Fitur basic: Simpel, fungsional, tapi jadul
Kalau soal mesin, kita bisa angkat jempol. Yamaha membekali Mio M3 dengan mesin 125cc berteknologi Blue Core. Mesin ini bisa menghasilkan tenaga 9,3 PS di 8.000 rpm dan torsi 9,6 Nm di 5.500 rpm. Tenaganya cukup buat harian, dan kalau dibejek di jalanan lurus, masih bisa menyentuh angka 90 km/jam tanpa ngeden.
Namun, ketika kita bicara fitur, motor ini seperti motor matik tahun 2010 yang hanya diberi baju baru. Misalnya, speedometer sepenuhnya analog, tanpa panel digital sama sekali. Tidak ada informasi tambahan seperti tripmeter digital, voltmeter, atau bahkan jam.
Sementara itu, kompetitor sudah memakai panel digital atau semi-digital dengan indikator gaya-gayaan. Eh, Mio M3 tetap bersahaja dengan jarum klasik. Mungkin Yamaha takut kalau dikasih digital, nanti tampilannya jadi terlalu modern dan merusak aura “kesempurnaan desain 2014”.
Mio M3 juga masih menggunakan lampu bohlam halogen, bukan LED. Untuk 2025, ini jelas terlihat ketinggalan zaman. Scoopy, Beat, hingga motor Cina saja sudah beralih ke lampu LED sebagai standar. Tapi mungkin bagi Yamaha, sinar halogen itu punya filosofi: hangat, bersahabat, dan tidak menyilaukan masa lalu.
Tidak ada power outlet, soket charger, Answer Back System, atau keyless. Semua itu tidak ada, karena mungkin Yamaha merasa: “Untuk apa semua itu? Bukankah kesederhanaan adalah kemewahan yang sejati?”
Ada sih Eco Indicator, fitur mungil di pojokan speedometer yang menyala kalau kamu berkendara hemat BBM. Fitur ini, jujur saja, lebih cocok disebut penghargaan moral. Karena selain nyala dan diam, fitur ini tidak punya efek apa-apa. Seperti punya medali emas dari lomba lari karung tingkat RT: membanggakan, tapi tidak membuatmu kaya.
Saat motor lain tampil muda, Mio M3 tetap kayak bapak-bapak yang nyaman pakai kemeja motif kotak
Persaingan motor matik entry level sekarang semakin ketat. Semua berlomba tampil muda dan kekinian. Honda Beat misalnya, tampil agresif dengan bodi tajam, rangka baru, dan fitur yang disesuaikan anak muda. Suzuki Nex II sudah tampil dengan desain segar, walau tetap dengan harga ekonomis.
Yamaha sendiri sebenarnya punya andalan lain. Misalnya seperti Gear 125, yang tampil kekar, punya soket charger, bahkan bracket buat nganter galon atau LPG. Lalu ada Freego, yang lebih modern dan punya bagasi besar.
Tapi, Mio M3? Ia tetap bertahan sebagai sosok kalem dan sederhana. Motor ini seperti guru Bahasa Indonesia zaman dulu, yang masih pakai kapur dan papan tulis hitam untuk mengajar.
Yamaha Mio M3 tetap laku, tapi bukan karena daya tarik
Ajaibnya, di tengah semua kekunoan itu, Yamaha Mio M3 tetap laku. Yamaha memang ajaib, sih.
Jadi, untuk kota-kota kecil, motor ini masih jadi pilihan karena murah, ringan, dan irit. Tapi jangan salah sangka, daya tarik utamanya bukan karena desain atau fitur, tapi karena fungsionalitasnya yang memang bisa diandalkan.
Namun jika Yamaha terus mempertahankan pendekatan ini, yang seakan percaya bahwa Mio M3 adalah wujud akhir dari evolusi matik, posisinya akan makin tergeser. Anak muda kini lebih tergoda oleh tampilan dan fitur. Mereka pengin motor yang bisa masuk Instagram Story, bukan cuma yang bisa masuk gang sempit.
Kesimpulan: Desain sempurna itu mitos, facelift itu kebutuhan
Mio M3 adalah motor baik. Ia ringan, tangguh, irit, dan ramah kantong. Tapi sudah saatnya Yamaha berhenti menganggap desain Mio M3 sebagai karya agung yang tak boleh disentuh. Kesempurnaan itu bukan tidak berubah, tapi mampu menyesuaikan diri tanpa kehilangan jati diri.
Kalau Mio M3 terus dibiarkan seperti ini, ia akan dikenang sebagai motor yang terlalu nyaman dengan masa lalunya. Seperti pria dewasa yang masih pakai celana SMA karena katanya “masih muat.”
Facelift bukan soal gaya-gayaan. Itu tanda bahwa motor ini ingin tetap dicintai. Dan bukankah dalam dunia percintaan, dan otomotif, kita semua hanya ingin satu hal: tetap menarik di mata orang yang kita sayangi.
Penulis: Alan Kurniawan
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Mengenang Yamaha Mio, Seri Skutik Yamaha Terbaik yang Mengalahkan Dominasi “Supra Bapak” tapi Kini Semakin Terlupakan dan catatan menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.












