MOJOK.CO – Radit diam saja sambil pelan-pelan melihat kaki Jono, memastikan apakah ini Jono yang asli atau hanya hantu kembaran yang datang tanpa permisi.
Beberapa kali aku membaca artikel soal betapa kita semua masing-masing punya tujuh orang kembaran. Aku nggak tahu apakah pernyataan itu bisa dibuktikan, meskipun tahun lalu berita soal kemiripan Muthe, seorang anggota grup idola JKT48, dengan Momo, member girlband TWICE di Korea Selatan, menyeruak di banyak media.
“Tapi, Muthe kan hanya mirip. Mirip belum tentu kembar,” kataku, dalam sebuah diskusi singkat bersama teman. Radit, temanku yang satu ini, cuma mengangguk-angguk dan sepakat bahwa mirip belum tentu menjadi kembaran.
“Aku pernah melihat sosok kembar temanku. Hantu kembaran, gitu,” kata Radit tiba-tiba. Sambil mematikan rokoknya, dia mulai bercerita.
Radit menyewa sebuah rumah untuk ditinggali dengan kedua orang temannya, Jono dan Lono, saat mereka bertiga masih berstatus sebagai mahasiswa di sebuah kota di Jawa Timur. Suatu malam, mereka berniat menonton pertandingan sepak bola big match yang bakal digelar sejak pukul 11 malam. Sebagai bentuk persiapan, mereka mengeluarkan stok camilan dan minuman.
“Aku minta tolong Jono untuk beli makanan berat. Nasi goreng, tiga porsi, untuk kami,” tambah Radit.
Sambil menunggu Jono, Radit dan Lono membuka laptop masing-masing untuk mengecek tugas kuliah. Pertandingan bola belum dimulai, jadi mereka masih punya waktu luang untuk bekerja.
Tak sampai setengah jam, pintu diketuk. Jono masuk membuka tiga bungkusan nasi goreng. Karena keburu lapar, Radit dan Lono langsung menyambar masing-masing satu, lalu memakannya sambil melanjutkan menatap ke arah laptop. Sementara itu, Jono duduk di kursi yang agak belakang, ikutan menyantap nasi gorengnya dalam diam. Mumpung nasinya masih hangat.
Tiba-tiba, mungkin setelah hampir 20 menit, pintu kembali diketuk. “Aneh banget, udah malam kok ada yang bertamu. Ya, kan?” ujaar Radit. Aku masih terus menyimak ceritanya.
Radit membuka pintu dan terkejut. Di hadapannya, Jono berdiri dengan kokoh, mengacungkan tas kresek berisi tiga bungkus nasi goreng sembari berkata, “Sori lama, tadi antre panjang. Baru dapet, nih.”
Nggak mau kaget sendirian, Radit langsung memanggil Lono. Mereka berdua sekarang berdiri dengan ekspresi kaget yang sama, menatap Jono di ambang pintu.
“Kenapa, sih?!” tanya Jono, lalu berkata lagi, “Kayak habis ketemu hantu aja!”
Radit diam saja sambil pelan-pelan melihat kaki Jono. Menapak. Lono melakukan hal yang sama, demi memastikan apakah ini Jono yang asli atau hanya hantu kembaran yang datang tanpa permisi.
Setelahnya, Radit, Jono, dan Lono menutup pintu dan masuk ke dalam rumah. Mereka segera mengarah ke kursi bagian belakang untuk melihat apakah Jono “yang pertama” tadi masih ada di sana.
Jono ada di sana: duduk tenang sambil menghabiskan nasi goreng di atas piringnya. Radit tercekat, begitu pula Lono yang berdiri di sampingnya. Hawa panas terasa. Jantung serasa mau copot.
Jono yang sedang makan menoleh dan keheranan melihat kedua kawannya, “Kalian kenapa? Kayak habis ketemu hantu aja!”
Sialnya, tiba-tiba ada suara yang menjawab, “Kalau iya, kenapa?” Di saat bersamaan, Radit menyadari bahwa hantu kembaran Jono yang datang belakangan itu kini sudah menghilang.
Diceritakan ulang dari cerita pengalaman pribadi bertemu hantu kembaran di sini. (A/K)
BACA JUGA Tak Sengaja Ngobrol dengan Jin Menyerupai Manusia atau tulisan di rubrik MALAM JUMAT lainnya.