MOJOK.CO – Memilih Staf Khusus Presiden memang bukan perkara ringan, itulah kenapa Mojok Institute mencoba memberikan usulan.
Setelah sempat menjadi polemik panjang terkait dengan konflik kepentingan yang melibatkan staf khusus presiden Adamas Belva terkait dipilihnya Ruangguru (startup di mana Belva menjadi CEO-nya) sebagai salah satu startup yang ikut kebagian andil dalam proyek kartu prakerja. Belva akhirnya secara resmi mengundurkan diri dari jabatan staf khusus presiden.
Surat pengunduran diri Belva tersebut sudah diterima oleh Presiden Jokowi pada tanggal 17 April 2020 kemarin.
Sebelum muncul polemik terkait konflik kepentingan yang melibatkan Belva, peran staf khusus milenial ini memang sudah banyak diperbincangkan dan dikritik oleh masyarakat.
Andi Taufan Garuda Putra, misalnya. Sosok staf khusus ini sempat dikecam karena sempat mengirimkan surat berkop Sekretariat Kabinet kepada para camat agar mendukung relawan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menangani penyebaran Covid-19. Padahal Taufan adalah pendiri dan CEO perusahaan itu.
Setelah itu, ada Billy Mambrasar yang sempat menulis bio di akun linkedin-nya yang menulis bahwa jabatan stafsus presiden yang ia emban sekarang ini setingkat dengan jabatan menteri.
Bukan tak mungkin, mundurnya Belva bisa menjadi pemicu bagi beberapa stafsus lainnya untuk mundur juga. Maklum saja, serangan terhadap mereka di sosial media memang kian hari kian kencang.
Jika nanti (walau kemungkinannya sangat kecil) para stafsus di atas ternyata ikut mengundurkan diri, maka Presiden perlu mencari stafsus pengganti.
Berkaca dari polemik yang timbul sebelum ini, Presiden harus lebih jeli dan taktis dalam memilih stafsus.
Nah, melalui profiling yang tidak terlalu ketat dan dengan berbagai penelitian dan pengujian yang tentu saja sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan, Mojok Institute mencoba memberikan daftar sosok yang layak untuk diangkat menjadi stafsus. Siapa sajakah mereka? ini dia.
Joshua
Tak ada yang meragukan kiprah bocah dewasa ini. Joshua, tak bisa tidak, bagi banyak orang masihlah tetap Joshua si anak ajaib pelantun lagu “Diobok-obok”. Nggak peduli sudah setebal apa kumis, bulu ketek, atau bulu-bulu di bagian tubuh lainnya.
Joshua, yang kariernya sebagai bintang sempat anjlok setelah tumbuh dewasa, perlahan mulai bisa menemukan kejayaannya kembali. Walau saat ini produk besar yang memakainya sebagai bintang iklan di tv masih sebatas Nutrisari thok, tapi setidaknya, ia sudah mulai bisa membuktikan bahwa dirinya tak pernah mau menyerah pada waktu.
Bersama pacarnya, ia berhasil mengumpulkan banyak follower dan subscriber di Instagram maupun di Youtube. Bersama kawan-kawannya geng Yowis band, ia berhasil membuktikan bahwa ia aktor yang tidak buruk-buruk amat. Film yang ia bintangi itu sukses besar.
Joshua punya mental bertahan yang amat keras. Jokowi perlu sosok-sosok seperti Joshua, sosok yang mampu bangkit dari keterpurukan masa lalu, menuju ke arah yang lebih baik.
Gofar Hilman
Kita semua paham, bahwa tugas stafsus Presiden selama ini adalah sebatas peran advisory alias hanya memberi nasihat dan masukan. sehingga boleh dibilang, stafsus tak punya kewenangan eksekusi.
Dalam kapasitas itulah, peran stafsus menjadi lebih tampak dominan pada komunikasi di sosial media belaka.
Nah, jika berbicara tentang komunikasi, utamanya jika melibatkan sosok muda, maka adalah kualat jika sampai tidak melibatkan seorang Gofar Hilman.
Ini tentu bukan karena Gofar adalah mantan pacar dari Putri Tanjung yang merupakan salah satu stafsus saat ini, namun murni karena ia punya banyak hal yang membuatnya layak dipilih sebagai stafsus.
