MOJOK.CO – Jalur Jatinangor menuju Temanggung menjadi saksi kegelisahan saya setelah membuat ibu takut dan khawatir. Ini kisah penyesalan saya di atas motor C70.
Ketika masih SMP, saya suka sekali mengoprek motor. Kebetulan ada motor Astrea Grand model bulus milik paman di Temanggung yang lama menganggur. Motor itu kemudian saya modifikasi menjadi C70 melalui uang saku yang saya sisihkan. Dari mulai mengganti slebor belakang, batok depan, jok, knalpot, dan sparepart lainnya. Untuk mesin memang belum mampu untuk saya bore up lantaran keterbatasan materi.
“Ganti apa lagi!?” Sinis bapak saya ketika ada hal baru di motor yang awalnya Grand Astrea bulus itu. Kadang ditegur, tapi saya menanggapinya dengan sikap bodo amat. Sehingga, lambat laun, bapak capek sendiri dan membiarkan saya melakukan itu.
Lalu, makin ke sini ada ketertarikan untuk bergabung dengan komunitas C70 di Temanggung, namanya Sipitung Club Temanggung Racer (SICTER). Hingga akhirnya saya masuk dan menjadi anggota yang paling kecil sendiri dibandingkan dengan anggota lain yang umurnya sudah 20 sampai 40 tahun. Sebuah keputusan yang kelak membawa saya menempuh petualangan Jatinangor ke Temanggung sendirian.
Perkenalan dengan komunitas C70 dan awal godaan touring ke Jatinangor
Beberapa kali saya ikut kopdar. Sampai akhirnya dari mengikuti berbagai kegiatan komunitas, muncul keinginan untuk mengikuti touring. Sepertinya seru ketika bisa motoran ke suatu daerah bersama komunitas.
Terlebih kakak sepupu saya yang juga kenal dengan anak-anak SICTER mengiming-imingi ikut Jambore Nasional (JAMNAS) C50, C70, C90 ke-6. Rencananya, acara jambore tersebut akan diadakan pada Sabtu-Minggu, 12-13 September 2015 di Kiara Payung, Jatinangor, Sumedang.
Pihak penyelenggaranya adalah Bebek Owners C70 Group (BOG). Kakak sepupu saya bercerita serunya JAMNAS ke-5 yang diadakan di Pekalongan pada 2014. Cerita kakak sepupu saya ini yang membuat saya ingin sekali berangkat.
Tanpa pikir panjang, saya menyiapkan diri dengan berbagai hal. Misalnya, menyiapkan uang saku, mengukur waktu tempuh dari Temanggung ke Jatinangor, dan ini yang terpenting, bagaimana caranya untuk mengelabui orang tua agar bisa mengikuti touring. Saat itu, usia saya masih 14 tahun. Masih bocah.
Tidak kehabisan akal, saya berspekulasi jauh-jauh hari. Saya mengatakan kepada orang tua kalau saya mau mengikuti kegiatan mujahadah bermalam yang dilakukan di sekolah. Kebetulan, saya bersekolah di salah satu madrasah tsanawiyah yang ada di Temanggung. Lantaran bualan saya terdengar meyakinkan, kedua orang tua saya memberi izin. Mereka percaya-percaya saja, padahal saya akan berangkat ke Jatinangor.
Baca halaman selanjutnya…