MOJOK.CO – Rental PS merupakan tempat segudang cerita. Di sinilah cerita-cerita gembira dan bahagia bercampur jadi satu. Termasuk juga cerita-cerita goblok.
Salah satu pengalaman anak generasi milenial pada umumnya adalah dibesarkan dengan perkembangan teknologi permainan game konsol. Sempat populer Sega dan Nitendo, tapi dua pabrikan game konsol itu harus bertekuk lutut ketika Sony mengeluarkan konsol “dewa” dengan Playstation-nya.
Pada periode 1990-an akhir sampai 2000-an awal, kebanyakan anak kecil mengenali game-game pabrikan Sony tersebut. Gran Turismo, Winning Eleven, sampai Crash Team Racing. Beberapa game bikinan Sony yang langsung bikin Mario Bross atau Sonic jadi barang antik. Sama sekali tidak dilirik.
Playstation atau biasa disingkat PS saja semakin menjamur dengan munculnya rental jasa persewaan. Disewakan rata-rata 2 ribu per jam, anak-anak kecil yang tadinya suka main petak umpet, kelereng, atau lempar-lemparan tai di sungai, mendadak jadi lebih suka duduk manis di depan tipi.
Nah, di dalam rental PS ini lah kejadian konyol bin goblok sering terjadi.
Ya maklum, namanya juga rentalan yang rata-rata disewakan untuk anak-anak sekolah. Tingkah polah mereka kan masih random banget. Maka, jadi pemandangan lumrah jika rental PS rusuhnya jauh melebihi kerusuhan Reformasi 1998.
Dan yang namanya kerusuhan, sudah pasti ada saja adegan-adegan goblok yang terjadi. Inilah beberapa di antaranya:
Mendadak Dijemput Emak
Saat sedang asyik-asyiknya main di rental PS, kamu mengaku berangkat TPA ke emakmu. Masih menenteng buku ngaji dan baju koko, kamu awalnya cuma mau main setengah jam saja—biar bisa segera pulang. Tapi mendadak ada temanmu datang, lalu ikut main dan bersedia membayar untuk tambah satu atau dua jam. Akhirnya kamu lupa waktu.
Lalu samar-samar terdengar ada suara ibu-ibu berteriak memanggil namamu dari luar. Duh.
Tak ada pemandangan yang lebih menakutkan bagi siapa saja yang pernah main di rental PS kecuali mengetahui emakmu sudah berdiri di depan pintu. Berteriak-teriak memanggil namamu seolah-olah tempat rental itu adalah area jemurannya sendiri.
Sumpah, itu bakal jadi peristiwa yang akan diingat dalam sisa hidupmu. Masalahnya, pengalaman itu juga akan selalu diingat sepanjang hidup oleh teman-temanmu. Plus: penjaga rentalnya.
Gonta-ganti Game
Bermain di rental PS itu ada beberapa aturan tak tertulis. Salah satunya adalah jangan keseringan minta ganti game ke penjaganya. Maklum, memang aktivitas mengganti kaset game dulu hanya boleh dilakukan oleh penjaga rental. Nggak boleh diganti sendiri. Takut rusak.
Aktivitas ini masih normal kalau dalam durasi satu jam, penyewa minta ganti game cuma sekali dua kali. Tapi kalau udah lebih dari itu, ya namanya nggak tahu diri. Apalagi kalau mainnya cuma setengah jam.
Bukannya apa-apa, selain merepotkan penjaga rental, minta gonta-ganti game juga menunjukkan sikap plin-plan. Masih mending kalau ganti-gantinya nggak ada yang sama, lha kalau jebul nggak beda jauh kan ya bikin emosi. Udah honor jaga rental PS nggak seberapa lagi, bikin repot.
Teman saya pernah melakukannya. Awalnya main Winning Eleven, lalu baru 2 menit udah minta ganti CTR, terus 3 menit kemudian minta ganti Guitar Hero, eh 3 menit kemudian minta ganti Winning Eleven lagi.
Saat permintaan ganti game berikutnya, “Mas, ganti Winning lagi, Mas.”
Sambil membawa kaset game Winning Eleven, penjaga rentalnya datang dengan membawa setumpuk kaset game. Ada kayaknya itu 20-an biji.
“Nyoh, ganti aja sendiri. Gonta-ganti terus. Gonta-ganti mbahmu kiper!” katanya penuh emosi.
Ebuset.
Pengalaman Pertama pakai Stik Getar
Saat masih era-era awal kemunculan stik getar, beberapa rental kadang tidak selalu menyediakan stik ini. Maklum, harga stik getar memang jauh lebih mahal ketimbang stik standar. Bahkan kadang tarif sewa PS untuk pakai stik getar pun lebih mahal. Nambah 500 rupiah per jamnya.
Salah satu keunikan stik ini adalah sensasi getar di tangan. Jadi jika kita main game balapan, lalu mobil kita nabrak, maka stik akan bergetar.
Masalahnya, tidak semua orang merasa sensasi getar di stik getar itu menyenangkan. Ada juga yang melihat bahwa getaran itu adalah gangguan, salah satunya teman saya.
Mengawali bermain PS dengan stik getar, awalnya tak ada sesuatu yang aneh.
“Wah, stiknya lebih gedhe ya?” komentarnya saat menyentuh pertama kali stik getar.
Saat itu teman saya main CTR, semacam game balapan gitu. Tiba-tiba kendaraan di gamenya menabrak sesuatu, bergetarlah itu stik.
Tiba-tiba teman saya berdiri lalu membanting stik getar itu begitu saja sampai pecah.
PRAK!
“Bajigur, stiknya nyetruuum, Nyet,” katanya sambil memegangi tangannya.
Saya dan beberapa temannya pun menatap heran melihat serpihan stik getar itu di lantai. Pandangan kami kosong agak lama—sepertinya butuh diinstal ulang.
Goblok kok ya nggak ketulungan. Namanya stik getar ya bergetar laaaah, Setaaaaan. Itu bukan nyetrum, ya emang stiknya begitu.
Sekarang kabarnya teman saya itu sudah punya anak dua. Semoga saja kedua anaknya nggak tahu cerita goblok bapaknya jaman dulu di rental PS yang banting stik getar punya orang. Semoga.