Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Dahsyatnya Lagu Ibu Kartini dan Narasi Ketakutan Fadli Zon

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
21 April 2018
A A
Kilas-Fadli-Zon-MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Mari berlindung di balik lagu Ibu Kartini ketika kamu tertekan oleh berbagai hoax menjelang pilpres 2019.

Pemilu 2019 masih tahun depan, namun baranya sudah terasa sejak April 2018. Berani taruhan, pasti kamu banyak membaca kalimat itu di Facebook atau Twitter. Kegelisahan itu memang nyata adanya dan berkecambah. Menular seperti penyakit. Apalagi ketika isu panas digoreng langsung oleh pejabat negeri ini. Pejabat yang vokal, namun lebih sering wagu.

Baru-baru ini, Fadli Zon, anggota DPR kesayangan kalian, saya enggak, menbicarakan soal isu tenaga kerja asing di Indonesia yang semakin luber. Dan entah kenapa, Pak Zon selalu menyebut tenaga asing dari Cina. Padahal, ya kalau mau adil, banyak juga kok tenaga asing dari negara lain. Tapi karena yang paling seksi untuk digoreng adalah tenaga asing dari Cina, ya itulah yang digarap.

Fadli Zon menggunkan momen jatunya helikopter di Morowali sebagai pijakan untuk kembali berbicara soal tenaga asing Cina. Dan tentu saja ujungnya bisa ditebak, beliau menyerang Jokowi. Mainnya monoton, sudah kayak Manchester United yang juara Liga Primer Inggris. Tapi juara dua maksudnya.

Saya kutipkan secara langsung tiga kalimat Fadli Zon dari laman detik.com ya:

“Saya kira ini satu konfirmasi bahwa memang telah banyak tenaga kerja dari China yang masuk ke Indonesia. Tidak jelas juga statusnya mana yang legal dan ilegal. Karena kan pemerintah memberikan bebas visa,” jelas Fadli kepada wartawan, Jumat (20/4/2018).”

“Menurut saya, perpres (TKA) itu harus ditinjau ulang. Dicabutlah. Presiden jangan mengkhianati tenaga kerja lokal yang memang butuh pekerjaan,” ucapnya.

“Masak sekarang di saat orang susah cari pekerjaan kok presiden mengeluarkan perpres untuk memberikan “karpet merah” dan jalan pintas bagi tenaga kerja asing masuk. Ini kan melukai warga negara kita sendiri yang mau bekerja. Apalagi tenaga kerja itu bisa tenaga kerja yang bukan skilled khusus gitu. Kecuali memang ada skill khusus yang kita tidak punya ahlinya bolehlah,” tutup Fadli.

Satu hal penting yang tak dipikirkan oleh Fadli Zon adalah pengaturan penggunaan tenaga kerja asing adalah lanjutan dari berlakunya perdagangan bebas di Asia Tenggara dan dunia seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), CAFTA dan General Agreement on Trade in Services (GATS).

Semua ini sudah ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia jauh sebelum Presiden Joko Widodo berkuasa. Jadi, pemerintah tak bisa sepenuhnya disalahkan. Jika tenaga kerja asing memang lebih berkualitas dan banyak diminati, apakah hal itu mutlak salah pemerintah?

Salah pemerintah bukan di banyaknya tenaga kerja asing berkualitas yang masuk, namun keharusan menggenjot kualitas tenaga kerja lokal. Sementara itu, tenaga kerja lokal harus sadar bahwa perkembangan dunia berjalan cepat dan membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang disiplin dan punya kualitas.

Jadi, ketimbang banyak mengeluh enggak dapat kerja karena salah saing, ya mending tingkatkan kualitas diri dulu. Jangan dikit-dikit menyalahkan pemerintah karena gagal dalam hidupmu yang miskin itu.

Toh kualitas sekolah juga sudah semakin bagus. Ada cara untuk bersekolah untuk anak dari keluarga kurang mampu. Bisa memilih sekolah di SMK, misalnya, untuk segera bisa menguasai bidang tertentu. Pemerintah mengawal di bidang-bidang ini supaya tenaga kerja Indonesia lebih bisa bersaing.

Pun, jika melihat data, jumlah tenaga kerja asing  pada tahun 2017 adalah sebanyak 74 ribu, jauh menurun dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 77 ribu lebih. Jadi, mengapa Fadli Zon menggunakan isu tenaga kerja asing, terutama dari Cina, untuk menyerang Jokowi? Ya karena cara mainnya sudah monoton itu tadi.

Iklan

Isu tenaga asing dari Cina, dibuat seolah mengancam keberadaan tenaga kerja “pribumi”. Jika isu ini meledak, maka serangan kedua dengan tema “PKI” akan diluncurkan. Lalu pemerintah, dalam hal ini Jokowi, kembali dihubung-hubungkan dengan hoax anak gerwani. Ketebak banget. Monoton. Sayangnya, yang monoton itu sukses besar di kalangan akar rumput.

