Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Alasan Perempuan Sering Bersaing dengan Sesama Perempuan

Audian Laili oleh Audian Laili
22 September 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Saya dekat dengan teman perempuan saya, namun diam-diam juga bersaing dengannya. 

Sewaktu kuliah, saya punya beberapa teman dekat. Dekat sekali. Mereka semua sama-sama perempuan. Kami saling memuji di depan. Saling memberikan semangat, kekuatan, dan dukungan. Namun di belakang, ternyata diam-diam kami saling bersaing satu sama lain. Berusaha menjadi yang terbaik di antara kami. Iya, hanya di antara kami.

Hal ini sangat saya rasakan ketika sedang mengerjakan skripsi. Kami sering mengerjakan skripsi bersama-sama. Namun tanpa diungkapkan ternyata kami berusaha menyelesaikan skripsi paling cepat dibanding lainnya. Terkadang kami menampakkan wajah malas di depan, namun ternyata bersemangat mati-matian di belakang.

Perasaan persaingan seperti ini, tidak saya rasakan terhadap teman lelaki saya. Keberadaan teman lelaki tersebut, benar-benar saya anggap sebagai pendukung. Saya sama sekali tidak merasa dia–teman lelaki saya–sebagai ancaman. Berbeda dengan teman perempuan saya, yang justru saya anggap sebagai saingan.

Padahal, saya dan mereka–teman perempuan saya–tidak ada masalah apa-apa. Kami baik-baik saja. Tetap bisa bercerita banyak hal. Sayangnya, perasaan untuk tidak mau kalah dibandingkan mereka, sepertinya sulit dihapuskan begitu saja.

Bukankah menganggap teman dekat sendiri sebagai saingan adalah hal yang cukup aneh? Di saat perempuan seharusnya saling mendukung satu sama lain?

Tetapi, mungkin ini bisa jadi hal yang biasa saja terjadi. Lihat saja kasus Gita Savitri dan Via Vallen yang pernah mendapatkan pelecehan seksual dari seseorang lelaki yang tidak mereka kenal. Mereka merasa tidak nyaman dengan itu, lalu menceritakannya di media sosial berharap mendapatkan dukungan.

Namun yang ada, mereka justru mendapatkan ejekan oleh perempuan lainnya. Banyak perempuan yang menganggap ‘curhat’ tersebut sebagai hal yang tidak perlu disuarakan. Lebih parah lagi, keduanya dianggap ‘lebay’ oleh sesama perempuan.

Ini betul-betul aneh, kan? Ketika sesama perempuan seharusnya saling menguatkan satu sama lain, yang jamak terjadi justru saling menjatuhkan. Apakah hal ini bisa dikatakan sebagai sebuah persaingan terselubung?

Perihal perselingkuhan juga. Jika ada suami yang telah beristri kemudian selingkuh, yang sering terjadi adalah kemarahan sang istri lebih besar ke selingkuhannya. Bukan ke suaminya sendiri. Tidak mengherankan, jika rasa-rasanya sebutan pelakor (perebut laki orang) lebih sering terdengar dibandingkan pebinor (perebut bini orang).

Selain itu, masalah body shaming, isu yang sering ditentang oleh perempuan ini, justru tanpa sadar dilakukan oleh sesama perempuan sendiri. Saya yakin, banyak perempuan merasa tidak nyaman jika dikomentari anggota tubuhnya. Namun, tanpa disadari, banyak basa-basi yang keluar dari mulut perempuan, justru menyampaikan hal tersebut.

Ya, masalah persaingan ini bentuknya memang beraneka ragam, dari diam-diam merasa tersaingi, kemudian ngomongin di belakang, saling memusuhi atau menghina di media sosial, mengajak teman se-geng memusuhi dia, hingga melabrak.

Mengapa? Menurut analisis sok nyikologis saya, hal ini dikarenakan perempuan lebih sensitif serta memiliki kebutuhan akan perhatian yang lebih besar dibandingkan lelaki. Lantas, keinginan untuk menjadi pusat perhatian juga menjadi lebih besar.

Untuk mendapatkan perhatian yang lebih banyak tersebut, tidak mengherankan jika kemudian kita sebagai perempuan merasa bahwa saingan-saingan kita tersebut setidaknya dimulai dari makhluk yang diciptakan serupa. Yang adalah perempuan lainnya. Maka perasaan merasa terancam dan tidak aman itu justru didapatkan dari para perempuan juga.

Iklan

Tanpa disadari kita sesama perempuan saling bersaing, bisa dengan mempromosikan diri kita sendiri untuk telihat lebih menarik ataupun dengan menghina dan menjatuhkan perempuan lainnya supaya kita terlihat lebih baik.

Sebetulnya, masalah persaingan itu tidak selalu berdampak buruk dan tidak ada masalah. Jika memang, pertemanan kita diam-diam saling bersaing ke arah yang positif. Misalnya saling bersaing untuk juara kelas, bersaing untuk dipilih mewakili sekolah untuk mengikuti lomba, dan semacamnya. Toh persaingan seperti itu, juga memacu diri kita untuk menjadi lebih baik, kan?

Eh, tapi apa ya, nggak capek kalau hidup yang dimulai dengan persaingan ini, terus menerus diisi untuk saling berkompetisi? Bukankah akan lebih nyaman rasanya jika kita memilih untuk saling berkolaborasi? Iya nggak, sih? *ngomong sama diri sendiri.

Terakhir diperbarui pada 22 Februari 2019 oleh

Tags: bersaingbody shammingGita Savitrikompetisiperempuanperempuan bersaingvia vallen
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

pekerja hotel, surabaya, jogja.MOJOK.CO
Podium

Larangan Hijab dalam Industri Perhotelan: Antara Hijabophobia atau Upaya Mengatur Tubuh dan Penampilan?

14 Januari 2024
Pesan Anak Perempuan untuk Ayahnya: Perasaanku Hancur, tapi Aku Hebat Sejauh Ini  MOJOK.CO
Kilas

Pesan Anak Perempuan untuk Ayahnya: Perasaanku Hancur, tapi Aku Hebat Sejauh Ini 

31 Desember 2023
Uneg-uneg dari Perempuan Lajang Usia 28 Tahun yang Tinggal di Desa MOJOK.CO
Kilas

Uneg-uneg dari Perempuan Lajang Usia 28 Tahun yang Tinggal di Desa

13 Desember 2023
Hal Paling Menyebalkan Bagi Perempuan: Diragukan Bisa Merantau MOJOK.CO
Kilas

Hal Paling Menyebalkan Bagi Perempuan: Diragukan Bisa Merantau

1 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.