Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Memahami Iklan Kampanye Gerindra Pimpinan Prabowo tentang Kegalauan Seorang Sarjana

Audian Laili oleh Audian Laili
16 Desember 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Iklan kampanye Gerindra pimpinan Prabowo yang menyindir Jokowi tentang lapangan pekerjaan justru blunder dan menyerang pihak mereka sendiri.

Tim kampanye Prabowo sepertinya ingin menggaet hati generasi muda dengan iklan kampanye terbarunya. Di dalam iklan kampanye Prabowo tersebut, diceritakan tentang seorang sarjana jurusan Arsitektur yang baru lulus dengan predikat magna cumlaude.

Iklan tersebut sebetulnya mengingatkan saya pada lagu Sarjana Muda-nya Iwan Fals. Tentang seorang lulusan sarjana yang telah lama berjibaku dengan ilmu pengetahuan, namun belum juga mendapatkan pekerjaan. Dengan mengandalkan ijazah sarjananya yang menunjukkan dirinya sungguh berprestasi di bidang akademik.

Di dalam video itu, sebagai seorang fresh graduate, dia berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan dubbing, “kerja, kerja, kerja” yang digaungkan ketika si mas-mas ini sedang melamar pekerjaan sambil menunggu pengumuman. Sindiran ini di awal disampaikan dengan cukup semangat kemudian perlahan menjadi sebuah keputusasaan. Ya, cukup menyentil kubu lawan.

Melihat si mas-mas ini tidak segera bekerja, bapaknya pun mulai gelisah. Akhirnya, dia memutuskan untuk bekerja apa saja tanpa memilih jenis pekerjaannya. Dia bekerja sebagai driver online, menjaga di pintu masuk untuk menyambut pelanggan, valet parking, hingga fotografer. Namun, sayangnya di dalam video tersebut, dia tidak nyaman dengan pekerjaan tersebut.

Mungkin di dalam hati, mas-mas ini berkata, “Ini bukan passion aku!” Apalagi ditambah adegan, orang tuanya sedih melihat anaknya bekerja tidak sesuai dengan gelar sarjananya. Dan dalam kebimbangan tersebut ujug-ujug, bimsalabim! Muncul sebuah iklan—di dalam iklan—di televisi. Bahwa…

…kita butuh Prabowo-Sandiaga untuk membawa perubahan. Wow, sungguh sangat luar biasa? Eh, btw, memang perubahan yang kayak gimana, sih yang dimaksud? Sungguh ini sangat ngambang sekali, Saudara-saudara.

Nah, daripada kita bertanya-tanya dengan sesuatu yang direncanakan oleh Prabowo-Sandiaga ke depannya. Lebih baik, kita memahami perlahan, bahwa ada beberapa nalar yang ngawur dan blunder dari iklan Gerindra pimpinan Prabowo yang sebetulnya pengin nampak kekinian ini.

Pertama, kita akan memulainya dengan memahami terlebih dahulu, apa makna kata bekerja. Bekerja ini dari kata kerja yang artinya kegiatan melakukan sesuatu. Iya, melakukan sesuatu. Kemudian kata tersebut sering kali lebih dimaknai sebagai seuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah.

Lantas, apakah ada yang salah dengan pekerjaan yang si mas-mas ini lakukan? Lha wong, yang dia lakukan ini juga mencari nafkah. Halal lagi. Salahnya di mana? Apakah hanya karena pekerjaan itu nggak level dengan gelar yang dia sandang? Iya, gitu?

Kedua, saya agak menyesalkan, mengapa si mas-mas ini hanya fokus untuk mencari perkejaan dan ia merasa kecewa ketika tidak ada lowongan pekerjaan yang sesuai dengan passionnya atau dia tidak diterima di pekerjaan idamannya. Hadeh, ini pasti soft skill masnya waktu kuliah masih belum terasah deh. Ini kayaknya waktu kuliah terlalu fokus ngejar IP doang, deh. Jadi nggak mau ikutan kegiatan apapun, yang dapat menyeimbangkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritualnya.

Kalau memang nggak ada lowongan yang cocok atau tidak berkesempatan untuk bekerja di kantor idaman, yaudah sih, bikin aja lapangan kerja sendiri. Yang kreatif sedikit dong, please~

Selain itu, iklan Gerindra pimpinan Prabowo ini justru menunjukkan kalau kita nggak masalah kalau cuma pengin males-malesan aja. Kita cukup melamar sebuah lowongan dan menunggu. Bukan menjemput kesempatan tersebut. Kalau kayak gini, effort-nya sebagai calon generasi penerus bangsa, sungguh perlu dipertanyakan. Iklan ini pun, justru…

…mendemotivasi generasi muda kita. Persepsi semacam, “Oh, kalau memang pengin dapat kerja itu, yang penting cukup ngelamar dan nunggu aja, itu wajar-wajar aja, ya? Berarti nggak apa-apa, kan? Jadi kalau kita nggak dapat kerja, itu salah pemerintah kan, ya?”

