MOJOK.CO – Kasus penipuan wedding organizer, marak terjadi. Mungkin ini pertanda, supaya pesta pernikahan kita kembali ke tradisi gotong royong lagi.
Pernikahan memang bisa dikatakan sebagai acara besar yang memerlukan persiapan matang. Disebut sebagai acara besar, dikarenakan acara ini berlangsung dengan mengundang banyak orang. Maka, untuk mengurusnya butuh bantuan lebih banyak orang, karena kalau tidak, tentu bakal membuat orang yang punya hajat jadi kewalahan.
Oleh karena itu, mengingat kebutuhan mengurus pernikahan yang semakin tinggi, tidak mengherankan jika penyedia jasa wedding organizer pun juga semakin banyak. Tentu saja keberadaan wedding organizer ini menjadikan kita yang punya gawe tidak perlu ribet-ribet lagi dan dapat mengalokasikan waktu serta tenaga ke hal lainnya. Kita tinggal mengungkapkan konsep seperti apa yang diinginkan? Berapa orang yang diundang? Berapa kemampuan budget kita. Bla bla bla, cling!!! Maka, konsep pernikahan yang kita inginkan pun dapat terealisasikan. Namun jangan lupakan satu hal, asalkan kondisi keuangan juga mumpuni, ya!
Kalau konsep kece tapi budget kere, ya, sama aja bohong! Pasalnya, kita jangan muluk-muluk berharap semua jasa wedding organizer memiliki daya kreatif tinggi—yang dapat memanfaatkan sumber daya yang minim dengan hasil maksimal. Ya, mau gimana lagi, lah wong mereka juga butuh dana untuk membayar para kru-krunya~
Sayangnya, meski keberadaan wedding organizer ini menjadi andalan dan tumpuan, tidak sedikit dari mereka yang ternyata…
…suka tipu-tipu. Eits, ini bukan sulap, yang tipuannya dapat menghibur itu. Ini betul-betul tipu-tipu yang sukses bikin pesta pernikahan idaman kita jadi gagal! Jadi nggak ada konten yang di-share di Instagram, Gaes!
Tidak sedikit kasus tentang penipuan wedding organizer yang mencuat. Banyak kasus yang terjadi diantaranya, setelah calon pengantin tersebut memberikan uang muka atau bahkan uang pelunasan kepada si wedding organizer, ujug-ujug mereka menghilang begitu saja… tanpa pesan. Menodai sebuah kepercayaan yang harusnya dijaga dengan rapat. Padahal, uang yang diserahkan tersebut hasil nabung bertahun-tahun demi membina keluarga yang sakinah mawadah warohmah. Sungguh, terlalu!
Namun, ada pula kasus penipuan wedding organizer baru-baru ini yang ternyata semakin kebangetan! Lah, bagaimana tidak? Kasus penipuan yang terjadi di Palembang ini terjadi di hari H pernikahan. Semuanya terlihat aman-aman saja sampai pesta pernikahan tersebut berlangsung. Bahkan saat itu, ratusan dari 1000-an tamu yang diundang, sudah datang! Eh, ketika waktu makan, kok ternyata makanannya nggak muncul-muncul juga! Meja-meja masih kosong melompong dan nggak ada tanda-tanda makanan bakal hadir mengisinya. Lah, ini gimana ceritanya?!!!
Ternyata, si empunya wedding organizer ini kabur, Saudara-saudara! Kabur di hari H! Luar biasa! Bisa dibayangkan sendiri, berapa jumlah kerugian dari keluarga yang punya hajat itu. Selain mengalami kerugian materiil, karena kita tahu bahwa budget untuk katering dalam sebuah pernikahan tidak bisa dikatakan sedikit—bahkan bisa mencapai 30-40 persen dari budget total! Makanan yang nggak juga datang tersebut juga menyisakan rasa malu kepada tamu undangan yang datang dan menjadi target empuk untuk kasak-kusuk.
