Motor Honda Karisma menemani perjalanan karier ibu saya
Ibu saya berprofesi sebagai guru. Sebuah profesi yang membuat saya bangga kepadanya. Dia mengajar di salah satu SD di Kabupaten Temanggung. Ibu mengampu kelas 1 yang anak-anaknya tidak jauh berbeda dengan anak TK. Butuh kesabaran penuh untuk bisa mengajar di tengah-tengah mereka.
Ibu mulai mengajar di SD itu sekitar tahun 2004, satu tahun sebelum membeli motor Honda Karisma tadi. Saat itu, ibu mendapat gaji Rp200 ribu saja. Namun, ibu tetap bersyukur, apalagi gajinya naik setiap tahun. Hingga kemudian, pada 2007, ibu mendapatkan sertifikasi. Ibu memang bukan guru PNS, tapi guru yang mendapatkan sertifikasi. Kata ibu, untuk menjadi guru sertifikasi tidak sulit seperti sekarang.
Selain menjadi guru kelas 1, Ibu juga menjadi guru les. Mulai dari les privat sampai bimbingan belajar berkelompok. Bahkan ibu pernah mengajar untuk bimbel di 5 tempat dalam sehari.
Saat itu, kebanyakan pengajar hanya mengambil bimbel di 3 tempat saja. Berkat gaji pokok dan honor les privat, ibu berhasil menabung untuk renovasi rumah menjadi lebih baik. Dan, motor Honda Karisma itu ada untuk menemani perjuangan ibu.
Bukan hanya itu saja, ibu juga bisa menabung, hingga membeli tanah. Bahkan ibu sanggup menguliahkan kedua anaknya, termasuk saya yang belum lulus juga.
Meninggalkan profesi guru les
Sekitar 2019, ketika kakek dari ibu meninggal, ibu memutuskan tidak lagi menjadi guru les. Katanya, ibu merasa terlalu sibuk di luar, hingga jarang ada di rumah. Belum lagi kurikulum di sekolahnya sudah berbeda. Sehingga, pasar untuk menjadi guru les terbilang sulit.
Walau begitu, ibu tetap percaya rezeki sudah ada yang mengatur. Dan, kepercayaan itu terbayar ketika gaji mengajar ibu mengalami kenaikan setelah berhenti dari guru les. Saat itu, rezeki ibu terbilang cukup besar untuk ukuran pedesaan Temanggung. Semua pencapaian itu selalu ditemani oleh motor Honda Karisma 125 cc berwarna biru.
Cinta untuk motor Honda Karisma yang langgeng
Selain memang tidak suka gonta-ganti motor, cinta ibu kepada motor Honda Karisma sebenarnya “terlihat sepele”. Jadi, nyaris setiap hari, ibu selalu mengendarai motor kesayangannya itu. Jarang sekali ibu memakai motor lain. Apalagi bukan miliknya. Kecuali kalau motornya sedang mengalami masalah, baru ibu memakai motor lain.
Alasannya adalah karena ibu tidak bisa mengendarai selain motor bebek. Ibu tidak bisa bawa matik, apalagi motor cowok. Jadi, setiap hari, kalau ke mana-mana ya pakai motor Honda Karisma itu.
Saking cintanya, selama 18 tahun penggunaan, motor Honda Karisma itu baru 2 kali turun mesin. Sampai turun mesin karena ibu lupa mengganti oli. Mungkin kalau tidak sampai kelupaan, motor legendaris itu pasti tidak pernah turun mesin. Katanya, ibu tidak terlalu memikirkan bodi motornya yang dianggap jadul. Yang penting adalah mesinnya awet. Yah, khas Honda banget.
Oiya, ibu pernah 2 kali jatuh dari motor Honda Karisma itu. Syukurlah, hanya luka ringan. Nah, biasanya, layaknya ibu-ibu pada umumnya (walau tidak semua), ketika jatuh dari motor, mereka akan trauma dan kapok tidak akan membawa motor lagi. Seperti yang pernah menimpa bude saya. Waktu belajar motor, dia malah jatuh. Sejak saat itu, bude tidak mau lagi belajar mengendarai motor.
Beda banget sama ibu saya. Sudah pernah jatuh dari motor Honda Karisma itu tapi tidak kapok sama sekali. Malahan, hingga kini, masih santai mengendarai motor itu. Menerjang panas, hujan, dan ganasnya jalan raya, ya gas terus.
Menemani adik saya dari kelas 1 SD hingga SMP
Selain menemani karier ibu, motor Honda Karisma itu juga berjasa mengantar adik saya dari kelas 1 SD sampai SMP. Adik saya memang paling suka kalau dibonceng pakai motor itu. Setiap pagi dan sepulang sekolah, adik saya berada di belakang membonceng ibu.
Bahkan hingga anak terakhir ibu saya itu masuk SMP, dia masih saja membonceng. Sehingga saya yakin, mungkin kelak adik saya yang akan mewarisi kenangan motor Honda Karisma itu.
Melihat kenyataan itu, sudah pasti kami tidak akan menjual motor Honda Karisma tersebut. Kalau dijual pun harganya pasti jatuh sekali. Namun, ini memang bukan soal uang, tetapi kenangan ibu saya yang tak ternilai harganya.
Penulis: Khoirul Atfifudin
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Honda Karisma Produk Gagal? Bodo Amat, Ini Bukti Cinta Memang Perlu Diperjuangkan dan pengalaman menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.