Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kenapa Harus Khawatir Banget Diomongin Teman di Belakang?

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
4 September 2019
A A
diomongin teman - MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Karena nggak pengin diomongin teman, beberapa orang memilih untuk bersikap terlampau kepo. Duh, nggak sayang kesehatan mental, ya?

Seorang kawan pernah bercerita soal temannya yang lain, yang bernama Pita. Tapi, dengan alasan “keamanan”, ia memilih untuk menyamarkan nama Pita sebagai “Padi” sebelum mulai melanjutkan ceritanya yang ternyata berupa sambatan dan gibahan.

Untung saja kejadian di atas terjadi di pertengahan tahun 2006. Saat itu, belum ada aplikasi bertukar pesan semacam LINE atau WhatsApp. Paling mentok, cuma ada SMS yang 1 kali kirimnya bakal mengurangi pulsa sebesar 350 perak. Aktivitas curhat dan berbagi sambatan pun lebih sering dilakukan lewat tatap muka langsung sambil makan bakso—tentu saja tanpa terdistraksi notifikasi Instagram dan Twitter yang dikit-dikit bikin pemiliknya jadi ngecekin hape setiap 3 menit sekali.

Hal ini tentu menguntungkan karena kawan saya tadi nggak bakal perlu ketakutan Pita bakal tahu bahwa dirinya lagi diomongin teman di belakang. Toh, dalam gibahan si kawan, tidak ada bukti tertulis yang bisa dilacak sewaktu-waktu. Yang ia khawatirkan cuma satu: siapa tahu ada orang di sekitar kami yang kenal siapa “Pita” sehingga ia memutuskan menyamarkan namanya sebagai “Padi”.

Terdengar aneh? Nggak juga. Saya pernah bercerita soal teman saya dengan nama samaran “Pulpen”, “Biru”, sampai “Papan Tulis”. Nggak ada artian apa pun, tapi nama samaran ini semata-mata dibuat memang untuk “keselamatan” hubungan kami.

Sekarang, zaman sudah berubah lebih mudah. Alih-alih harus ketemu dan tatap muka langsung, WhatsApp, LINE, Telegram, dan aplikasi lain jelas memudahkan kita untuk curhat sama sahabat soal apa pun dan siapa pun. Aksi berbagi sambatan dan gibahan pun bisa lebih mudah dilakukan, kecuali kalau…

…ada orang yang super kepo dan mencari tahu apakah dia pernah diomongin teman di belakang atau nggak.

https://twitter.com/ciloqciliq/status/1168827085298659329

Pertama-tama, harus diakui, ngomongin orang itu memang enak, tapi kepo juga nggak kalah enaknya. Makanya, kalau dua-duanya digabung, efeknya jadi luar biasa enak: ngepoin temen soal apakah mereka pernah ngegibahin kita atau nggak. Jangankan pakai cara nge-search nama kita di aplikasi chatting miliknya, lah wong nge-scroll kolom chat temen dan orang lain demi mencari tahu apakah mereka pernah ngomongin kita juga pasti pernah dilakukan beberapa dari kita, kok.

Tapi, pertanyaannya: buat apa???

Kalau tahu kita lagi digibahin orang dan diomongin teman soal kejelekan yang kita punya, kita mau apa? Memangnya kita sesuci itu sampai orang lain nggak boleh ngomongin kejelekan kita? Memangnya kita sebersih itu sampai nggak pernah merasa kesal dengan si teman dan nggak sengaja kelepasan ngomel-ngomel soal dia ke orang lain?

Diomongin teman memang ngeselin. Kita mungkin bakal merasa si teman tadi munafik dan pengkhianat, tapi, hey, ayolah, kamu hidup di gua mana, sih???

Kalau-kalau kamu lupa, sini biar saya ingatkan: di dalam dunia pertemanan, ingat-ingatlah selalu rumus ABC. Apa artinya?

Artinya, kalau dalam sebuah circle pertemanan terdapat tiga orang di dalamnya (A, B, dan C), maka beginilah sistem yang berlaku: kalau A nggak ada, B dan C bakal ngegibahin si A; kalau B nggak ada, maka ia harus ikhlas dirinya diomongin teman di belakang; begitu pula kalau C nggak ada. Dengan kata lain, kalau kamu sedang nggak ada bersama teman-temanmu, baik secara fisik maupun kolom chat pribadi, ya udah, siap-siap aja jadi bahan pembicaraan yang mungkin bakal mengarah ke gibahan soal dirimu.

Iklan

Apa??? Kejam??? Ya memang begitu cara hidupnya manusia, Sayangku~

Sebal? Boleh. Tapi pertanyaannya lagi-lagi akan kembali ke kamu: ngapain kamu kepo sama temenmu sendiri sampai buka-buka hape mereka hanya untuk mengetahui jenis gibahan apa saja yang mereka lakukan padamu? Kamu nggak pernah dengar istilah “privasi”, ya???

Sungguh, deh, kadang-kadang, tahu lebih sedikit hal itu jauh lebih menyenangkan daripada tahu banyak. Prinsipnya sama kayak percaya ke pacar sendiri: yang penting kita sudah bersikap sebaik-baiknya. Perkara apakah mereka akan mengkhianati kita atau nggak, itu urusan mereka. Titik.

BACA JUGA Pacaran ya Pacaran Aja, Ngapain Cek HP Pasangan Melulu? atau tulisan Aprilia Kumala lainnya.

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: digibahin temendigosipindiomongin temankepoprivasi
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

penggaran privasi mojok.co
Kotak Suara

Pasangan Minta Kata Sandi Medsos Tanpa Persetujuan Termasuk Pelanggaran Privasi

17 Juli 2023
ilustrasi Aktivitas Belanja Online Itu Privasi, Bisa-bisanya Jadi Fitur Baru Shopee mojok.co
Pojokan

Aktivitas Belanja Online Itu Privasi, Bisa-bisanya Jadi Fitur Baru Shopee

15 Oktober 2021
kementerian dalam negeri, akses data penduduk, pembobolan data, penjualan data, privasi mojok.co
Pojokan

Menebak Logika Kemendagri yang Beri Akses Data Penduduk ke Perusahaan Pinjaman Online

12 Juni 2020
surveillance capitalism jualan data cara google mendapat keuntungan data pengguna dijual mojok.co
Pojokan

Google Memata-matai dan Menjual Data Kita, tapi Kita Merasa Baik-baik Saja

8 Januari 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.