Iklan

Ya, sak karepmu! Kamu mati karena laper tapi mager dan cuma pengin tiduran di kamar terus tiba-tiba makanan datang sendiri, juga salahnya pemerintah, kok!

Ketiga, iklan Gerindra ini juga membuat generasi muda kita jadi pilih-pilih pekerjaan. Saya sebetulnya agak sangsi dengan dugaan bahwa pengangguran kita jumlahnya banyak. Sepertinya, ini bukan karena lowongan kerja yang sedikit. Menurut saya, ini dikarenakan banyak anak muda yang terlalu pilih-pilih pekerjaan dan tidak mau mengambil kesempatan di depan mata. Ya, tidak mau. Bukan tidak mampu.

Seperti yang diceritakan dalam video tersebut. Apa salahnya seorang sarjana arsitektur yang lulus dengan magna cumlaude bekerja sebagai fotografer misalnya? Salahnya itu di mana, toh, Ya Tuhan~

Saya yang sarjana Psikologi juga nggak jadi psikolog, loh!11!1

Saya sebetulnya bingung memangnya apa sih, pekerjaan idaman si mas-mas di video tersebut? Kalau memang dia pengin menjadi seorang arsitek, dan nggak ada perusahaan yang mau menerimanya, yaudah sih, jadi arsitek lepas aja. Nggarap proyek kecil-kecilan dulu, buat nambah-nambah pengalaman dan kredibilitasnya sebagai seorang arsitek. Bisa, kan? magna cumlaude, loh masak ya kepikiran kayak gitu untuk bertahan hidup~

Keempat, sebentar, jangan-jangan si masnya ini pilih-pilih pekerjaan karena ingin kerja sebentar dan langsung mapan secara ekonomi terus bisa ngelamar Mbak Pacar? Iya? Hadeeh, yang kayak gini, nih, justru bikin mental-mental ‘baru kerja beberapa bulan udah bisa kaya raya’ yang harus dilenyapkan.

Lha gimana? Kalau terlalu pengin bisa cepat kaya raya dengan cara instan, alih-alih bekerja, malah memilih untuk menggandakan uang aja!

Tunggu dulu, apakah ini juga ada hubungannya dengan bisnis MLM yang terlalu sering menjanjikan, “kerja di rumah, hanya dalam beberapa bulan, bisa punya kapal pesiar?”

Kelima, sesungguhnya, iklan Prabowo ini justru menyakiti hati teman-teman kita yang kerjanya freelance. Ya gimana nggak, di iklan tersebut, seakan-akan orang yang bekerja freelance, meski telah bekerja namun tetap dianggap sebagai beban orang tua dan negara!

Aduh mama sayange, apa yang bikin iklan Gerindra ini nggak paham, ya. Kalau di zaman yang sudah sangat dipermudah dengan teknologi sekarang ini, justru lebih banyak kesempatan yang ada di depan mata untuk kita kerjakan dan dijadikan ladang rezeki.

Bekerja tidak lagi harus di kantor, loh. Tidak harus di sebuah pekerjaan besar dengan gengsi tinggi. Saat ini, kita sudah berkesempatan bisa memperoleh penghasilan tanpa harus pergi dari kamar kos-kosan. Kita nggak perlu mandi ataupun macet-macetan di jalan. Gimana? Enak toh?

Modalnya apa? Modalnya, jeli, kreatif, dan nggak gampang sambat.

Maaf, sekadar mengingatkan, fyi, siapa pun yang menjadi presiden kita, jika kita tidak menunjukkan usaha untuk berubah, ya sama aja. Udah, kalau situ memang males, ya males aja. Nggak usah sok cari-cari kesalahan orang lain~

Eits, maaf, no debat.

Terakhir diperbarui pada 20 Desember 2018 oleh

Tags: Iklan GerindraIklan PrabowoPilpre 2019prabowo
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)
Pojokan

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Video Prabowo Tayang di Bioskop Itu Bikin Rakyat Muak! MOJOK.CO
Aktual

Tak Asyiknya Bioskop Belakangan Ini, Ruang Hiburan Jadi Alat Personal Branding Prabowo

16 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Lagu Sendu yang Mengiringi Banjir Bandang Sumatera Barat MOJOK.CO

Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat

6 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.