Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Usaha Menghargai Jomblo ala Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran

Anik Setyaningrum oleh Anik Setyaningrum
28 November 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Selain perkara nikah dan dakwah, ternyata, Indonesia Tanpa Pacaran juga memberi contoh pengaplikasian ilmu dalam berbisnis.

Sebelumnya, bolehkah saya bertanya apa kamu seorang jomblo? Jika iya, saya akan memberikan ucapan selamat karena jomblo itu sesungguhnya sangat berharga. Apalagi di mata gerakan Indonesia Tanpa Pacaran. Yak! di mata mereka kamu-kamu yang suka merasa nggak berguna ini adalah manusia yang sangat bernilai.

Kalian harus tahu, saya begitu mengagumi kecerdikan penggagas Indonesia Tanpa Pacaran dalam hal berwiraswasta. Dia adalah seorang pengusaha yang gigih dalam melihat peluang. Bagaimana bisa saya tidak kagum pada orang yang berhasil membuat sesuatu yang tadinya tak berharga menjadi sesuatu yang bernilai? Hanya La Ode Manufar yang berhasil memanfaatkan jomblo sebagai ladang bisnis.

Bagi yang belum tahu Indonesia Tanpa Pacaran (ITP), saya akan jelaskan. Tetapi, jangan berharap bahwa penjelasan saya nanti akan berisi tentang keseluruhan mengenai ITP. Saya lebih memilih fokus terhadap nasib perjalanan para jomblowan dan jomblowati fisabilillah, sebagai komoditas paling berharga menurut ITP.

Melalui Unggahan Instagramnya, Indonesia Tanpa Pacaran fokus menggiring opini publik dan menyuruh pengikutnya berdakwah untuk mengagungkan status jomblo. Bagi ITP, menjadi jomblo itu lebih baik daripada pacaran yang mendekati zina dan banyak mudaratnya. Tentu saja, jika kamu merupakan orang yang meyakini seks adalah laku alamiah, mau dicari dengan cara apa pun, tidak akan gathuk dengan ITP.

Akan berbeda jika kamu merupakan seorang jomblo yang putus asa dan merasa tidak berharga. Begitu bergabung dengan Indonesia Tanpa Pacaran, kamu seolah mendapatkan pencerahan sekaligus tameng. Ya, tameng untuk menghalau ejekan yang mengarah pada jomblo sepertimu. Tidak percaya?

Mari saya tunjukkan caranya. Jika kamu mendapatkan ejekan karena jomblo, screenshot saja salah satu gambar di Instragram ITP. Cari saja, di sana ada ribuan foto yang memuat sisi berharga seorang jomblo. Kemudian tunjukkan gambar itu kepada orang yang mengejekmu, kemungkinan besar kamu tidak akan diejek lagi. Kenapa? Karena orang yang mengejekmu akan kasihan dan perlahan menyadari betapa putus asanya jomblo sepertimu hingga menghibur diri dengan menyatakan diri sebagai jomblo fisabilillah, agar terdengar lebih mulia. HAHAHAHA.

Selain itu, upayamu menjadikan ITP sebagai tameng bisa membuat orang yang mengejekmu tersadar bahwa yang dilakukannya merupakan hal yang tidak pantas. Perlahan, ia akan mengintip Instagram ITP secara diam-diam dan mulai mengimani gerakan tanpa pacaran sepertimu. Alhamdulillah, usahamu untuk berdakwah berhasil.

Nah, dari keberhasilan-keberhasilan semacam itu, saya melihat bahwa kalian para jomblo yang berdakwah merupakan papan reklame berjalan bagi Indonesia Tanpa Pacaran. Iya, semacam iklan gratisan.

Perlu diingat bahwa dunia ini adalah tempat makhluk yang berkembang biak. Bagi makhluk yang bernama manusia dan tinggal di Indonesia, jika ingin berkembang biak, ada norma dan aturan yang kemudian mengharuskan seseorang untuk menikah. Dalam proses perkembangbiakan ini, terbentuk status sosial perorangan. Misalnya, jomblo, tinggal bersama, menikah, janda, dan lain sebagainya.

Dari fenomena yang sudah diketahui banyak orang ini, saya menduga, penggagas ITP sengaja memilih Indonesia Tanpa Pacaran sebagai nama gerakannya. Di negara ini, banyak orang yang ingin diperjuangkan, salah satunya ya golongan para jomblo itu.

