ke Jogja

9 Mei 2025
driver ojol upah UMR Pekalongan. MOJOK.CO

Kisah Driver Ojol yang Rela Nggak Tidur Sambil Jualan Buku demi Upah di Atas UMR Pekalongan

7 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.