Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Bikin Kecewa, Jokowi Belum Resmi Presiden Kok Sudah Pelupa

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
11 Juli 2019
A A
jokowi lupa MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Saya kecewa. Kecewa Pak Jokowi belum jadi Presiden tapi sudah lupa. Bagaimana nanti kalau sudah resmi dilantik sebagai Presiden di Oktober 2019?

Pertama-tama, saya ucapkan selamat untuk Pak Jokowi dan Kiai Ma’ruf Amin. Selamat, sudah berhasil mengalahkan pasangan Prabowo-Sandi di panggung Pilpres 2019, sidang MK, dan (kemungkinan besar) di level kasasi.

Kedua, saya ucapkan sekali lagi, kali ini terkhusus untuk Pak Jokowi. Selamat, sudah sukses mengalahkan Prabowo untuk kali kedua. Kalau di balbalan, ini namanya konsistensi. Kayak Barcelona ketemu Real Madrid. Mau ketemu berapa kali pun, Barcelona yang bakal (biasanya) selalu menang.

Ketiga, saya ucapkan selamat untuk kali ketiga. Selamat untuk Pak Joko Widodo yang akan terus dibayang-bayangi oleh janji dan program. Ya gimana ya, Pak. Belum menjabat saja Bapak sudah pelupa. Padahal, pelantikan Presiden untuk kali kedua baru akan dilaksanakan di Oktober 2019 nanti. Namun, sejak Juli saja Bapak sudah pelupa.

Bapak Jokowi ini kan Presiden Indonesia. Meskipun pelantikan masih akan terjadi di Oktober, melihat hasil Pilpres, jika tidak ada perubahan yang ekstrem, ya Bapak sudah resmi jadi pemimpin bangsa. Maka dari itu, Bapak tahu sendiri kalau pemimpin itu tidak boleh lupa. Lupa itu dosa, Pak. Yang boleh itu tidak ingat. Kalau politikus biasanya pakai kalimat pembuka: “Saya tidak pernah bicara begitu bahwa…(disambung program yang sudah dijanjikan tapi tidak dijalankan).”

Ohh, ya saya lupa. Kalau netizen itu bebas, Pak Jokowi. Boleh lupa. Kalau bikin salah di Twitter misalnya, langsung hapus saja. Klarifikasi itu buat orang selo saja, Pak. Kalau pekerja kayak saya ini ya tinggal hapus twit dan berlagak tidak terjadi apa-apa. Beda dengan pengangguran. Kalau orang nggak punya pekerjaan main Twitter, biasanya bikin THREAD, Pak, atau nge-share playlist Spotify padahal nobody minta.

Ngomong-ngomong soal pengangguran, saya dengar dulu mereka yang nggak punya gawe bakal digaji oleh negara. Wah, ini kabar baik buat banyak orang Indonesia. Kan katanya cari kerja di Indonesia itu susah. Persetan dengan daya saing dan kemampuan diri, pokoknya kalau satu bilang sulit cari kerja, ya itu yang benar. Seperti biasanya itu lho, Pak.

Banyak anak-anak milenial yang kebanyakan main Facebook bersuka ria. Mereka merasa kalau negara ini sudah mulai perhatian. Lha gimana enggak, seharian gegoleran main hape, ngopi-ngopi, nonton drakor, main halma pun tetap digaji.

Ngapain wara-wiri pakai kemeja pakai dasi bawa map isi lamaran kerja. Ngapain susah-susah pakai Google translate buat bikin lamaran kerja ndakik-ndakik pakai Bahasa Inggris untuk dikirim via email. Di rumah jadi benalu orang tua saja dikasih gaji sama Pak Jokowi. Berkah mana lagi yang mau kami dustakan.

Namun, saya sedih, Pak. Ketika Bapak lupa dengan program ini. Pak Jokowi seperti lupa dengan program gaji pengangguran. Banyak lho ya sekarang protes karena lihat Bapak ngomong kalau lupa. Iya, lupa. “Kapan saya bilang pengangguran (digaji)?” Bapak bilang begitu sambil nunjuk-nunjuk kartu sakti.

