Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Podium

Saya Menemui Anak Muda yang Mengidolakan para Diktator, Ini Kata Mereka!

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
10 Agustus 2023
A A
diktator mojok.co

Ilustrasi diktator (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Nggak masalah walaupun diktator

Baik Pras maupun Nanda, tak bersepakat dengan label Suharto adalah diktator. Bagi mereka, kata “diktator” itu sekadar ditempelkan saja ke Suharto untuk menghabisi citranya.

Pras, misalnya, yang menyebut seandainya “Reformasi 1998 tak ditunggangi PKI, Suharto tidak akan lengser”. Bahkan, Pras juga amat kesal kepada orang-orang yang menempatkan idolanya itu sebagai penjahat HAM.

“Apa-apa HAM. Ini HAM, itu HAM; 65 dibilang (kejahatan) HAM, petrus dibilang (kejahatan) HAM, aktivis hilang dibilang (kejahatan) HAM. Kalau ada yang mau ganggu pemerintah, yang memang harus disikat aja, kudu tegas,” kata Pras.

Saya kembali mengernyitkan dahi.

Sementara Nanda, mengaku Suharto memang seharusnya melakukan tindakan-tindakan yang diaggap menyalahi HAM itu. Baginya, “jika ada yang menyimpang, memang harus segera dibersihkan sebelum menjadi kekacauan di masyarakat”.

“Hitler berani membantai Yahudi. Pak Harto sikat habis pengkhianat PKI. Sekarang saya tanya, ada enggak presiden Indonesia yang berani gitu sekarang?” ujar Nanda.

Untuk kesekian kalinya, saya mengernyitkan dahi.

“Jadi keras itu memang penting buat memimpin negara. Setahu saya, cuman Pak Prabowo, Pak Andika (Perkasa), dan Pak Gatot (Nurmantyo) yang mendekati watak Pak Harto,” pungkasnya.

Yang muda, yang menyukai pemimpin diktator

Kecenderungan kembali naiknya pamor pemimpin diktator di hati anak muda memang sedang menjadi fenomena. Salah satunya, ini terlihat dengan elektabilitas Prabowo Subianto—eks perwira militer, orang dekat Suharto, dan dituding atas pelanggaran HAM di masa lalu—yang justru unggul di kalangan anak muda.

Saya pun menanyakan fenomena ini ke pakar politik UGM Mada Sukmajati. Kata dia, “ia bisa memahami mengapa profil pemimpin diktator lebih sreg di hati anak muda Indonesia hari ini,”.

Bahkan, ia tak menutup kemungkinan politisi yang punya atribut otoriter, misalnya Prabowo yang punya rekam jejak pelanggaran HAM di masa lalu, bakal tetap menang di kelompok pemilih muda.

“Anak muda itu ‘kan rasional-pragmatis,” jelas Mada.

“Artinya, mereka akan lebih mementingkan sosok pemimpin yang punya tawaran menarik untuk masa depan mereka, tanpa memandang itu diktator atau bukan,” sambungnya.

Menurut Mada, anak muda punya ketidakpastian ekonomi di masa depan. Seperti kemungkinan krisis, hingga kurangnya lapangan kerja.

Iklan

Jadi, bagi Mada, kelompok pemilih ini akan cenderung memilih pemimpin yang bisa mengatasi problem itu daripada, katakanlah, menyelesaikan masalah pelanggaran HAM di masa lalu.

“Mungkin sebagian juga nggak relate dengan problem HAM di masa lalu. Tapi memang yang harus diakui, kecenderungan pemilih muda itu ya seperti itu, orientasinya ‘siapa presiden yang punya daya tawar terbaik buat masa depan saya nanti, itu yang saya pilih’,” pungkasnya.

Pada mulanya, saya sempat berpikir bahwa anak-anak muda seperti Raden, Pras, dan Nanda, sekadar beromantisisasi dalam mengagumi diktator idola mereka tersebut. Namun, yang mulai saya sadari dan mungkin jadi sebuah keniscayaan, mereka bakal mencari profil lain yang memiliki kesamaan dengan tokoh idola mereka.

Dengan demikian, selama pemujaan atas diktator itu masih ada, maka kemungkinan terpilihnya pemimpin diktator (lagi) pun juga tetap terbuka lebar.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Membongkar Stigma Perempuan Pelakor, kok Laki-laki Nggak Disalahin?

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 10 Agustus 2023 oleh

Tags: diktatorPemilu 2024SoehartoVladimir Putin
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Nasib buruh usai Marsinah jadi pahlawan nasional. MOJOK.CO
Ragam

Suara Hati Buruh: Semoga Gelar Pahlawan kepada Marsinah Bukan Simbol Semata, tapi Kemenangan bagi Kami agar Bebas Bersuara Tanpa Disiksa

12 November 2025
Kami Berdoa Setiap Hari agar Soeharto Jadi Pahlawan Nasional MOJOK.CO
Ragam

Kami Berdoa Setiap Hari agar Soeharto Jadi Pahlawan Nasional. Sejarawan: Pragmatis dan Keliru

11 November 2025
Suara Marsinah dari Dalam Kubur: 'Lucu! Aku Disandingkan dengan Pemimpin Rezim yang Membunuhku'.MOJOK.CO
Ragam

Suara Marsinah dari Dalam Kubur: ‘Lucu! Aku Disandingkan dengan Pemimpin Rezim yang Membunuhku’

10 November 2025
Alasan Soeharto tak layak dapat gelar pahlawan, referensi dari buku Mereka Hilang Tak Kembali. MOJOK.CO
Aktual

Buku “Mereka Hilang Tak Kembali”, Menyegarkan Ingatan bahwa Soeharto Tak Pantas Dapat Gelar Pahlawan, tapi Harus Diadili Mantan Menantunya

1 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.