MOJOK.CO – Untuk mengasah kemampuan berkendara, kamu bisa wajib mencoba Toyota Avanza dan Toyota Innova yang bikin pengendara jadi santun dan tenang.
Tiap orang punya kemampuan dan insting berbeda-beda untuk melakukan sesuatu. Menggambar, menulis, tukang bangunan, mengendarai roda 2 hingga 4, dan teknik eksekusinya di lapangan. Ada batasan, aturan, kekurangan, dan pasti selalu ada kelebihan.
Kalau konteksnya berkendara, saya menyebutnya “titis”. Ini bisa kalian lihat ketika menjumpai mobil pengantar paket, pengantar uang isi ulang ATM, ambulance, patwal dan Bus Sugeng Rahayu. Yang terakhir ini memang kadang agak kelewatan presisinya. Saya sendiri nyaman dan bisa lebih “titis” ketika berada di dalam Toyota Innova. Nanti saya jelaskan di bawah.
Saya sedikit bangga memiliki kemampuan “titis” di atas. Mohon maaf kalau terkesan sombong. Namun, kemampuan ini banyak menolong saya untuk bisa mengukur dan menentukan momentum dalam situasi apa saja. Apalagi saya berprofesi sebagai sopir wisata yang banyak membawa Toyota Innova dan mobil besar lainnya.
Bukan berarti saya tidak pernah mengalami kecelakaan
Beberapa kejadian berbahaya selalu ada di ingatan saya. Pertama, ketika ada mobil menerobos lampu meriah di jalanan sepi, dari sisi kiri saya, sudah seperti Final Destination atau film-film action Hollywood.
Bumper depan Mobil itu menyentuh pelan sisi kiri Toyota Innova yang saya kendarai. Suara decit ban menyertai gesekan itu. Menyusul kemudian teriakan penumpang dari kedua mobil. Kejadiannya di Banjarmasin, tahun 2010, itu tahun pertama saya lancar bawa mobil.
Kejadian kedua ketika persneling Toyota Avanza yang saya bawa loss. Menurut bengkel, itu adalah kesalahan saya tidak menginjak kopling dengan penuh ketika mengganti transmisi dan sering melakukan engine break.
Alhasil, mobil yang saya kendarai nyaris masuk selokan ketika saya tersadar dalam kecepatan 80-100 km/jam kalau persneling saya “lemas”. Lagi-lagi kejadiannya di Banjarmasin, setahun setelah insiden Toyota Innova, dalam perjalanan tim kantor menuju Tanah Bumbu.
Kejadian ketiga adalah terlalu dekat berhenti di belakang medium bus ketika tanjakan. Jadi, bus di depan saya tidak kuat menahan beratnya. Lalu, ketika melakukan perpindahan transmisi, ia sedikit kehilangan momentum dan malah mundur.
Jelas, bus itu lalu menyundul perlahan bagian depan Daihatsu Luxio yang saya bawa. Kejadiannya 2014, di jalan menuju Pantai Indrayanti. Konyolnya, saya sok heroik ikut menahan laju bus.
Mobil yang saya bawa remuk bumper depannya. Sementara itu, lampu belakang sisi kiri pecah karena terkena pohon yang disebabkan oleh saya sok-sokan heroik dan mencari tumpuan untuk membantu bus berhenti. Suara gesekan bodi kedua mobil yang terdengar benar-benar menyayat perasaan saya sambil membayangkan angka rupiah yang akan saya bayar.
Untungnya, sopir dan kernet berbaik hati. Biaya perbaikan habis sekitar Rp5 juta. Sang sopir, namanya Pak Wandi, membantu saya dengan membayar uang sebesar Rp4 juta. Itu belum menghitung kerusakan bemper belakang bus. Nama PO-nya adalah Indrapura, bus wisata Cirebon. Saya perlu mengungkapkan di sini karena PO tersebut ekstra kooperatif selama sebulan lebih proses perbaikan.
Baca halaman selanjutnya: Toyota Innova membuat pengemudi jadi santun.