MOJOK.CO – Tiba-tiba saja politisi dari Fraksi PDIP, Arteria Dahlan, trending karena gestur dan kata-katanya kepada lawan bicaranya di program Mata Najwa kelewat kasar.
Nama Arteria Dahlan, anggota Komisi III DPR RI, mendadak trending setelah menjadi lakon antagonis dalam program Mata Najwa dengan tema “Ragu-ragu Perpu” yang tayang di Trans TV semalam (9/10).
Arteria memang terlihat tidak simpatik ketika mendebat lawan bicara. Beberapa celetukannya bahkan terdengar cenderung meremehkan kapasitas orang lain. Seperti ketika Djayadi Hanan dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengutarakan hasil survei UU KPK.
Menurut survei LSI, 76,3% masyarakat Indonesia menginginkan Perpu KPK segera dikeluarkan Presiden Jokowi. Sebelumnya juga sudah dipaparkan bahwa 70,9% responden sepakat UU KPK yang baru merupakan bentuk pelemahan KPK.
Politisi Fraksi PDIP ini terlihat meragukan hasil survei. “Dengan segala hormat saya dengan LSI, itu (hasil survei) tidak bisa dijadikan acuan. Perdebatan di ruang publik, it’s okay. Tapi tatkala seolah-olah harus dipaksakan sebagai kajian ilmiah yang menjadi bahan pertimbangan, jangan sampai seperti itu,” kata Arteria.
Keraguan Arteria ini cukup bisa dimaklumi. Sebab, tiga hari sebelumnya (6/10) LSI baru merilis hasil survei yang isinya, kepercayaan publik kepada DPR berada jauh di bawah KPK dan presiden.
“Yang percaya pada KPK, 72%. Pada Presiden Jokowi, 71%. Sedangkan pada DPR, hanya 40%,” kata Djayadi Hasan.
Dianggap sebagai wakil rakyat yang tidak dipercayai publik tentu berat bagi Arteria. Oleh karena itu, sangat wajar Yang Terhormat Bapak Arteria Dahlan lebih memilih tidak percaya lagi pada hasil survei LSI. Meski pada survei Pilpres 2019 partainya, PDIP, juga memakai hasil survei LSI untuk kepentingan kampanye partai karena tingginya hasil survei untuk capres Jokowi.
Jadi, asal hasil survei baik untuk dirinya dan kelompoknya, bakal didukung. Kalau hasil surveinya buruk, ya nggak usah didengerin.
Namun, bukan itu yang membuat publik betul-betul geram. Selain keraguannya pada survei LSI, Arteria dengan enteng merendahkan lawan bicaranya secara langsung.
“Memang saya tahu Anda tidak ahli, tapi jangan Anda melakukan agitasi dan provokasi. Sudah pasti jagoan saya daripada Anda,” kata Arteria ke Feri Amsari, Direktur Pusat Studi Konstitusi (Pusako) Universitas Andalas.
Padahal sosok yang disebut “tidak ahli” oleh Arteria ini merupakan salah satu tokoh yang diundang Presiden Jokowi untuk dimintai pendapat soal polemik UU KPK bersama tokoh masyarakat lainnya.
Puncaknya adalah ketika Arteria membentak dan memotong-motong kalimat Emil Salim, ekonom yang pernah menjadi menteri di era Soeharto. Bahkan ia sampai menunjuk-nunjuk dan menyebut Emil “sesat”. Tak pelak netizen banyak yang marah terhadap Artieria, bahkan sampai ada yang mengedit isi profil Arteria Dahlan di Wikipedia, yang di sana diubah jadi “Arteria Bacot”.
Melihat kapasitas yang unik dari seorang Arteria, sepertinya blio memang punya semangat berlebih kalau jadi perwakilan Komisi III DPR untuk bicara ke media. Oleh karena itu, blio juga baiknya diarahkan ke profesi-profesi lain yang lebih pas dengan karakternya.
Hal ini perlu dilakukan agar DPR tetap terjaga marwahnya menjadi lembaga yang dihormati publik. Kalau anggota DPR nggak mau dengerin suara publik, ya baiknya jangan di DPR. Mungkin ada baiknya blio memilih profesi-profesi lain yang lebih cocok. Seperti misalnya…
1. Editor Buku
Kemampuan memotong kalimat adalah sebuah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang editor buku. Dengan kemampuan itu pula, Arteria Dahlan sudah menunjukkan betapa dirinya sangat berpotensi menjadi seorang editor handal.
