MOJOK.CO – Makan sambil nontonin hape adalah ciri kecanduan gadget akut. Tapi cara makan kayak gini udah jadi kebiasaan, habisnya seru sih.
Saya ingin mengawali tulisan ini dengan menceritakan tentang ayah saya. Entah bagaimana, membahas soal cara makan selalu mengingatkan saya pada blio. Blio adalah orang yang sangat menghargai ritual makan bersama. Blio hampir tidak bisa makan sendiri. Di banyak waktu, saya sering mengalah untuk duduk di meja makan, sekadar makan kerupuk dan ngemil lauk karena makan bersama adalah salah satu bentuk kebahagiaan blio.
“Daripada makan sambil nonton TV atau ngelamun,” ujar ayah saya yang sesekali diprotes karena tak mau makan sendiri.
Awalnya sekeluarga sebal dengan sikap ayah saya yang cenderung manja ini. Lama-lama kami justru maklum karena makan bersama lebih dari sekadar aktivitas makan itu sendiri. Kami sekeluarga minimal jadi nggak kecanduan gadget saat makan. Lagi pula, makan bersama orang terdekat bisa membuka banyak obrolan, mencairkan suasana, dan kalau kata orang-orang di Twitter bisa sekalian menerapkan mindful eating.
Saya sering bertemu kawan yang punya cara makan berkebalikan dengan ayah saya. Banyak di antaranya yang nggak bisa makan sambil nggak ngapa-ngapain, padahal makan adalah aktivitas ngapa-ngapain. Kebanyakan dari mereka makan sambil nontonin mukbang di laptop atau nontonin podcast Close the Door. Halo, Om Ded! Konon, ini soal kebiasaan juga.
Kalau saya menegur dan protes, jawabannya simpel. “Makan sambil nonton mukbang bisa bikin nastel rasa chicken wings.”
Alasan ini valid-valid saja, sebab cara makan YouTuber saat mukbang memang kelihatan enak banget, mungkin bisa berpengaruh untuk meningkatkan nafsu makan. Katanya sih, konten mukbang di Korea Selatan banyak banget peminatnya karena orang-orang di sana pengin ngerasain makan bareng walau tinggal sendirian. Loh, konsepnya jadi sama kayak yang dianut ayah saya dong.
Tapi, lama-lama kebiasaan makan sambil nontonin hape jadi gone wrong. Emak-emak sering banget marahin anaknya yang makan sambil nontonin hape. Seringnya, anak-anak yang makan sambil nontonin hape akhirnya nggak menghabiskan makanan. Ya, lebih seru gadgetnya sih. Cara makan ini dianggap turunan masalah kecanduan gadget. Padahal makan sambil nontonin hape ya hampir mirip dengan kebiasaan orang zaman dulu yang suka makan sambil nonton TV.
Begini, begini. Kalau menurut ahli memang cara makan yang disambi dengan aktivitas lain itu kurang baik. Kita cenderung terdistraksi dengan kegiatan lain saat makan dan itu bikin cara makan kita awut-awutan. Padahal, seharusnya kita makan dengan sadar, menikmati setiap tekstur makanan, menghayati rasanya, mengunyah sampai lumat, dan menelannya dengan sadar. Sehingga, makan pun nggak kalap, makan sedikit bisa kenyang, syukur-syukur bisa makan sehat dan mengakhirinya dengan pose namaste.
Banyak ahli yang menyarankan healthy diet dengan cara ini. Mindful eating mampu mendorong seseorang buat lebih menghargai setiap suap makanan yang masuk ke tubuh. Tujuannya jelas, biar nggak terus-terusan makan.
Kecanduan gadget dan cara makan sambil nontonin hape memang terdengar ngawur. Tapi, ini soal kebiasaan seru yang sulit ditinggalkan. Walaupun saya mengaku nggak pernah ketergantungan makan sambil nonton TV atau nontonin hape, tapi saya menyadari bahwa ini aktivitas yang cukup seru. Jujur aja, di beberapa waktu saya merasa krik krik makan sendirian. Akhirnya saya menyalakan televisi, nonton series, atau nonton YouTube untuk sekadar menemani makan. Meskipun nggak bisa dimungkiri akhirnya saya terdistraksi sama tontonannya, bukan fokus ke makanannya.
Ah, pelik sekali ngebahas soal cara makan. Semua ini terjadi karena saya makan sendiri. Andai ada teman makan bersama, semua memang terasa lebih mudah, kecanduan gadget juga bisa dihindari. Nggak perlu nonton konten mukbang karena kita bisa nontonin orang di depan kita lagi makan. Malah bisa request, “Eh, coba paha ayamnya dimakan sekali suap, dong.”
Kesimpulan dari problem ini memang cuma satu: kita semua ternyata kesepian.
BACA JUGA Kecanduan Gadget Dilawan dengan Memelihara Anak Ayam: Ide Bagus, Kok Dikritik? dan artikel lainnya di POJOKAN.