Betapa jahatnya si wedding organizer ini, menipu dan mempermalukan kliennya di hari yang seharusnya menjadi hari bahagia itu!!111!!11
Mengenai fenomena jasa wedding organizer yang sangat diandalkan saat ini, tentu kita dapat memahami. Bahwa ada perubahan dalam sikap sosial masyarakat yang tidak ingin merepotkan orang lain. Jika dipikir-pikir pakai nalar yang nggak mikir-mikir amat, rasa tidak ingin merepotkan ini muncul, karena kita juga memiliki pikiran untuk tidak mau direpotkan—suatu saat nanti.
Ya, gimana lagi, tuntutan pekerjaan sangat banyak dan menumpuk, Je. Jangankan mengalokasikan waktu untuk saudara atau tetangga yang punya hajat, untuk keluarga saja susahnya minta ampun. Sehingga, supaya tidak perlu repot-repot untuk membalas budi, maka cara individualis ini dipilih dan dianggap sebagai cara yang tepat: menggunakan jasa wedding organizer!
Bisa dikatakan ini memang sebuah perubahan. Pasalnya, zaman dulu ketika kita punya hajat, baik pernikahan, sunatan, atau acara besar lainnya, supaya acara ini menjadi ringan, maka gotong royong antar saudara dan tetangga lah yang diandalkan.
Coba amati sekeliling kita, kira-kira berapa banyak yang masih mengandalkan gotong royong untuk mengadakan sebuah pesta pernikahan? Berapa banyak ibu-ibu di Jawa yang masih datang rewang di dapur pemilik hajat, untuk membantu menyiapkan hidangan? Berapa banyak bapak-bapak yang turut serta mendirikan tenda dan membantu mengamankan kendaraan tamu yang hadir? Berapa banyak anak muda yang masih datang nyinom untuk membantu menjadi laden atau melayani tamu ketika pesta sedang berlangsung? Serta berapa banyak masyarakat Jawa yang masih melanggengkan tradisi ter-ter setelah pesta berlangsung, sebagai ungkapan terima kasih pihak yang punya hajatan kepada orang-orang yang telah membantu.
Jika tradisi gotong royong ini masih dilestarikan, tentu saja risiko penipuan-penipuan seperti yang dilakukan oleh oknum-oknum wedding organizer, tidak perlu terjadi. Ya, gimana, je? Lha wong yang dimintai tolong adalah orang-orang yang betul-betul sudah dikenal dan dipercaya. Bukan orang asing yang dengan mudahnya kita percayai untuk membantu hajatan kita, dengan imbalan sejumlah uang yang tidak sedikit pula.
Oh ya, kalau kita tidak sok-sokan ikut-ikutan tradisi orang lain dan mau menjaga tradisi kita sendiri, kita juga tidak butuh yang namanya bridesmaid ala-ala—yang fungsinya nanggung itu. Pasalnya, dalam tradisi Jawa, kita sudah punya pager ayu dan pager bagus. Tugas mereka ini, tidak sekadar pakai baju kembaran dan foto-foto cantik yang Instagram-able untuk menunjukkan sebuah persahabatan yang haqiqi. Namun, mereka juga ikut menyambut kedatangan tamu dan membantu tugas-tugas ringan lainnya ketika berlangsungnya pesta pernikahan.
Baik atau tidaknya keberadaan wedding organizer yang pelan-pelan menggeser tradisi gotong royong, nyatanya—tidak dapat dimungkiri—saat ini kita memang membutuhkannya. Apalagi, dengan melihat kesibukan orang-orang terdekat kita, rasa-rasanya jangankan mengharapkan mereka berinisiatif datang membantu mempersiapkan pernikahan yang njelimet itu. Mau meminta tolong saja, sudah sungkan. Bagaimana lagi? Dunia memang bergerak begitu cepat! Ada banyak ambisi yang harus segera diraih, biar nggak keduluan yang lain!
Melihat kondisi seperti ini, maka memang tugas kitalah yang harus berhati-hati dalam memilih wedding organizer yang mumpuni. Ya, siapa tahu, kita justru bisa menemukan jasa wedding organizer yang menyediakan calonnya langsung. Ini sungguh tawaran yang menggiurkan—khususnya—bagi kita yang sudah capek menerima penolakan tiada henti.