MOJOK.CO – Suzuki Nex kepunyaan saudara saya bertahan hidup dari 2012 hingga 2021 tanpa kehadiran bengkel resmi. Awetnya kebangetan!
Pertengahan Mei 2020, saya sempat curhat motor saya di rubrik Otomojok ini. Saat itu, saya bercerita soal perjuangan merawat Honda Karisma yang oleh sebagian orang dianggap “motor gagal”. Selama lima tahun lebih saya bersetia kepada segala kekurangan Karisma. Namanya sudah kadung cinta.
Selama lima tahun itu saya bertarung dengan berbagai kekurangan Karisma. Salah satunya mesin yang sering mbrebet kalau telat servis. Dari sisi tampilan, Karisma memang agak aneh. Bagian “pantat” motor ini terlihat terlalu semok. Kaya kelihatan nggak aerodinamis.
Nah, sampai titik ini, saya pikir model Karisma saya sudah paling aneh. Ternyata ada satu motor, milik saudara saya, yang sama anehnya, yaitu Suzuki Nex 2012.
Saya setuju dengan ulasan Mita Idhatul Khumaidah tentang desain motor Suzuki yang terasa kurang. Entah bagaimana, para desainer Suzuki seperti sepakat untuk merancang motor yang “nggak sesuai sama selera” masyarakat. Namun, meski desainnya kurang, mesinnya malah paling “garang”.
Suzuki Nex milik saudara saya ini dibeli tepat ketika motornya rilis, pada 2012. Sampai saat ini, akhir April 2021, motor itu masih rutin dipakai. Nggak main-main, jarak tempuh per harinya juga lumayan. Dari rumah sampai tempat kerja, kira-kira, menempuh 15 kilometer. Kalau pulang-pergi, berarti 30 kilometer.
Melihat intensnya rutinitas Suzuki Nex itu, maklum kalau kamu menyangka servis rutin pasti dilakukan. Ternyata tidak juga. Dua minggu yang lalu saya sempat menjajal motor ajab ini. Suara mesinnya memang agak aneh, tetapi tetap enak ditunggangi. Malah nggah mbrebet kayak Honda Karisma saya.
Ketika saya tanya kapan kali terakhir servis, saudara saya menjawab, “Kalau tidak salah hampir dua bulan yang lalu. Itu aja cuma ganti oli karena bengkel dekat rumah udah mau tutup. Setelah itu lupa mau servis.”
Mendengar jawaban itu, saya malah bingung mau komentar apa. Awalnya saya mau agak meledek tampilan Suzuki Nex ini dan menyarankan saudara saya untuk mengganti motor. Namun, ketika tahu mesinnya masih tangguh sampai sekarang, saya malah jadi heran sendiri lalu terdiam.
Beberapa detik setelah terdiam, saya bertanya, “Nggak mau ganti motor?”
Dia menjawab, “Ya mau. Ganti Vario terbaru, misalnya. Tapi sayang juga soalnya dari 2012 nggak pernah rewel mesin. Bensinnya agak boros, tapi masih aman, sih.”
Dari beberapa sumber yang saya baca, Suzuki Nex (dan Suzuki Spin) kayak udah kehilangan pamor. Suzuki Spin, misalnya, untuk yang satu ini, karbunya terhitung boros. Dan tentu saja, model desainnya aneh kayak saudara-saudara sekandung Suzuki lainnya.
Harga bekasnya juga jatuh banget. Untuk Spin, harga bekasnya ada di antara Rp3 sampai Rp 4 juta. Sementara itu, Suzuki Nex yang mulus banget pun cuma mentok Rp5 juta. Ini hitungannya motor masih mulus, lho, kayak realy-realy tanpa lecet.
Jika beberapa motor bekas dijejerin, mayoritas pembeli pasti akan lebih melirik Yamaha Mio Sporty atau Honda Beat karbu ketimbang Suzuki Nex. Padahal, Mio Sporty dan Beat lebih mahal. Beberapa bahkan mesinnya nggak lagi enak karena perawatannya nggak bagus.
Untuk Mio Sporty, harga bekasnya mencapai Rp5 juta. Sementara itu, Beat karbu dibanderol sekitar Rp6 juta. Meskipun harga Suzuki Nex dibanting ke Rp3 jutaan pun masih belum tentu laku. Bakul motor bekas saja kadang sampai bingung gimana cara “ngebuang” Suzuki Nex.
Oleh sebab itu, saya maklum kalau saudara saya malas menjual Nex 2012 ini karena terlalu murah.
Padahal, kalau mau mau mengesampingkan desain dan harga, Suzuki Nex dan saudara-saudara Suzuki lainnya cukup menarik untuk dipinang. Salah satunya karena perawatan yang mudah dan suku cadangnya aman. Setidaknya itu penuturan saudara saya.
Saking mudanya dirawat, sejak awal dibeli, Suzuki Nex 2012 ini jarang masuk bengkel resmi. Cukup dibawa ke bengkel terpercaya, awetnya udah kebangetan. Ganti oli tiap dua bulan sekali saja nggak bikin motor ini batuk-batuk. Turun mesin? Nggak pernah, tuh. Udah sembilan tahun lebih, lho.
Saking awetnya dan nggak gampang tumbang, saya curiga Suzuki Nex ini sebetulnya penjelmaan Dominic Toretto. Lha gimana, mau dirobohin bangunan di atas kepalanya, mau ditembak pakai torpedo, melompati dua bangunan tinggi pakai mobil, masih hidup aja tuh si botak. Tangguhnya sungguh kebangetan.
Mita, dalam tulisannya, menyebutkan kalau beberapa bengkel resmi Suzuki tutup karena motor mereka awetnya keterlaluan. Saya jadi maklum, sih, sekaligus curiga juga karena saya memang jarang melihat bengkel resmi Suzuki. Awalnya saya mengira kalau motor mereka nggak terlalu laku. Tapi ternyata karena awetnya melebihi kekuatan bakso formalin.
Saya jadi membayangkan, apa jadinya kalau desainer Suzuki bisa merancang motor yang lebih cantik dan elegan. Dengan mesin motor yang udah kayak mesin perang, ditambah desain yang manis, bisa jadi Suzuki bisa membalap penjualan Honda dan Yamaha.
Itu kalau mereka mau. Lha wong sekarang aja kayak udah puas dengan sedikitnya populasi motor Suzuki dan keawetan mesinnya. Jangan-jangan yang punya Suzuki itu orang Jawa dengan falsafahnya: urip sakmadyo atau hidup sederhana saja. Wis, angel tuturane.
BACA JUGA Motor Serba Bukan Itu Bernama Suzuki Bandit 150: Motor yang Lagi Krisis Identitas dan pengalaman menarik lainnya bersama motor kesayangan di rubrik OTOMOJOK.