Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

3 Alternatif Kegiatan Jokowi dan Prabowo Ketimbang Ikut Debat Capres Kedua yang Menjemukan Itu

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
17 Februari 2019
A A
Jokowi Prabowo olahraga ketimbang debat capres kedua MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Ketimbang ikut debat capres kedua, Pak Jokowi dan Pak Prabowo lebih baik ikuti saran Mojok Institute yang dibuat secara swasembada dan prasmanan ini.

Sepenuhnya saya setuju dengan tulisan sobat redaktur Mojok, Ahmad Khadahi hari ini. Blio menulis sebuah esai yang intinya berkata bahwa banyak dari kita menonton debat capres kedua bukan ingin memahami visi dan misi Jokowi dan Prabowo. Kita, nonton debat capres karena menantikan keduanya bikin kesalahan untuk disoraki bersama-sama.

Ahmad Khadafi menulis esai dengan judul “Hal yang Sebenarnya Kita Cari dari Debat Capres Jokowi vs Prabowo”. Buat yang belum membaca esai penuh pelajaran agama dan biologi tersebut bisa kamu baca di sini, di dalam hatiku yang sejuk menenteramkan ini.

Saya kutipkan beberapa kalimat blio yang sungguh menarik. Simak:

“Sebenarnya sih, keduanya tidak berusaha untuk menghasilkan sesuatu yang menakjubkan saat debat nanti, mereka cuma berusaha “tidak salah”. Tidak mengeluarkan statement yang merugikan kubu sendiri saja udah cukup. Sebab tidak seperti mentalitas debat di dunia siber yang bisa langsung menghapus pernyataan, di dunia nyata kamu nggak bisa kembali. Hajar terus.”

Yang Ahmad Khadafi maksud tentu saja Jokowi dan Prabowo di debat capres kedua ini. Ia menggambarkan bahwa saking hati-hatinya, setiap debat capres, sejak zaman dahulu kala di Indonesia, tidak pernah bisa menggigit. Terasa dingin, hambar, seperti hubungan yang dipenuhi kecurigaan. Khadafi lalu menulis seperti ini:

“Datanya sih kadang nggak salah, tapi eksekusinya sering aneh dan menghasilkan konklusi yang tidak selayaknya diucapkan. Kayak, “mungkin korupsinya nggak seberapa.””

“Hm, saya sih yakin Prabowo tidak ada maksud bicara seperti itu. Lalu mendadak rakyat Indonesia heboh. Membahas kekurangan dan kesalahan ucap dari si capres. Masing-masing ketemu aja salahnya di mana. Dan kalau mau jujur, memang untuk inilah debat capres diadakan: untuk mencari kepleset lidahnya di mana.”

Itulah esensi debat capres kedua yang bakal ditonton jutaan pasang mata di Kecamatan Ngaglik, Sleman, nanti. Mencari, lalu menyoraki kesalahan Jokowi atau Prabowo adalah misi suci di balik sok-sokan retorita ndakik-ndakik warganet menyaru ahli politik. Ahmad Khadafi menulis lagi:

“Kenyataannya, ketimbang membahas soal program-program atau klarifikasi saat debat, masyarakat kita lebih suka kipas-kipas adegan salah ucap dari kedua capres.”

“Oke, masyarakat kita memang malas berdebat di muka umum karena bisa memperlihatkan kekurangan diri sendiri dengan gamblang, namun ada alasan lain yang membuat debat capres tetap ditonton, yakni: kita suka melihat orang (terutama yang tidak disukai) melakukan kesalahan. Apalagi jika itu dipertontonkan di khalayak ramai. Nah, dalam debat capres, hal itu dipertontonkan. Diproduksi berulang-ulang.”

Nah, kalian sudah paham, bukan? Debat capres kedua ini bahkan sudah menjemukan dan membosankan sejak belum dimulai.

“Apa, kamu tanya kenapa banyak kutipan di sini?

“Ha ya biar tulisan ini panjang lah. Buat apa lagi coba? Jadi saya nggak perlu capek-capek nulis. Ngana itu susah memahami.”