Dengan Gofar Hilman sebagai stafsus, maka per-stafsus-an duniawi pasti akan lebih berwarna. Dari Gofar, Jokowi bisa belajar bagaimana cara terbaik untuk menjaring informasi dan aspirasi dari para rakyat dengan cara yang asyik dan menyenangkan.
Nanti setiap pekan, Jokowi bisa mencoba bikin program tontonan khas terkait dengan komunikasi publik. Jika Soeharto sukses bikin Kelompencapir alias Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa, maka Jokowi juga bisa bikin program talkshow “Ngobam” alias Ngobrol Bareng Masyarakat.
Akan sangat menarik melihat Jokowi membuka acara tersebut dengan pidato khasnya, “Asssalamualaikum, shalom, om swastiastu, namo buddhaya, salam kebajikan,” yang kemudian langsung dilanjut “Jokowi di sokin.”
Dengan Gofar Hilman sebagai stafsus, jangan heran jika lagu Indonesia Raya kelak bakal diaransemen ulang dengan lebih gahar, tentu saja bukan oleh Addie MS, melainkan oleh Ricky Seringai dengan vokal dari Otong Koil.
Jarkiyo
Mungkin tak banyak yang tahu atau kenal dengan sosok yang satu ini, padahal, dialah salah satu sosok penting yang ikut membuat nama Didi Kempot kembali berkibar dalam blantika musik Indonesia masa kini.
Jarkiyo adalah salah satu penggerak “Surakarta Sad Bois Club”, kolektif basis penggemar Didi kempot di Solo yang kelak kemudian melahirkan embrio basis-basis penggemar Didi kempot di kota-kota lain. Basis-basis inilah yang di kemudian hari bernaung dalam payung besar bernama Sobat Ambyar.
Sebagai sesama orang Solo, tentu saja Jokowi akan punya banyak kemistri yang kuat dengan lelaki bernama asli Fajar Romadona ini.
Jarkiyo adalah tipikal lelaki Jawa yang taktis dan strategis. manuver-manuver-nya terbukti ciamik dalam melambungkan nama Didi Kempot yang sempat tenggalam dalam skena musik milenial.
Ia dan kawan-kawannya menggagas Munas Loro Ati, sebuah acara temu penggemar Didi kempot yang kelak ikut menjadi pelapang jalan bagi Didi Kempot untuk dikenal luas.
Pemuda bertampang standar ini, dengan segala kejenakaan dan kemampuan manajerial akar rumputnya yang mumpuni, pastilah akan banyak membantu Jokowi.
Jokowi bisa belajar dari Jarkiyo bagaimana teknik meningkatkan impresi yang bagus pada sosok dirinya yang sempat turun belakangan ini.
Baskara Putra
Jokowi, sebagai seorang pemimpin, banyak dipuji sekaligus dihujat. Bedanya, pujian dan hujatan ini jumlahnya hampir sama besar.
Hal ini rasanya tak jauh berbeda dengan Baskara Putra. Sebagai seorang musisi, lagu-lagu yang ia bawakan baik sebagai vokalis band .Feast atau sebagai solois dengan nama Hindia ini banyak dipuji namun juga banyak dihujat. Uniknya, alasan pujian dan hujatannya umumnya karena satu hal: liriknya lagunya yang dianggap terlalu ndakik dan falsafi.
Nah, jika Baskara dipilih menjadi stafsus, maka Jokowi bisa belajar banyak bagaimana cara meng-handle situasi yang serba di tengah-tengah ini (dipuji sekaligus dicaci).
Militansi para fans Baskara juga bisa dimanfaatkan oleh Jokowi untuk menangkis isu-isu negatif terkait dirinya di sosial media.
Selain itu, Jokowi juga bisa kulakan kata-kata dari lirik lagu-lagu Baskara yang sangat artsy dan edgy itu untuk ia pakai sebagai materi pidato dalam menyampaikan kebijakannya. Maklum, selama ini kan Jokowi hobi mengutip isu-isu anak muda, dari mulai Avengers sampai Game of Thrones. Tak ada salahnya kalau Jokowi juga mengutip lirik lagu-lagu Baskara.
“Pemerintah nantinya bukan hanya memberikan bantuan uang modal, namun juga pelatihan usaha. Ibarat kata, kami memberikan galon, dispenser pula.”