MOJOK.CO – Hubungan saya dengan safety alarm itu seperti cinta yang bertepuk sebelah tangan. Saya yang terlalu berharap, sedang dia tidak bisa diharapkan sama sekali.
Sepanjang hidup, meski saya bukan orang kaya, saya adalah orang yang cukup beruntung soal pengalaman otomotif. Pertemanan dengan beberapa orang kaya dan tersedianya aplikasi taksi online membuat saya berkesempatan merasakan berbagai jenis mobil, mulai dari mobil murah sampai mobil yang lumayan mewah. Di antara semuanya, ada satu kesamaan yang sering membuat pengguna mobil jengkel yaitu safety alarm.
Dulu, waktu saya masih benar-benar awam soal mobil, saya sering mendengar orang-orang mematikan fitur safety alarm ini dari mobil mereka. Saat itu saya bingung, kok fitur untuk keamanan dan keselamatan malah dihilangkan? Lama-kelamaan, kini saya baru mengerti mengapa demikian.
Kisah bermula dengan Datsun Go keluaran 2014 yang sering saya gunakan. Datang dengan dua set kunci, remote, dan alarm, malapetaka datang ketika baterai remote habis bersamaan, diganti bersamaan, dan begitu seterusnya. Jika hal itu terjadi saat saya ingin pergi untuk urusan mendadak, jangan harap saya bisa berangkat.
Ketika pintu mobil coba dibuka dengan kunci manual, sistem alarm teraktivasi dan lampu sen serta klakson akan menyala terus-menerus baik dalam kondisi diam maupun berjalan sehingga orang-orang di jalan tentu akan mengira saya sebagai maling mobil. Satu-satunya solusi adalah mencabut kabel lampu sen dan klakson sehingga mobil bisa diam sampai saya menemukan tempat membeli baterai untuk sang remote. Permasalahannya, melakukan hal ini pun jauh lebih repot dibandingkan mobil pada umumnya, karena posisi kabel-kabel yang sangat rumit di dalam kap mobil.
Masalah berikutnya terjadi ketika mobil ini diparkirkan di jalan perumahan. Sistem alarm akan sangat mudah teraktivasi. Misalnya, ketika ada kucing berkeliaran atau orang membuang air kotor di sekitar mobil. Tentu saja, hal ini sangat mengganggu.
Sekalipun kita parkirkan di gedung parkir apartemen, sistem alarm akan teraktivasi jika terjadi petir. Meski letak mobil, sudah jauh dari pinggir gedung. Bisa dibayangkan jika dalam satu kompleks perumahan atau apartemen memiliki banyak mobil seperti ini. Kita akan kesulitan tidur sepanjang malam. Segala daya upaya sudah dilakukan dalam mengatur sistem alarm sedemikian rupa demi mengurangi sensitivitasnya, tetapi tidak ada hasil alias sama saja. Satu-satunya solusi selama alarm masih terpasang adalah mencabut aki sampai mobil tersebut kembali digunakan. Sungguh, repot sekali.
Nah, kalau yang satu ini, bisa jadi dianggap berguna dan bisa juga menjengkelkan. Ketika saya ingin membeli nasi uduk di pinggir jalan, saya meninggalkan seorang penumpang dalam kondisi mesin mati dan pintu terkunci di dalam mobil. Tentu, karena dia tak ingin turun dan memilih beristirahat. Baru berjalan tiga langkah, sistem alarm teraktivasi dan berbunyi kencang. Saya sudah coba kembali untuk membuka dan mengunci pintu, tetapi alarm lagi-lagi berbunyi.
Alarm baru akan berhenti berbunyi jika salah satu hal ini terjadi: penumpang tersebut keluar dari mobil dan kemudian mobil dikunci. Atau, mesin dinyalakan demi penumpang bisa tetap berada di dalam mobil. Hal ini bagus untuk mencegah kejadian orang tua yang tak sengaja meninggalkan anaknya di dalam mobil sampai meninggal. Tetapi menjengkelkan bagi mereka yang hanya pengin menunggu sebentar.
Ketika sistem alarm sering teraktivasi pada kejadian-kejadian yang tidak semestinya. Dia justru diam saja saat perannya betul-betul dibutuhkan. Misalnya, ketika kita turun dari mobil dan lupa mengunci pintu. Tentu risiko pencurian barang-barang di dalamnya akan terjadi dengan sangat mudah. Alih-alih berbunyi, sistem alarm diam saja dan pintu tidak terkunci secara otomatis. Sekalipun hingga 24 jam kemudian alias harus menunggu penggunanya datang untuk menguncinya.
