Meski sedang sibuk menentukan resolusi-resolusi tahun 2017, jangan sampai lupa untuk memilih kalender. Sebab, apalagi yang baru di tahun baru selain kalender? Kalender digital memang sudah banyak tersedia bahkan untuk sepuluh tahun yang akan datang, baik di handphone atau komputer, tapi secara pribadi saya merasa ada yang kurang. Bukan hanya soal tanggal merah yang sesuai dengan kalender nasional, namun memang informasi dari kalender digital saya rasa tidak sekomplit kalender fisik.
Membuat panduan tentang kalender pada menit-menit akhir seperti ini barangkali memang sudah ketinggalan. Sebagian besar dari kita mungkin sudah punya banyak stok kalender di rumah. Mungkin dari toko emas, toko bangunan, kios blanjan langganan di pasar, sekolah, partai, panti pijet, Bank BRI unit Kantor Cabang pembantu, souvenir pengantin, atau kantor tempat bekerja. Tapi toh kita tidak akan memajang semua kalender tersebut. Kita hanya akan memilih yang paling pas dengan kebutuhan.
Nah, di sinilah diperlukan kehati-hatian dan sikap bijak untuk memilih kalender. Untuk hal yang sedahsyat ini, biasanya saya menetapkan kriteria tertentu.
Pertama, pastikan bahwa kalender tersebut memang betul untuk tahun yang baru, 2017. Di era ketika berita hoax makin meraja lela seperti sekarang, sikap waspada selalu harus dipelihara, termasuk soal kalender. Siapa tahu ada yang berusaha mengambil kesempatan dengan membuat kalender palsu. Motivasinya apalagi kalau bukan untuk membuat jadwal-jadwal tiap orang berselisih waktu. Makanya perlu verifikasi.
Bandingkan dengan kalender-kalender lain, apakah hari-hari besarnya berada di waktu yang sama. Misalnya tanggal untuk awal Ramadan atau Idul Fitri. Kita sudah terlalu sering berdebat soal ini, meski di kalender tanggal merah untuk momen tersebut kadang sama.
Kedua, pastikan bahwa bahwa informasi di kalender tersebut cukup lengkap. Paling tidak tentang waktu pasaran, wuku, nama bulan Jawa/Arab, atau bila perlu jadwal imsakiah. Ini penting, terutama jika Anda hidup di kampung seperti saya, di mana berbagai acara menggunakan informasi itu sebagai penanda. Rapat rutin RT dilaksanakan pada Sabtu Wage, pertemuan LKMD jatuh pada Rabu Kliwon, pengajian bapak-bapak pada Selasa Pahing. Kalau kalender kita tidak mempunyai informasi-informasi tersebut bisa repot sendiri.
Lebih-lebih jika anda penggemar primbon. Kelengkapan informasi tersebut mutlak diperlukan dalam sebuah kalender.
Konon, kalender yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari kompromi. Denys Lombard menjelaskan bahwa dulu di Jawa berkembang banyak sistem waktu. Masyarakat Jawa kuno punya sistem waktu sendiri. Ketika Hindu yang menyebar dari India datang muncul siklus yang berbeda. Belakangan ketika Islam datang, ia juga mengajarkan siklus yang lain lagi. Masyarakat Jawa kuno mengenal siklus, legi, pahing, pon, wage, kliwon. Hindu mengenalkan siklus yang lebih panjang, 30 hari seperti sungsang, galungan, kuningan, langkir, mondosio, dan seterusnya. Dan Islam mengajarkan adanya tujuh hari dalam sepekan, ahad, senin, selasa, rabu, kamis, jumat, dan sabtu.
Maka, ketika saat ini kita mengenal tujuh hari dalam sepekan kita tahu itu merupakan adaptasi dari budaya Islam. Siklus dari Jawa menjadi nama pasaran, dan yang berasal dari Hindu menjadi wuku. Pertemuan antara waktu Islam dan Jawa ini selanjutnya dijadikan penanda sebuah weton. Begitu juga wuku, ia bisa dilihat dari pertemuan antara waktu Islam dan waktu Jawa, hanya saja pecantuman wuku di halaman almanak kita tidak lagi populer di Jawa (kecuali di beberapa lembaga di Yogyakarta) tapi, katanya, masih dipelihara dengan baik di Bali.
Nah, dari kompleksitas budaya itulah primbon lahir. Untuk itu diperlukan kalender yang lengkap.
Ketiga, sebagaimana bahasa menunjukkan bangsa, pemilihan kalender di ruang tamu juga menunjukkan penghuninya. Orang yang mempunyai ikatan emosional dengan almamater biasanya akan memajang kalender dari almamaternya. Yang bangga dengan perusahaan atau organisasinya akan memasang kalender kantor atau organisasinya di tempat yang gampang di lihat orang. Begitu juga dengan mereka yang loyal dengan partai akan mengabaikan kalender-kalender lain dan memilih menempel kalender partainya.
Ibarat sebuah personal brand, kalender akan menjadi representasi dari pemasangnya. Ia bisa mewakili pribadi para penghuni dari kalender yang terpasang di dinding rumah. Sedikit pengecualian tentu bisa terjadi ketika anda memasang kalender dari toko emas yang biasanya bergambar perempuan seksi dengan motor gede. Orang lain mungkin akan berpikir bahwa anda kolektor emas dari toko tertentu, atau pecinta tunggangan gede. Tapi bisa juga berpikir lain.
Jadi begitulah kira-kira, Sodara, pentingnya memilih kalender. Jangan sampai citra anda dalam setahun menjadi rusak gara-gara salah memasang kalender. Pasanglah kalender yang baik-baik saja, seperti kalender dari Bong Supit yang isinya typografi kata-kata mutiara seputar keharmonisan hubungan rumah tangga, misalnya. Atau kalender bonus dari tempat laundry langganan anda yang isinya gambar kaligrafi seputar kebersihan hati.
Akhir kata, Selamat tahun baru.