Konsumsi bahan bakar
Sekarang saudara saya ceritakan persoalan paling sensitif soal motor ini. Bukan mau sombong atau bagaimana. Jujur saja, motor ini WAJIB Pertamax dan HARAM minum Pertalite.
Ingat, kan kalau harga Pertamax saat ini lumayan mahal apalagi untuk ukuran UMK Jogja. Hehe. Lalu, berapa uang yang saya habiskan untuk perjalanan Sleman-Demak dengan rute yang sudah saya ceritakan sejauh kurang lebih 140 kilometer?
Saya menggunakan metode full to full untuk menghitung konsumsi Pertamax yang dihabiskan Yamaha Fazzio. Saya mulai mengisi bensin di SPBU Medari. Di dalam tangki masih ada empat balok (dari enam balok) indikator bensin. Saya isi penuh sampai bibir tangki seharga Rp29.000. Kira-kira kalau diliterkan ya 2,08 liter. Saya tak meminta nota pembelian pada petugas SPBU.
Odometer saya set di angka 0 sebelum melakukan perjalanan. Saya berangkat sekitar pukul 11 siang dengan langit yang mendung merata. Setelah perjalanan panjang yang penuh “siksaan” itu, saya tiba di Demak sekitar pukul 3 sore, mampir makan sate kambing di depan Pasar Bintoro, lalu menuju rumah. Sebelum sampai rumah, saya kembali mengisi bensin.
Indikator bensin menunjukkan sisa bensin masih ada empat balok. Ada dua balok berkurang. Saya isi full tank lagi hingga mencapai bibir tangki. Kali ini saya menghabiskan Rp29.800. Kita bulatkan saja menjadi Rp30.000. Bensin yang saya peroleh 2,15 liter. Odometer menunjukkan angka 139,5 km.
Jadi, untuk perjalanan sejauh 139,5 kilometer, saya menghabiskan Pertamax sebanyak 2,15 liter, atau uang sebesar Rp30.000. Rata-rata, per kilometer Pertamax yang dihabiskan Yamaha Fazzio ialah 64,9 kilometer per liter, atau setara Rp215 per kilometer. Odometer saya reset kembali ke angka 0.
Di rumah, motor hanya digunakan untuk jarak dekat dengan odometer berjalan (dari 0 setelah isi bensin penuh). Rute kembali dari Demak ke Jogja, eh, Sleman maksud saya.
Saya agak sedikit mengubah rute yang lebih jauh memutar. Tujuannya ya supaya jalan datang berbeda dengan jalan pulang. Biar nggak bosan saja. Saya mengambil rute dari Demak masuk Genuk, lalu ke Pedurungan. Setelah itu, menuju Majapahit, Gombel, Ungaran, Bawen, Salatiga, Kopeng, Ketep, Muntilan, akhirnya Sleman.
Saudara bisa membayangkan kondisi jalan yang saya lewati, kan? Berbukit-bukit, berkelok-kelok, dan selama perjalanan Kopeng-Ketep-Muntilan banyak melewati jalan desa yang berbukit, berkelok, dengan aspal beriak, bergelombang, dan kroak-kroak. Bayangkan kalau punggung saudara adalah punggung saya.
Perjalanan pulang ini sejauh 183,4 kilometer sesuai petunjuk odometer. Saya lupa berapa balok sisa bensin dalam indikator. Yang saya ingat, saya mengisi full tank hingga bibir tangki sebesar Rp42.000, setara 3,02 liter Pertamax. Perjalanan sejauh 183,4 kilometer menghabiskan 3,02 liter Pertamax, atau setara Rp42.000 rupiah. Pertamax yang dihabiskan Yamaha Fazzio untuk perjalan pulang ini ialah 60,8 kilometer per liter. Tak begitu jauh selisihnya untuk perjalanan berangkat.
Jadi, menurut saudara, Fazzio ini tergolong skutik dengan BBM yang boros atau irit? Bagi saya, boros atau irit itu tergantung seberapa banyak uang yang saudara punya.
Simpulan
Overall, pertama, ini masalah selera. Bagi saya, rupa dan bentuk Yamaha Fazzio ini artistik, unik, dan menarik. Meski begitu, motor ini jadi motor manja yang hanya nyaman digunakan melewati jalan yang mulus-mulus saja. Nggak cocok untuk saudara yang setiap hari melewati jalanan beton bersambung bergelombang, aspal kroak, beriak dan bergelombang. Akan menambah anggaran konsumsi susu berkalsium tinggi, serta ongkos pijat dua minggu sekali. Saudara tak mungkin menambah anggaran untuk itu. Apalagi sekarang sedang ramai dibicarakan perihal resesi dunia.
Kedua. Bagi saudara-saudara yang bekerja dengan mobilitas tinggi, Yamaha Fazzio tidak disarankan untuk saudara karena tak mampu mendukung kebutuhan berlaku agresif, stop and go dengan cepat. Skutik ini lemot.
Namun, Fazzio bisa saudara gunakan untuk jalan-jalan santai sore, malam mingguan yang-yangan, beradu helm bersama pasangan, dan ngomong hahhoh-hahhoh berteriak di tengah jalan.
Ketiga. Dengan hitung-hitungan BBM berdasarkan pengalaman perjalanan yang saya lakukan, Yamaha Fazzio bisa jadi pertimbangan saudara dalam hal anggaran bensin untuk kendaraan. Tapi kembali lagi, boros dan irit itu tergantung seberapa uang yang saudara punya.
Keempat. Yamaha sebaiknya melakukan uji coba lebih dulu sebelum meluncurkan produk ke pasar. Semacam memberikan dummy untuk test ride sebelum benar-benar diluncurkan untuk membenahi kekurangan. Karena bagus menurut insinyur dan desainer Yamaha, belum tentu bagus menurut kehendak pasar, apalagi pengguna.
BACA JUGA Yamaha Fazzio kok Diburu, sih? Bukankah Desainnya Wagu? Dan analisis menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.
Penulis: M. Mujib
Editor: Yamadipati Seno