Kenapa bisa sukses besar? Karena kurangnya edukasi soal bahaya laten hoax pemilu lewat postingan di media-media sosial atau broadcast lewat wasap atau Line. Gimana? Blokir saja semua, gak cuma Facebook saja yang diblokir. Bagaimana mau meningkatkan kulitas diri kalau tenaga lokal mudah termakan hoax murahan? Narasi soal ketakutan itu yang dimain-mainkan oleh segelintir elite yang bakal punya kepentingan triliunan di pilpres 2019 nanti.

Bicara kualitas diri, seharunya, tenaga lokal yang gagal berkembang itu malu dengan Ibu Kita Kartini, putri sejati, putri Indonesia, harum namanya. Hayo, siapa yang reflek nyanyi pas baca kalimat itu? Xixixi…

Raden Ajeng Kartini memperjuangkan martabatnya sebagai perempuan merdeka lewat literasi. Lewat surat-suratnya yang berjudul “Door Duistermis tox Licht” atau jika diterjemahkan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang”, Ibu Kartini memperjuangkan penghapusan diskriminasi terhadap kaum perempuan yang memang terasa begitu kuat pada zaman itu.

Tak hanya menulis, Kartini juga membangun sekolah untuk perempuan di Rembang dan Jepara. Tak hanya di atas kertas saja, Kartini memberi bukti di atas lapangan. Kalau Fadli Zon itu seperti Manchester United yang monoton, Kartini itu seperti Real Madrid yang cak cek sat set di atas lapangan dan juara Liga Champions dua kali berturut-turut.

Coba cek Lagu Ibu Kartini itu. Salah satu liriknya berbunyi “Pendekar bangsa, pendekar kaumnya, untuk merdeka.” Penggalan lirik Lagu Ibu Kartini itu mengingatkan kamu untuk berjuang dari diri sendiri dulu. Belajar lah yang rajin, supaya melek informasi. Jangan berjuang dengan kekerasan, melainkan kecerdasan.

Lagu Ibu Kartini itu juga mengingatkan bahwa cita-cita yang besar bukan hanya untuk pribadi saja, melainkan untuk Indonesia. Kalau kamu banyak mengeluh karena menganggur, jangan berharap nasib kisminmu akan berubah. Dahsyat betul itu lagu.

Lewat perjuangannya, Kartini membebaskan belenggu, membawa kaum perempuan ke depan pintu pengetahuan. Untuk apa? Ya untuk berkembang sebagai manusia. Untuk meningkatkan kaulitas diri supaya tak hanya menjadi perempuan yang, kalau kata Djenar Mahesa Ayu lewat cerpennya, “Menyusu Ayah”, saja.

Pondasi awal adalah mengembangkan diri sendiri, baru kemudian berani menantang dunia (kerja). Ya kecuali kalau kamu anak orang kaya mblegedu, yang punya sawah 10.000 hektar dan kamu tinggal main Mobile Legend setiap hari pun tiada mengapa. Ingat, yang biasa ngopi di Kopi Joni saja kerja dari subuh supaya kaya raya. Intinya adalah kerja keras, disiplin, jujur, dan mau belajar.

Ha kalau sudah begitu, dengan diri kamu yang lebih berkualitas, tenaga kerja asing dari Namibia atau Gambia pun bukan saingan. Gitu aja kok repot.

Selamat Hari Kartini. Semangat dari Lagu Ibu Kartini bukan untuk para perempuan saja, namun untuk semua manusia Indonesia yang masih dijajah oleh hoax seputar pilpres 2019 nanti. Merdeka!

Terakhir diperbarui pada 26 April 2018 oleh

Tags: Fadli Zonhoaxibu kartiniibu kita kartinilagu ibu kartiniPilpres 2019PKIRA Kartiniraden ajeng kartiniselamat hari kartinitenaga asingtenaga asing cina
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

PKI dan Politik Ingatan: Dari Demonisasi hingga Penghapusan Sejarah
Video

PKI dan Politik Ingatan: Dari Demonisasi hingga Penghapusan Sejarah

27 September 2025
Pacu Jalur Direcoki Pemerintah Jadi Cringe dan Nggak Seru Lagi MOJOK.CO
Esai

Saat Negara Turut Campur Aura Farming Pacu Jalur, Semua Jadi Terasa Cringe dan Nggak Seru Lagi

14 Juli 2025
Fadli Zon: Narasi Orde Baru dalam Bayang-Bayang Reformasi
Video

Fadli Zon: Narasi Orde Baru dalam Bayang-Bayang Reformasi

12 Juli 2025
Fadli Zon menyangkal pemerkosaan massal dalam kerusuhan 1998. MOJOK.CO
Mendalam

Muslihat Penulisan Ulang Sejarah Mei 1998: Memberikan Penghargaan kepada Soeharto dan Menyangkal Bukti Pemerkosaan

17 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.