Banyak yang tertawa-tawa senang. Sudah pasti mereka pendukung Prabowo. Mereka tertawa senang karena sudah terbukti kalau 55% orang Indonesia sudah salah pilih Presiden. Lha belum menjabat saja sudah lupa dengan janjinya ketika kampanye.

Ketika kampanye bilang: “Pengangguran akan digaji…”

Ketika sudah menang bilang: “Kapan saya bilang pengangguran (digaji)…”

Bahkan ada netizen, namanya Wawan Hirawan bikin video deklarasi. “Sesuai dengan janji Bapak Jokowi sebelumnya, ingin menggaji setiap pengangguran, maka hari ini saya resmi gantung ijazah. Dan ingin fokus menjadi pengangguran. Selamat ya, Pak. Semoga amanah. Terima kasih.”

Iklan

Tagih janji Jokowi, Pemuda ni fokus menganggur agar digaji. Dia mengaku ingin fokus menjadi pengangguran dan menggantung ijazah yang dimilikinya. Ia menagih janji Presiden Terpilih Jokowi yang akan memberikan gaji untuk penganguran.gini siapa yg salah???#PresidenYangTertukar pic.twitter.com/BFzRhDZ1Vi

— Joko (@Joko77866296) July 5, 2019

Wawan Hirawan bikin video deklarasi jadi pengangguran dengan latar belakang ijazah tergantung. Saya kira banyak Wawan-Wawan lainnya di luar sana yang kecewa dengan Pak Jokowi karena lupa setelah bilang, “Kapan saya bilang pengangguran (digaji)…” sambil nunjuk-nunjuk kartu sakti.

Saya pribadi kecewa, Pak Jokowi. Sangat kecewa. Bukan, bukan karena saya pengangguran, tapi kecewa karena penjelasan Bapak memang agak sulit dipahami. Atau katakanlah kurang lengkap menjelaskan. Kan Bapak sendiri tahu kalau banyak orang Indonesia itu suka motongin video. Dulu saya kira hobi potong-memotong itu cuma ada di ikebana atau kesenian merangkai bunga. Zaman 4.0 seperti sekarang ini, memotong video jadi hobi baru.

Bapak Jokowi memang pelupa. Dulu kan Bapak bilang, mereka yang “digaji” itu yang sudah ikut pelatihan dan sedang menunggu kesempatan bekerja. Kalimat yang kayaknya sederhana kayak gitu saja itu sulit dipahami lho, Pak. Masih banyak yang salah memahami soal “pelatihan”. Taunya kalau nganggur ya digaji. Maklum, Pak. Nalar kalau sudah tersumbat politik dan kebencian pasti begitu. Saya kecewa Bapak lupa dengan kebiasaan orang Indonesia.

Mochtar Lubis, sastrawan besar, pernah bilang kalau salah dua ciri-ciri orang Indonesia adalah malas dan percaya takhayul. Malas dalam artian etos kerja dan perilaku. Tambahkan dengan ontran-ontran politik, maka Bapak akan mendapatkan sosok paripurna Homo Indonesiansis, jenis manusia purba yang enggan melihat sesuatu dalam konteks utuh.

Potong-memotong video dan menghiasinya dengan kepercayaan kacau “asal saya puas”. Potong-memotong konteks, supaya seseorang terlihat salah dan kacau. Apalagi kalau seseorang itu adalah Presiden seperti Bapak.

Saya kecewa, Pak. Kecewa Bapak Jokowi lupa memberi penjelasan yang lebih jelas. Saya sarankan, kalau Bapak blusukan ke pelosok negeri, bawa ajudan khusus motivator dan public speaking. Banyak orang Indonesia suka dibuai dengan kalimat-kalimat indah. Biarkan mereka yang menjelaskan semua program Bapak secara utuh. Bapak Jokowo tinggal duduk saja, mimik teh hangat dan makan oseng-oseng tempe ditemani nasi panas.

Saya kecewa. Kecewa Pak Jokowi belum jadi Presiden tapi sudah lupa.

Terakhir diperbarui pada 15 Juli 2019 oleh

Tags: gaji pengangguranjokowiprabowo
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)
Pojokan

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.