Salah satu kuliner yang wajib dicicipi penggemar makanan pedas adalah ayam geprek. Apalagi bagi mereka yang tinggal atau mampir di Jogja. Masak iya penggemar pedas tidak mencicipi ayam geprek di tanah kelahirannya.
Sedikit informasi, pelopor masakan satu ini adalah warung ayam geprek Bu Rum sejak 2003. Menu makanan ayam tepung yang ditumbuk bersama cabai, bawang putih, dan garam itu begitu populer hingga akhirnya menjamur di mana-mana. Tidak hanya di Jogja, tapi juga di berbagai daerah lain.
Persoalannya, semakin populer dan viral suatu makanan, semakin beragam pula inovasinya. Memang inovasi suatu makanan tidak bisa terhindarkan. Namun, beberapa perubahan rasanya terlalu jauh. Sulit diterima penggemar ayam geprek. Teman-teman saya yang penggemar berat makanan ini kerap mengeluhkan perkembangan ayam geprek yang muncul akhir-akhir ini.
#1 Sambal hanya dioleskan di atas ayam
Ini salah satu hal yang banyak dikeluhkan teman-teman saya. Saat ini semakin banyak penjual yang tidak mencampurkan sambal dengan ayam tepungnya. Ayam tepung memang digeprek, tapi tidak tercampur sempurna dengan bumbu pedasnya. Bahkan, beberapa penjual yang hanya mengoleskan sambal di atas ayam yang sudah digeprek.
Kuliner yang keluar dari pakemnya memang jadi hal biasa. Apalagi ketika suatu makanan diadopsi di daerah lain. Namun, untuk kasus yang satu ini, banyak teman saya tidak bisa menerima. Sebab, esensi dari ayam geprek adalah ayam yang digeprek bersama bumbu. Keduanya tidak bisa dan tidak boleh dipisahkan.
#2 Tepung pada ayam yang tidak matang
Kesalahan yang satu ini juga sering dilakukan penjual. Tepung pada ayam kerap kali belum matang sempurna. Dari luar mungkin terlihat baik-baik saja. Terlihat crispy dan enak. Namun, ketika disantap, masih ada rasa tepung tersisa.
Kesalahan seperti ini biasanya terjadi karena penjual terlalu terburu-buru dan kurang cermat ketika menggoreng. Selain itu, bisa juga ayam dilumuri tepung yang terlalu tebal sehingga sulit matang sempurna.
Baca halaman selanjutnya: #3 Ayam geprek …