Menurut saya, memilih jomblo (dari hasil tanpa pacaran) dan menyematkan “Indonesia” sebagai nama brand, merupakan usaha yang tepat. Kesannya, jika seseorang bergabung dengan Indonesia Tanpa Pacaran akan menjadi orang yang penuh perjuangan (untuk jomblo) dan nasionalis gitu kan? Kalau bukan ingin merangkul seluruh jomblo di Indonesia, apa lagi coba alasan menyematkan “Indonesia” di sana? Brand Indonesia Tanpa Pacaran gitu lho!

Sebentar, sebentar, apa? Brand? Merek dagang? Bukankah ITP itu sebuah gerakan dan bukan perusahaan?

Iya, judulnya sih gerakan tapi pada prakteknya coba cek saja. Produk dari Gaul Fresh (perusahaan milik penggagas ITP) begitu merajai konten Instagram Indonesia Tanpa Pacaran. Bahkan, saya rasa, Gaul Fresh kalah tenar dari ITP. Jika aktivitas sehari-harinya saja jualan barang yang bertulisan Indonesia Tanpa Pacaran, apa tidak bisa jika kemudian ITP dikatakan sebagai merek dagang?

Iklan

Entah dengan cara apa saya bisa mengapresiasi kegigihan ITP dalam menjalankan bisnisnya. Ingin bergabung dengan mereka tapi kok saya bukan jomblo fisabilillah, tidak gabung tapi kok mereka keren sekali. Saya kan jadi dilema 🙁

Prediksi saya, bisnis dengan basis agama perencanaan sematang ITP akan semakin berkembang dan tahan lama. Generasi jomblo akan selalu ada, tentu saja. Sebagai golongan yang suka berjuang, mereka akan selalu setia menjadi relasi bisnis ITP. Menjadi konsumen sekaligus reklame berjalan bagi ITP yang semakin jaya.

Setelah secara masif menyediakan dagangan aksesoris islami, pakaian islami, dan bacaan islami untuk pasukan ITP, Gaul Fresh menyediakan baju pengantin syar’i untuk para jomblo yang ingin ganti status menjadi menikah.

Tuh, kurang bisnisable apa cobak si ITP ini? Waktu pacaran disuruh putus dengan mengucapkan ikrar yang mirip dengan teks proklamasi (ini bukti kenasionalisan lagi). Setelah jomblo disuruh beli segala dagangan syar’i sebagai modal promosi produk dakwah betapa pentingnya untuk mendukung Indonesia Tanpa Pacaran. Nah, pas mau nikah, tersedia juga baju pengantin syar’i yang bisa disewa atau dibeli.

Sebagai pengagum kecanggihan Indonesia Tanpa Pacaran dalam menciptakan pasar, saya hanya bisa berdakwah dengan cara seperti ini. Menyebarkan pandangan kagum kepada La Ode Manufar, sebagai sosok cerdas berjiwa usaha yang pantas diteladani.

Sekali lagi, saya ucapkan selamat kepada jomblo fisabilillah atas prestasi yang tidak bisa saya capai, sebagai relasi bisnis Indonesia Tanpa Pacaran yang Nasionalis.

Terakhir diperbarui pada 28 November 2018 oleh

Tags: bisnisDakwahindonesia tanpa pacaranjomblo fisabilillah
Anik Setyaningrum

Anik Setyaningrum

Artikel Terkait

Pelaku Budidaya Belut Membeberkan 3 Hal yang Perlu Diperhatikan Pemula Mojok.co
Pojokan

Pelaku Budidaya Belut Membeberkan 3 Hal yang Perlu Diperhatikan Pemula

15 Oktober 2025
Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern
Video

Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern

15 Maret 2025
Sunan Kudus: Bukan Sekadar Pendakwah, Tapi Juga Penegak Hukum dan Senapati Perang
Video

Sunan Kudus: Bukan Sekadar Pendakwah, Tapi Juga Penegak Hukum dan Senapati Perang

8 Maret 2025
Ninja Xpress Bantu UKM Tumbuh dengan Affiliate Marketing MOJOK.CO
Ragam

UKM Daerah Makin Profit karena Pakai Affiliate Marketing Bareng Ninja Xpress, Awalnya Bisnis Kecil-kecilan Kini Makin Banyak Cuan

27 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.