Lha gimana? Hampir semua ahli yang menjadi lawan debat selalu bisa dipotong-potong kalimatnya. Belum juga selesai bicara, Arteria selalu berhasil mencuri waktu untuk bicara.
Kemampuan ini semakin terlihat nyata ketika Arteria Dahlan sukses memotong kalimat-kalimat Prof. Emil Salim di Mata Najwa. Sebelumnya, ahli tata negara Refly Harun di CNN Indonesia dan Direktur PUKAT UGM Dr. Zainal Arifin Mochtar di ILC pernah jadi korban keganasan editingnya.
Cuma sayangnya, karena standar Arteria begitu tinggi soal kebenaran. Maka apapun yang tidak sesuai dengan selera blio bisa saja diedit habis-habisan. Bahkan kalau perlu dipencet ctrl + a + del. Soalnya apa pun yang tidak mengikuti standar beliau berpotensi jadi sesat, makanya mending dihapus aja sekalian semuanya.
2. Sopir Bus Sumber Kencono
Aksi Arteria dalam memotong-potong jalur pembicaraan orang lain, benar-benar similar dengan kemampuan sopir bus Sumber Kencono dalam memotong jalur kendaraan lain.
Selain itu, kengototan Arteria dalam berdebat selalu sukses bikin lawan bicaranya keder sampai akhirnya memilih mengalah. Pun dengan sopir Bus Sumber Kencono yang selalu bisa bikin lawannya (motor dan mobil) mengalah dan milih minggir kalau sedang menyalip.
Apalagi gertakan Arteria ini sama intimidatifnya dengan bunyi klakson bus Sumber Kencono. Sama-sama kenceng dan kayak punya standar adabnya sendiri.
3. Tukang Parkir ATM
Salah satu kemampuan tukang parkir ATM adalah ngotot. Sebab, tak semua orang benar-benar rela ditagih duit parkir kalau berhenti di depan ATM. Cuma parkir nggak sampai semenit, eh ditagih tarif parkir juga.
Oleh karena itu, kemampuan dalam menggertak beragumentasi menagih duit parkir ini perlu. Dan Arteria Dahlan jelas sudah punya kemampuan itu. Mau data survei, mau pendapat pakar, semua mentah di telinga Arteria Dahlan. A ya A, B ya B. Kalau parkir ya bayar. Mau semenit kek, mau sedetik kek, bayar!
4. Juru Bicara Lembaga Negara
Kemampuan Arteria paling mencolok adalah kemampuan bicaranya yang di atas rata-rata. Bahkan saking expert-nya dalam bicara, blio sampai tidak memiliki kemampuan mendengar. Dengan kemampuan ini jelas Arteria sangat cocok sebagai juru bicara alias jubir.
Lebih cocok lagi kalau Arteria hidup di era Orde Baru dan menjadi jubir-nya Pak Harmoko. Omongan atau protes dari rakyat juga nggak bakal didengar, tapi selalu ditimpalin balik. Kalau sampai ada yang protes ya tinggal dibales…
“Kan saya ini juru bicara, bukan juru dengar.”
5. Tiang bendera
Sebagai seorang wakil rakyat, Arteria pernah mendesak kepada komisoner KPK yang menghadapnya pada 2017 silam agar tidak lupa menyebutnya sebagai “anggota dewan yang terhormat”. Silakan tonton video ini:
Jika memang ingin selalu dihormati, ada baiknya Arteria Dahlan jadi tiang bendera saja ketimbang jadi anggota DPR RI. Secara harfiah lho dihormatinya, Pak.
Cuma ya itu, siap-siap nggak bakal dapat tunjangan dan gaji yang menggiurkan kayak posisi Bapak sekarang. Tapi nggak apa-apa, yang penting kan dihormati, ya nggak, Pak?
BACA JUGA Surat Terima Kasih untuk DPR dan Pak Jokowi atas Revisi UU KPK atau artikel Ahmad Khadafi lainnya.