Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Sengketa Natuna dan Alasan Prabowo dan Luhut Bersikap Lunak

Nia Lavinia oleh Nia Lavinia
6 Januari 2020
A A
indonesia china prabowo subianto luhut panjaitan china indonesia natuna mojok.co

indonesia china prabowo subianto luhut panjaitan china indonesia natuna mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Dulu narasi kedaulatan selalu mendominasi konflik sengketa di Perairan Natuna. Tapi hari ini, yang dimunculkan malah narasi rebutan tempat mancing antara Indonesia dan China. Ada apa dengan Prabowo dan Luhut?

Satu minggu ke belakang sepertinya jadi hari-hari paling menggairahkan buat anak-anak HI, khususnya yang lagi galau judul skripsi. Selain rame-rame isu Perang Dunia III, Indonesia juga lagi tegang karena China main api lagi dengan mempersilakan kapal nelayan mereka mancing secara ilegal di Perairan Natuna. Masalahnya, kali ini bukan cuma kapal nelayannya yang datang, tapi ditemani segala sama kapal penjaga pantai China (China Coast Guard, CCG).

Saya bingung sama sengketa kambuhan antara Indonesia-China di perairan Natuna ini. Soalnya negara suka nggak kompak mendefinisikan apa yang terjadi di sana.

Kapan hari, sengketa ini dianggap sebagai konflik yang berhubungan dengan kedaulatan. China dianggap kurang ajar karena berani-beraninya maling ikan di perairan Indonesia. Kalau narasinya tentang kedaulatan gini, respons negara sudah pasti LAWAN!!1!! Atau kalau di jaman Bu Susi, TENGGELAMKAN! NKRI HARGA MATI! Alias: Tidak ada tawar-menawar soal kedaulatan.

Tapi di lain hari, konflik ini dilihat sebagai perebutan tempat mancing antara Indonesia dan China. Indonesia merasa perairan Natuna adalah milik mereka dan diakui dalam UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) atau perjanjian hukum laut internasional PBB. Sementara Cina berpandangan perairan Natuna itu milik mereka soalnya sejak jaman nenek moyang, mereka udah mancing di sana.

Nah, karena narasi yang berkembang cuman rebutan tempat mancing, respons yang dibutuhkan tentu cukup negosiasi dan perjanjian bilateral.

Dari dua narasi yang ada, narasi kedaulatan selalu mendominasi konflik sengketa di Perairan Natuna. Tapi hari ini, yang terjadi malah narasi yang kedua. Hal ini terlihat dari pernyataan Menteri Pertahanan Indonesia, Pak Prabowo, dan Menkomaritim Lord Luhut Panjaitan. Keduanya sepakat untuk tidak membesar-besarkan masalah ini.

Aneh sebenarnya melihat Pak Prabowo dan Lord Luhut jadi soft dalam masalah ini. Pak Prabowo bahkan bilang kalau China itu negara sahabat, jadi harus baik-baik. Hampir saja saya lupa kalau beliau adalah sosok yang sama dengan Prabowo yang sewaktu debat pilpres getol sekali membawa narasi perang—sampai bikin saya repot harus nulis negara mana yang punya potensi perang sama Indonesia.

Saya jadi penasaran kenapa Pak Prabs dan Lord Luhut berubah dari yang asalnya garang menjadi sangat hati-hati terhadap China?

Emangnya, AADC alias Ada Apa sih dengan China?

Ternyata, eh ternyata, jawabannya ada pada i n v e s t a s i.

Kalau mengorek-ngorek data yang ada, sebenarnya sampai saat ini China bukan negara nomor 1 yang ada di hati, eh daftar penyuplai investasi di Indonesia. Dalam kaitannya dengan investasi, China menempati peringkat 3 di bawah Singapura dan Jepang.

China juga bukan satu-satunya partner dagang kita. Ekspor-impor dengan China memang besar. Tapi dalam praktiknya, perdagangan kita dengan mereka defisit alias rugi. Sebab, kita cuma bisa ekspor bahan mentah kayak batu bara dan minyak sawit, tapi Cina mengekspor barang olahan dan teknologi.

Kerja sama dengan China terkait pembangunan infrastruktur juga mandek. Kereta cepat Bandung-Jakarta misalnya. Belum lagi masalah tenaga kerja asing dst. dst. Singkat kata, untuk saat ini hubungan Indonesia dan China cukup problematis

Iklan

Jadi kenapa Indonesia harus mati-matian mempertahankan relasi baik dengan China meski sengketa Natuna membuat banyak orang Indonesia marah?

Jawabannya adalah “masa depan”.

Ekonomi China sedang tumbuh sangat sangat pesat dan karena itu, di masa depan China bakal jadi partner ekonomi paling penting Indonesia.

China di masa depan juga akan jadi negara penyumbang bantuan pembangunan terbesar, dan hampir tidak mungkin kita bisa menolak segala bentuk ekspor dan investasi mereka. Selain karena punya duit, China juga kelak akan punya…

… militer yang sangat kuat. Waduh, kalau macam-macam, bisa-bisa kita dibabat.

Ini saya agak sedih juga sih nulisnya, di masa depan, investasi bakal jadi satu-satunya roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Indonesia karena kita tidak cukup mandiri (baca: banyak utang) untuk melakukan pembangunan, membuka lapangan pekerjaan, dst. dst.

Bantuan dana pembangunan dari Cina, kelak, bukan hanya akan membantu Indonesia menyelesaikan defisit pengeluaran, tapi juga membangun infrastruktur yang lebih baik yang akan meningkatkan konektivitas dan mengurangi biaya transportasi manusia dan logistik.

Dengan kata lain, kompromi-kompromi yang sedang kita lakukan sekarang, khususnya terkait sengketa di Natuna, adalah bentuk tahu diri Indonesia kalau-kalau di masa depan kita yang akan lebih membutuhkan China ketimbang mereka yang membutuhkan Indonesia.

Begitulah risiko jadi negara berkembang. NKRI harga mati bisa ditawar jadi NKRI harga investasi. Semua demi kelangsungan hidup.

BACA JUGA Risiko Lahir di Negara Berkembang atau artikel lainnya di POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 15 Januari 2020 oleh

Tags: ChinaIndonesiaLuhutnatunaprabowosengketa wilayah
Nia Lavinia

Nia Lavinia

Mahasiswa S2 Kajian Terorisme, Universitas Indonesia.

Artikel Terkait

kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)
Pojokan

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Video Prabowo Tayang di Bioskop Itu Bikin Rakyat Muak! MOJOK.CO
Aktual

Tak Asyiknya Bioskop Belakangan Ini, Ruang Hiburan Jadi Alat Personal Branding Prabowo

16 September 2025
Video Prabowo Tayang di Bioskop Itu Bikin Rakyat Muak! MOJOK.CO
Esai

Jika Pemerintah Bekerja dengan Baik, Rakyat Tidak Perlu Diingatkan Setiap Hari Pakai Video Prabowo yang Tayang di Bioskop Jelang Film Mulai: Aneh!

15 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.