Menghadapi kondisi seperti ini, rekan-rekan saya hanya berkomentar bahwa ini terjadi karena sistem alarm di “mobil murah” memang tidak optimal. Jika mobilnya lebih mahal, tentu sistem alarmnya akan berfungsi sebagaimana mestinya. Apakah benar? Tidak juga.
Kali ini, saya beralih ke Honda HR-V keluaran 2017 yang sudah menggunakan sistem keyless entry, start-stop engine, dan memiliki alarm pengingat seatbelt. Di atas kertas, seharusnya sistem alarm di mobil ini tentu lebih baik dan memberikan peringatan keamanan lebih menyeluruh dibandingkan Datsun Go. Iya, kan?
Kami sengaja menguji mobil ini dengan dua orang duduk di kursi bagian depan tanpa menggunakan seatbelt. Di awal perjalanan, sistem alarm berbunyi secara terus-menerus dengan suara yang tidak terlalu kencang lengkap dengan indikator sabuk pengaman di dasbor pengemudi. Akan tetapi, ajaibnya ketika mobil tersebut kami ajak mengebut dengan kecepatan di atas 60 km per jam di trek lurus—tentu risiko kecelakaannya akan lebih tinggi dibandingkan kecepatan rendah di awal perjalanan—sistem alarm justru berhenti berbunyi. Lantas, baru akan berbunyi kembali ketika kami memperlambat kecepatan ke 20 km per jam atau kurang.
Kondisi ini tentu mencengangkan dibandingkan ekspektasi kami. Seharusnya di kecepatan yang lebih tinggi, sistem alarm akan semakin sering dan kencang berbunyi. Kami akan lebih senang lagi, jika sistem elektronik mesin mampu terhubung dengan sistem alarm seatbelt untuk membatasi kecepatan ketika ada penghuni kursi bagian depan yang tidak menggunakan seatbelt.
Mengapa tidak sekalian tidak bisa berjalan sama sekali? Sulit juga ketika seorang penumpang bagian depan sakit perut dan ingin mencari kamar mandi terdekat. Pastilah dia akan melepas seatbelt demi kenyamanannya dan mobil tetap harus berjalan agar dia segera menemukan tempat untuk buang air, ya kan? Sekali lagi, ekspektasi kami tidak terjadi sama sekali. Sungguh kecewa.
Skenario kedua diuji dengan meninggalkan anak-anak di dalam mobil dalam kondisi mesin menyala, pintu terkunci, dan remote kami bawa pergi. Karena remote tidak berada di sekitar mobil, tentu sistem alarm teraktivasi. Sayangnya, bunyinya sangat pelan sampai-sampai hanya penumpang yang bisa mendengarnya, bukan orang-orang di sekitar mobil itu yang mungkin bisa menyelamatkan penumpang ketika dia benar-benar terjebak di dalam mobil. Lebih mahal, tetapi tetap sama saja.
Pada akhirnya, safety alarm menjadi momok banyak pengguna mobil di berbagai kelas harga dengan segala kejadian menjengkelkannya. Di saat yang sama, perannya justru tak sesuai harapan ketika benar-benar dibutuhkan. Bagi pengguna mobil yang mesinnya masih dinyalakan secara manual dengan anak kunci, tentu pencabutan sistem alarm mobil sangat layak dipertimbangkan dan baru akan dipasang kembali ketika mobil kelak dijual. Bagi pengguna sistem start-stop engine, apa daya terpaksa Anda tetap harus berjibaku dengan keadaan yang ada.
Apa kabar dengan alarm si Datsun Go? Bengkel resmi tidak mau mencabutnya sehingga saya membawanya ke bengkel umum untuk itu. Kap mobil yang sangat complicated membuat teknisi butuh waktu hingga enam jam untuk mencari-cari di mana modul alarm mobil berada. Sekarang, jika saya ingin menggunakannya, saya harus membuka pintu dengan anak kunci. Apa yang terjadi jika saya parkir di tempat umum dan lupa posisi persisnya? Saya tidak bisa lagi membunyikan remote dan terpaksa jalan kaki mencari secara manual.