Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kalau Debat Capres Pakai Bahasa Inggris, Bagaimana Literally Nasib Kami?

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
14 September 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Ribut-ribut debat capres pakai bahasa Inggris ini kian panas, which is sungguh memusingkan. Emangnya, situ yakin bakalan ngerti???

Menjelang Pilpres 2019, berita-berita politik yang beredar di Indonesia kian panas dan lucu saja. Setelah publik dihebohkan dengan kabar tempe setipis kartu ATM, kini seorang politikus melempar kritik ke salah satu pasangan capres-cawapres—Prabowo dan Sandiaga—sembari menyebut tim mereka memiliki sikap nasionalis setipis kartu ATM.

Loh, loh, loh, ada apa gerangan?

Ternyata oh ternyata, kubu Prabowo ditengarai mengusulkan adanya debat capres yang berbeda dari biasanya: debat capres pakai bahasa Inggris!

Adalah Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto yang mencetuskan saran ini. Pihaknya menyebut pengadaan bahasa Inggris dalam debat capres semata-mata untuk memastikan kecakapan komunikasi presiden terpilih di level internasional, terutama ketika ada tamu dari negara lain. Jadi, ya, menurut beberapa pihak, debat capres pakai bahasa Inggris adalah solusi terbaik.

(((Solusi terbaik)))

Padahal, di balik angan-angan solusi terbaik tadi, ada pihak-pihak yang menolak keras-keras. Hmm, hmm, siapa saja nih?

Pertama, tentu saja kubu capres-cawapres satunya lagi—mereka jelas merasa ide debat capres pakai bahasa Inggris ini merupakan bentuk kampanye negatif pada Jokowi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Cak Imin. Apalagi, Jokowi memang sering kali menjadi bahan olokan di media massa terkait dengan aksen bahasa Inggrisnya yang medok.

Kedua, pihak yang jelas akan menolak usulan debat capres pakai bahasa Inggris ini adalah…

…ya kita-kita ini, yang berbicara ala-ala anak Jakarta Selatan, lengkap dengan capability kita which is bisa banget literally ngerti dua bahasa di-mix, gitu!!!

Ingat: harus dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris!!!

Coba bayangkan, debat capres pakai bahasa Inggris itu artinya pertanyaan maupun jawabannya harus diucapkan dengan bahasa Inggris—dan hanya bahasa Inggris saja—tanpa campuran bahasa Indonesia. Jangankan campuran, rasa-rasanya kalau ada yang berbicara bahasa Inggris tapi logatnya “terlalu Indonesia” saja bakal dianggap tak kompeten. Hiii, ngeri kali.

Dengan keadaan yang basically mewajibkan kita untuk understand English a lot semacam itu, tentu otak kita akan diperas sedikit lebih keras karena harus mampu mendengar kalimat-kalimat yang nantinya dilontarkan oleh pihak capres dan cawapres yang bertarung. Alamak, ngerjain PR bahasa Inggris aja kadang pakai Google Translate, lah ini kok malah debat penentuan Indonesia 5 tahun mendatang aja harus pakai bahasa Inggris juga?!

Padahal, daripada debat capres pakai bahasa Inggris, sepertinya bakal lebih seru kalau debat capres mendatang diselenggarakan pakai bahasa yang literally bisa dimengerti siapa saja. It means, baik Prabowo-Sandiaga dan Jokowi-Ma’ruf Amin sama-sama bisa memakai bahasa mana saja yang mereka pahami, lalu mencampurkannya dengan bahasa Indonesia.

Iklan

Toh, sejak zaman penjajahan Belanda, para pendiri negara juga berbicara dalam bahasa campuran antara bahasa Belanda dan bahasa daerah. Dengan cara ini pula, kita semua bisa learn different languages secara berkala. Kalau dulu belajar bahasa Belanda dan bahasa daerah, lalu kali ini bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, siapa tahu di pilpres berikutnya kita akan ‘terpaksa’ belajar bahasa Prancis dan bahasa Jerman.

Menyenangkan bukan, menikmati lelucon politik sambil belajar jadi poliglot?

Tapi, yah, sebagai manusia, kita perlu melihat sisi positif dari segala hal. Mungkin saja, debat capres pakai bahasa Inggris ini bertujuan untuk mendorong rakyat kita untuk siap go international.

Lagi pula, kalau masih nggak ngerti, ingat-ingatlah bahwa kita punya dua aset negara terbaik: Lebah Ganteng dan Pein Akatsuki.

Terakhir diperbarui pada 14 September 2018 oleh

Tags: bahasa anak jakselcerdas cermatdebat capres pakai bahasa Inggrisjakarta selatanlebah gantengliterallypein akatsukitempe setipis kartu ATMwhich is
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Omong Kosong Pemuja Hujan Musuh Honda Beat dan Vario MOJOK.CO
Otomojok

Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

27 Desember 2025
kejadian aneh saat nonton film 13 bom di Jakarta, di bioskop XXI, Plaza Blok M, Jakarta Selatan. MOJOK.CO
Catatan

Pengalaman Menyebalkan Nonton Film di Bioskop XXI Jakarta, Alur Cerita Tegang Malah Bikin Penonton Bingung karena Kejadian Tak Terduga

28 Oktober 2025
Kebayoran Baru Jakarta Selatan, merantau ke Jakarta.MOJOK.CO
Ragam

Nekat Merantau ke Jakarta Bermodal Ijazah S1 Malah Berakhir Apes, Tinggal di Kos Sempit dan Berakhir Jadi Tukang Parkir Blok M

19 Mei 2025
Hidup Cemas di Manggarai Jakarta Selatan karena Tawuran MOJOK.CO
Esai

Merantau di Manggarai Jakarta Selatan Artinya Hidup Sambil Memelihara Ketakutan, Hidup Susah, dan Terancam Tawuran yang Bisa Terjadi Kapan Saja

18 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Omong Kosong Pemuja Hujan Musuh Honda Beat dan Vario MOJOK.CO

Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

27 Desember 2025
Wisata Pantai Bama di Taman Nasional Baluran, Situbondo: Indah tapi waswas gangguan monyet MOJOK.CO

Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

25 Desember 2025
Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan

Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan

28 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

25 Desember 2025
Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Natal dan Harapan yang Tak Datang dari Keheningan

Natal dan Harapan yang Tak Datang dari Keheningan

25 Desember 2025

Video Terbaru

Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan

Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan

28 Desember 2025
Natal dan Harapan yang Tak Datang dari Keheningan

Natal dan Harapan yang Tak Datang dari Keheningan

25 Desember 2025
Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.