Iklan

Oleh sebab itu, saya menganjurkan Jokowi dan Prabowo tiga alternatif kegiatan ketimbang berangkat ke debar capres kedua.

1. Ketimbang ikut debat capres kedua, mending Pak Jokowi dan Prabowo senam Tai Chi.

Memimpin sebuah negara butuh stamina mumpuni. Bukan hanya fisik saja, melainkan juga psikis. Kalau nggak kuat fisik menghadapi kunjungan kerja, Jokowi dan Prabowo bakal rentan kena flu. Presiden itu diibaratkan superhero yang bisa mengatasi semua masalah. Sampai-sampai ada cacat sedikit saja langsung dihujat warganet mahafilsuf.

Maka, untuk permasalahan itu, solusinya tidak lain dan tidak bukan adalah khilafah. Ahh maaf, maksud saya olahraga. Betul, olahraga adalah obat mujarab untuk mendongkrak daya tahan tubuh, sekaligus memperbaiki mood.

Linda Pescatello dari Universiy of Connecticut mengatakan penelitian sebelumnya sudah membuktikan bahwa terlalu lama duduk dan diam membuat suasana hati menjadi jelek. Oleh karena itu, bergerak dan olahraga, meski sebentar, dapat berakibat baik bagi suasana hati.

Hasil penelitian pada 419 partisipan menyebut berjalan kaki selama 15-20 menit saja sudah dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia dan mengurangi perasaan depresi. Efek paling besar terlihat pada mereka yang setiap harinya lebih banyak duduk saat bekerja.

Buat Jokowi dan Prabowo, ketimbang ikut debat capres, mending senam ringan saja. Ramai-ramai sampai bikin flash mob seperti menarik. Atau jika ingin lebih ringan, praktik senam Tai Chi saja. Supaya tetap bugar di usia lanjut.

2. Ketimbang ikut debat capres kedua, mending piknik.

Piknik juga ampuh untuk memperbaiki mood. Jokowi bisa mengajak keluarga untuk wisata kuliner ke Kampung Ketandan, Yogyakarta. Sedang ada festival pecinan di sana.

selain makanan haram, ada banyak varian menu yang menarik untuk dicicip. Malamnya bisa foto-foto di Tugu Jogja, seperti kebanyakan milenial gebleg yang ketika foto-foto jadi ganggu jalan raya kalau diklakson malah menatap dengan sinis.

Bagi Pak Prabowo, bisa piknik ke Prancis, menengok anak semata wayang, Didit Hediprasetyo. Ketum Gerindra tersebut bisa ikut nonton Paris Fashion Week yang tersohor itu. Siapa tahu dapat inspirasi berpakaian. Masak mau pakai safari terus, Pak. Milenial itu cepat bosan, lho.

3. Ketimbang ikut debat capres kedua, mending jadi penonton.

Serius, Pak Jokowi, Pak Prabowo, di Indonesia ini lebih enak jadi penonton. Bisa sorak-sorak ketika capres atau cawapres bikin kesalahan. Wah, langsung jadi trending topic itu kalau ada yang selip lidah. Seperti yang ditulis sobat redaktur Mojok, Ahmad Khadafi, bahwa mencari-cari kesalahan orang lain lalu menertawakan mereka di depan publik itu sungguh nikmat.

Bergabung saja dengan para fans 01 dan 02 yang melambungkan tagar uninstall Bukalapak, uninstall Jokowi, install Prabowo, dan Jokowi Orang Baik. Seru lho Pak, ikut memaki di media sosial, dengan menyertakan tagar, dan pakai kalimat sakti seperti “Maaf, sekadar mengingatkan,” atau “Apa hanya gue bla bla bla,” yang nggak mashoook itu.

Nah itu tiga saran kegiatan saya buat yang tersayang Pakde Jokowi dan Pak Prabowo. Sehat selalu ya, Pak. Kalian berdua itu keren semua. Pendukungnya enggak.

Terakhir diperbarui pada 17 Februari 2019 oleh

Tags: debat capres keduajoggingjokowiPilpres 2019prabowo
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)
Pojokan

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.