Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Otomojok

Yamaha Vega R dan Dosa yang Menyertainya

Eksan Susanto oleh Eksan Susanto
13 Februari 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

[MOJOK.CO] “Yamaha Vega R yang berlumur dosa dan karma dan kesedihan yang menghantui.”

Sepuluh tahun yang lalu, bagi seorang buruh pabrik yang hidup ngekos, mampu membeli motor dengan hasil jerih payah sendiri adalah sebuah kebanggaan.

Kredit di zaman dulu masih dianggap mahal dan sulit prosesnya. Apalagi rumus penghitungan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) belum sepraktis sekarang, yang mana sudah menjadi hak prerogatif kepala daerah. Padahal sebagai anak kos, motor adalah kebutuhan primer mengingat layanan angkot yang tidak kooperatif dengan cepatnya dinamika hidup di kota.

Oleh karena saya tipe orang yang tidak suka muluk-muluk apalagi ambisius, ketika saya punya cukup uang untuk menebus motor di dealer, bidikan saya mengarah pada Yamaha Vega R 2005.

Seri ini adalah versi downgrade Yamaha Vega, dengan bodi belum direvisi dan penampakan yang sangat mirip dengan Yamaha F1Z R. Kombinasi warna yang saya pilih adalah biru putih seperti langit dan awan yang menawan. Sungguh cocok untuk lelaki berwajah rupawan.

Motor itu saya beli tunai dari dealer motor bekas.

Meskipun bekas, yang penting nggak kredit, batin saya waktu itu.

Tapi ya namanya membatin, sering hanya menggema di dada dan justru lepas dari jangkauan pikiran. Uang yang saya pakai buat beli motor bekas tadi separuhnya adalah hasil utang dan mesti dibayar dua bulan lagi. Dengan demikian, selepas memboyong di Vega, terpaksa saya gadaikan BPKB-nya ke sebuah koperasi simpan pinjam dengan cicilan setahun penuh. Yang artinya adalah?

Yak, saya sebenarnya sedang kredit dengan cara memutar. Pintar sekali.

Syukurlah saya tak salah pilih motor. Ciri khusus si Vega ini adalah tarikan awalnya yang lumayan mantap untuk ukuran motor bebek saat itu. Akselerasinya cukup mumpuni di putaran bawah. Mesinnya lumayan tangguh walau jika kelewat panas atau menempuh jarak jauh, tarikan gasnya makin molor, seolah kabel gasnya sepanjang sepuluh meter.

Untuk konsumsi bahan bakar, mengingat ini pabrikan Yamaha yang selalu nomor dua setelah Honda untuk masalah penghematan, Vega R cukup irit. Bisa jadi Vega R adalah motor Yamaha paling irit. Dulu, saya biasa menempuh jarak Surabaya-Pacet (60-an kilometer) cukup dengan satu setengah liter bensin alias tiga liter pulang pergi. Yang tidak enak hanya shockbreaker depan dan belakangnya yang keras dan mudah “bocor”.

Soal ke Pacet, tak kalah dengan naq milenial jaman now, sebagai buruh pabrik saya juga butuh refreshing. Yang paling sering adalah berendam air panas di wilayah Mojokerto itu. Mulai dari tengah malam hingga menjelang subuh bersama tiga kawan saya.

Sebagaimana hubungan selalu punya kisah-kisah haru (untuk menghindari kata “menyedihkan”), saya juga punya “kisah” dengan si Vega R ini.

Momen tak terlupakan sekaligus pelajaran sangat berharga dan tidak untuk ditiru itu adalah ketika saya mengendarainya dari desa di Gresik menuju Pacet.

Iklan

Seperti biasa, saya dan tiga kawan saya berangkat tengah malam. Bedanya, kali ini saya memulai perjalanan dengan berbohong kepada Ibu. Kalau biasanya berangkat dari Surabaya saya hanya pamit lewat SMS, kali ini karena sudah pulang kampung dan setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan untuk mendapat izin, saya bilang saja mau nonton bareng pertandingan Liga Champions di gang sebelah.

Mungkin ini azab bagi anak durhaka, baru satu kilometer keluar dari desa, ban depan Vega R saya mendadak gembos. Beruntung, berjarak sekitar dua ratus meter ada desa lain walau pasti tukang tambal ban sudah tutup.

Kami menyusuri gang demi gang, mencari rumah tukang tambal ban setelah mendapat arahan dari seorang bapak di warung kopi.

Beberapa saat kemudian kami menemukan rumah tukang tambal ban yang dimaksud. Tentu saja karena sudah tengah malam, sang tukang sudah terlelap. Karena didesak keadaan (baca: akibat berbohong pada Ibu), kami terpaksa membangunkannya.

