Soto ayam bisa dibilang salah satu makanan paling populer di Indonesia. Hampir setiap daerah punya versinya masing-masing. Ada soto Lamongan, soto Semarang, soto Kudus, dll. Kuah hangat yang gurih, suwiran ayam yang lembut, ditambah taburan koya atau bawang goreng membuat hidangan satu ini jadi pilihan banyak orang.
Namun di balik popularitasnya, ternyata ada lho oknum pedagang yang menggunakan berbagai akal-akalan untuk menipu pembeli demi menambah keuntungan sebanyak-banyaknya. Tipu daya ini dilakukan secara halus sehingga tak langsung disadari pembeli. Misalnya seperti beberapa hal berikut ini.
#1 Menyajikan soto ayam dengan banyak kuah, isian sedikit
Tipu daya pedagang soto ayam pertama ini cukup sering saya jumpai. Kuah berlimpah tapi isiannya minimalis.
Saat mangkuk soto terhidang, sesaat terlihat penuh dan menggoda. Tapi begitu diaduk, isinya kebanyakan kuah. Suwiran ayam, sayur, dan kondimen lainnya hanya sedikit. Ini sih namanya bukan soto ayam, melainkan nasi kuah dengan topping ayam. Alhasil pembeli merasa kenyang karena minum kuah soto, bukan karena lauknya.
#2 Rasa kuah bukan gurih alami untuk menutupi kekurangan
Selain menyajikan soto dengan kuah lebih banyak, rasa kuah juga kerap diakali pedagang. Biasanya pedagang menambahkan micin atau penyedap rasa dalam jumlah banyak untuk membuat kuah soto terasa gurih. Jadi gurihnya bukan karena gurih alami dari ayam yang dimasak hingga menghasilkan kaldu, melainkan dari tambahan micin dan penyedap rasa.
Sebenarnya penggunaan micin dan penyedap rasa ini sah-sah saja dan biasa dalam campuran makanan. Tapi masalahnya, kalau terlalu banyak bisa berisiko bagi kesehatan. Mengutip Alodokter, mengonsumsi micin secara berlebihan bisa memicu asma, sakit kepala dan hipertensi, hingga gangguan ginjal.
Pembeli yang lidahnya memang terbiasa dengan tambahan micin dan penyedap rasa akan menganggap rasa gurih ini biasa saja. Sementara pembeli yang tak terbiasa dengan tambahan micin atau memiliki lidah sensitif mungkin akan merasa aneh dengan rasa gurih berlebih ini.
#3 Mengawetkan daging ayam pakai boraks, kalau tidak habis masih bisa dijual keesokan harinya
Tipu daya pedagang soto ayam selanjutnya terhadap pembeli adalah menggunakan boraks untuk mengawetkan daging ayam. Daging ayam yang digunakan untuk soto direbus dengan boraks hingga bisa tahan berhari-hari bahkan hingga dua minggu! Dulu pernah ada video investigasi mengenai pemakaian boraks ini terhadap potongan daging ayam yang diambil diam-diam dari penjual soto.
Tujuan pedagang soto ayam yang menggunakan trik licik mengawetkan daging dengan boraks ini agar nggak merugi apabila dagangannya tak habis. Jadi daging ayam masih bisa disimpan untuk jualan besok-besok. Hiiiy, seram.
#4 Ayam disuwir halus agar terlihat banyak
Selain mengakali kuah, ada juga pedagang yang menyiasati ayam yang digunakan. Yang ini bukan diawetkan dengan boraks, tapi disuwir sangat tipis, setipis benang kayaknya. Jadi secara visual, suwiran daging ayam ini terlihat banyak saat dihidangkan.
Padahal kalau dikumpulkan mungkin suwiran-suwiran ini tak sampai sepotong kecil daging ayam. Yah, namanya juga pedagang nakal. Ada saja cara yang digunakan biar bisa mendapat untung banyak tapi modal sedikit.
Di satu sisi, pembeli merasa sudah mendapat porsi yang layak. Padahal sebenarnya ayamnya nggak banyak karena sudah disuwir sangat halus.
#5 Soto ayam disajikan dengan sambal encer yang sudah ditambah air berkali-kali
Kemarin saya sempat menulis soal akal-akalan pedagang mie ayam di sini. Salah satu poinnya adalah pedagang menyajikan sambal encer yang sudah ditambahi air berkali-kali. Hal tersebut rupanya juga beberapa kali saya jumpai saat makan soto ayam.
Alih-alih mendapatkan sambal yang kental dan banyak biji cabainya, saya pernah bertemu sambal soto ayam yang encer. Bahkan biji cabainya tersisa sedikit dan warnanya sudah hampir mendekati bening. Menambahkan air berkali-kali ke dalam sambal jadi salah satu trik pedagang untuk meminimalisir kerugian. Ya supaya sambalnya awet, dapat banyak, dan nggak perlu bikin sambal setiap hari yang berarti harus membeli cabai.
Bisa dibilang tipu daya semacam ini hanya memberi keuntungan sesaat. Pembeli mungkin nggak menyadari, tapi begitu sadar, pasti nggak akan kembali ke warung yang curang. Sebaliknya, pedagang yang ikhlas memberikan porsi sesuai harga akan mendapat pelanggan setia. Ingat, kepercayaan dan kepuasan pelanggan adalah modal utama untuk bertahan di dunia kuliner.
Penulis: Intan Ekapratiwi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Dosa Penjual Soto Ayam yang Memasang Spanduk Bertuliskan “Lamongan” dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN.












