Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Otomojok

Inilah yang Terjadi Ketika Amerika Serikat dan Uni Soviet Adu Ukuran Batang di Era Perang Dingin

Fikri Muhammad Ghazi oleh Fikri Muhammad Ghazi
10 Maret 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

[MOJOK] “Salah satu kisah menarik dari Perang Dingin dengan pusatnya Amerika Serikat dan Uni Soviet: adu ukuran batang!”

Era Perang Dingin identik dengan gontok-gontokan antara dua jawara global, Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Perang dingin, ibaratnya dua Titan bernama Amerika dan Soviet udah siap-siap buat adu jotos, masing-masing udah siap sedia brass knuckle dan butterfly knife di kantong celana.

Akan tetapi, kedua jawara ini ngga ada yang berani sampai melayangkan kepalan tinju pertama, karena keduanya tahu setelah kepalan tinju pertama mendarat di tubuh lawan, siapa pun yang memulai, duel hanya akan berakhir ketika keduanya mati terbunuh.

Apabila ditelisik dari segi militer, sebenarnya sejarah perang dingin antara dua superpower global ini terbilang unik. Karena ada suatu masa ketika yang penting adalah “Batang gue lebih gede dari batang elo”.

Biar gampang, sebut saja “Kontes adu ukuran batang”, dan secara harfiah, inilah masa ketika Amerika dan Soviet saling pamer siapa yang bisa bikin meriam dengan kaliber sebesar mungkin. “Dick-weaving contest”, istilah yahud yang menjadi tren di kalangan pecinta sejarah era perang dingin.

Pada dekade akhir 1940an hingga pertengahan 1960an, Amerika dan Soviet percaya kalau senjata nuklir yang bisa ditembakkan dari meriam artileri akan memegang kunci kemenangan dalam peperangan besar selanjutnya.

Amerika mencuri start dengan program riset dan pengembangan meriam nuklir M65 “Atomic Annie” pada 1949, yang pada dasarnya adalah meriam nuklir seberat 83 ton yang menyadur desain dari meriam rel kereta Jerman era Perang Dunia II, K-5 kaliber 240mm. Bedanya adalah M65 memakai laras meriam kaliber 280mm. Bagaimana reaksi Soviet?

Soviet tentu saja tidak mau kalah dengan Amerika. Soviet ingin menunjukkan kalau mereka bisa membuat meriam yang jauh lebih besar, dan lebih praktis. Namanya juga gengsi, Soviet memulai program meriam nuklirnya sendiri, supaya keliatan kece dan gagah. Soviet memakai meriam kaliber 406mm.

Apa sampai situ saja? Tentu saja tidak, Soviet ingin meriamnya ini lebih kelihatan gahar, dan lebih mudah dipindah-pindah daripada M65 punya Amerika. Gimana caranya? Taro aja meriam raksasanya diatas sasis tank terbesar di AD Soviet, T-10M. Selesai sudah perkara.

Ide-ide gila terus mengalir di kantor biro desain Kotlin di Leningrad, yang berlangsung hingga tahun 1955, ketika lahirnya meriam nuklir swagerak (Self-Propelled Nuclear Cannon) Object 271 atau dikenal dengan nama resminya 2A3 Kondensator 2P.

Entah mengapa, Petinggi Soviet menamakan meriam raksasa penembak hulu ledak nuklir ini “Kondensator” yang sekilas bermakna meriam ini mampu mengkondensasikan efek uap panas yang timbul dari gontok-gontokan antar kedua negara superpower. Sebuah senjata pamungkas.

Apakah cukup sampai sana? Tentu saja tidak, Soviet membuat mortar swagerak raksasa kaliber 420mm bernama 2B1 Oka yang bisa menembakkan peluru mortar raksasa dengan hulu ledak nuklir, seperti 2A3 Kondensator.

Mortar raksasa ini dipasang di sasis tank berat T-10M, tapi ini cerita buat lain waktu saja. Yang jelas, keberadaan 2A3 dan 2B1 menunjukkan kalau Soviet juga pengen punya meriam raksasa yang mampu menembakkan peluru nuklir.

Iklan

Oke, Meriam superbesar dipasang di sebuah sasis tank berat, meriamnya bisa menembakkan peluru nuklir pula. Jika pembaca sekalian menganggap ini adalah ide yang gila, selamat, kalian lebih waras daripada saya dan segenap petinggi militer Soviet pada tahun 1952 (karena saya pribadi menyukai meriam-meriam kaliber sangat besar).

Begini, meriam superbesar, artinya ketika ditembakkan menghasilkan gaya tolak balik (recoil) yang superbesar pula. Begitu juga dengan 2A3 Kondensator, walau sudah dipasang di sasis tank terbesar Soviet seberat 60 ton, dan seluruh kerangka sasis sudah diperkuat gila-gilaan.

Menembakkan meriam ini sama saja dengan mengucapkan selamat tinggal ke segenap struktur kerangka tank, shockbreaker, gearbox hingga persneling yang tercinta.

Nikita Khrushchev, pemimpin Soviet pada tahun 1956 berpikir, “Kenapa bikin meriam supergede buat nembakin nuklir kalau lebih gampang bikin rudal gede jarak jauh yang bisa menggotong nuklir?”

Nah, dengan dasar pikiran randomnya ini, plus kebenciannya terhadap Almarhum Josef Stalin, mendorong Khrushchev untuk menghentikan semua program-program militer yang sama gilanya dengan 2A3 dan 2B1 yang merupakan produk dari filosofi militer Soviet era Stalin, “batang gue lebih gede dari batang elo”.

Oleh sebab itu, meriam-meriam swagerak paling absurd sepanjang sejarah ini langsung dipensiunkan, dan mulai tahun 1960an, Soviet menggenjot gila-gilaan program pengembangan rudal balistik antar-benua.

Terakhir diperbarui pada 10 Maret 2018 oleh

Tags: amerikaamerika serikatBenuaJosef StalinNikita KhrushchevNuklirPerang Dinginperang nuklirUni Soviet
Fikri Muhammad Ghazi

Fikri Muhammad Ghazi

Artikel Terkait

Perang Dunia 3 Bukti Manusia Adalah Bajingan Maniak Perang MOJOK.CO
Esai

Perang Dunia 3 Menjadi Bukti Manusia Adalah Bajingan Maniak Perang yang Tidak Belajar dari Kehancuran karena Perang Dunia

24 Juni 2025
Pemuda Jogja bisa kerja dengan gaji senilai perusahaan Amerika Serikat. MOJOK.COA
Ragam

Pertama Kali Dapat Kerja di Jogja sambil Kuliah, Kaget Bisa Dapat Cuan Senilai Perusahaan Besar di Amerika Serikat

20 Juni 2025
Puasa Ramadan di Amerika Serikat. MOJOK.CO
Ragam

Mahasiswa Asal Papua Cerita Beratnya Jalani Puasa 16 Jam di Amerika Serikat sebagai Minoritas

1 Maret 2025
Felix Siauw Seharusnya Pro Syiah Iran Sejak Dulu MOJOK.CO
Esai

Coba Bayangkan Kalau Sejak Dulu Felix Siauw Pro Iran, Israel Pasti Sudah Rata dengan Tanah!

17 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.