Tukang tambal yang hingga kisah durhaka ini selesai ditulis tak ketahuan namanya itu setengah tersenyum menerima kedatangan kami. Lima menit kemudian, setelah mengumpulkan nyawa, beliau sudah siap mengerjakan “rezeki” yang kami bawa. Dasarnya cah mbeling, setelah ban selesai ditambal, kami masih tidak mengurungkan niat pergi ke Pacet.

Sekitar pukul setengah satu, kami lanjutkan perjalanan dan lancar sampai tujuan. Usai puas berendam di kolam air panas, menjelang subuh kami bertolak pulang. Perjalanan pulang inilah yang betul-betul menegaskan bahwa karma itu ada.

Sekarang, gantian ban motor teman kami yang gembos. Beruntung ada tukang tambal ban yang siaga 24 jam di depan pintu keluar area kolam air panas. Tapi ya begitu, ongkos jasanya tiga kali lipat harga normal.

Kami masih bisa cekikikan di perjalanan pulang, belum sadar dengan dosa besar yang telah dilakukan, hingga Gusti Allah mengingatkan lagi. Rantai Vega R saya tiba-tiba lepas dari gir di jalanan menurun.

Saat itu kawan saya sebagai pengemudi belum sadar dan merasa aneh karena tarikan gas seperti tidak berfungsi. Alhasil, dia beberapa kali mbleyer-mbleyer, memutar gas maksimal untuk memastikan tarikan gas. Tak sampai dua menit, datang dua pemuda mengendarai RX King menghampiri dan langsung memepet kami.

“Ngajak resek ta, Cak!”

“Nggg…gak, Cak, sepurane. Sepedaku eror. Gak iso ngegas.”

“Yo iyolah! Lah iku rantaimu los!”

Beruntung mereka maklum dan memaafkan ketololan kami. Mereka pun putar balik dan mungkin menyesal karena lupa tidak menggampar kami terlebih dahulu. Kami memutuskan berhenti setelah jalanan tak lagi menurun. Bersamaan dengan orang-orang berdatangan ke masjid untuk salat Subuh, kami sudah dipenuhi keringat sambil sibuk berkutat membetulkan rantai Vega R di pinggir jalan.

Sudah tuntaskah peringatan dari Gusti Allah? Oh belum….

Yang terakhir ini yang paling sadis, yaitu ketika kami sampai di alas Dawarblandong yang medannya panjang, naik dan turun, penuh kelokan tajam, dan rawan kecelakaan itu.

Ndilalah, bensin Vega R saya habis. Astaghfirullah….

Saat itulah, setelah duduk menenangkan diri sambil merangkai berbagai “kesialan” sepanjang perjalanan, saya akhirnya tersadar.

Inilah akibat berbohong kepada Ibu. Seandainya beliau ada di depan saya saat itu, niscaya, telapak kakinya sudah saya cium dan saya banjiri air mata. Tapi, apa mau dikata, sejauh mata memandang hanya tampak hutan, hutan, dan hutan. Tak terlihat kios bensin eceran, pertamini, apalagi SPBU. Seandainya telapak kaki dan dengkul ini dirakit di Cina atau Jepang sekalipun, niscaya tidak akan memengaruhi rasa pegal luar biasa usai mendorong motor sampai kios bensin eceran yang akhirnya kami temukan.

Beberapa bulan setelah itu saya putuskan untuk berpisah dengan Vega R penuh “dosa” ini. Saya jual kepada makelar. Lah kok ujung-ujungnya orang sekampung sendiri yang beli? Duh Gusti, tiap kali lihat Vega R mantan itu lewat di depan rumah, saat itu pula dosa masa lalu terasa menghantui….

Terakhir diperbarui pada 13 Februari 2018 oleh

Tags: air panascerita sedihMotor BekasotomojokPacetreviewspesifikasiSurabayayamaha vega r
Eksan Susanto

Eksan Susanto

Artikel Terkait

Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO
Sosok

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO
Esai

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Job fair untuk penyandang disabilitas di Surabaya buka ratusan lowongan kerja, dikawal sampai tanda tangan kontrak MOJOK.CO
Aktual

Menutup Bayangan Nganggur bagi Disabilitas Surabaya: Diberi Pelatihan, Dikawal hingga Tanda Tangan Kontrak Kerja

26 November 2025
Belikan ibu elektronik termahal di Hartono Surabaya dengan tabungan gaji Jakarta. MOJOK.CO
Liputan

Pertama Kali Dapat Gaji dari Perusahaan di Jakarta, Langsung Belikan Ibu Elektronik Termahal di Hartono agar Warung Kopinya Laris

11 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025
bantul, korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO

Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan

16 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.