MOJOK.CO – Neneknya bertanya, “Kamu bawa siapa itu, kok ada tiga orang?” padahal cucunya sedang berdiri sendirian dan kebetulan baru bertemu tukang pijat aneh beberapa bulan lalu.
Sebagai pekerja kreatif yang punya badan nggak kreatif-kreatif amat, alias gampang kaku, kesemutan, kram, serta mudah kangen, Fansuri—nama samaran biar nggak ketahuan kalau cerita ini adalah sumbangsih Ega Balboa—berniat mencari tukang pijat suatu hari. Mengutip kata-katanya, tukang pijat yang dicari adalah “yang mampu memberikan pijat dengan tepat dan bijak”. Tepat dalam artian punya jam terbang tinggi dengan reputasi mumpuni, sedangkan bijak dalam artian jika tidak menemukan tukang pijat yang mumpuni, ya minimal nyari tukang pijat yang bikin geli.
Sebelum mulai menemui tukang pijat, Fansuri mampir ke warung susu jahe. Basa-basi, ia bertanya pada penjaga warung, “Mas, Mas, tahu nggak, pijat yang enak itu di mana, ya?”
Mas-mas warung (kita sebut saja namanya Mas Warung—nggak kreatif tenan) mendadak kaget dan gelagapan. Fansuri ikut kaget. Mereka kaget bareng-bareng. Ciye.
Mas Warung berdeham, lalu menjawab, “Aku nggak tahu juga, Mas.” Ada jeda lama setelah kalimat tersebut, sebelum akhirnya mereka berdua kembali mengobrol ngalor-ngidul.
Hingga akhirnya, Mas Warung berdeham lagi dan mulai bicara, “Mas, aku sebenarnya jadi ingat pengalaman pijat. Tapi mengerikan…”
Mas Warung mengajak Fansuri flashback. Fansuri, dengan baik hati, membagikannya pada kita semua:
Sobat pijiters—begitu kata Fansuri—begini ceritanya. Pengalaman mistis ini sebelum Mas Warung bekerja jadi penjual susu jahe. Badannya pernah lungkrah dan drop sepulang kerja. Ia ingin pijat, tapi tidak tahu tempat pijat yang ampuh. Teman satu kosnya kemudian merekomendasikan pijat di dekat kompleks candi. Sampai lokasi, hal janggal pertama yang ia tangkap adalah adalah setting lokasi pijat dengan background kain hitam, kamarnya harum dupa, dan penuh dengan bunga.
“Pasti kecapekan ya, Mas? kata tukang pijat—kita sebut saja namanya Bapak Pijat (iya, saya memang nggak kreatif). “Ya udah, langsung rebahan di ranjang aja, Mas. Mijatnya nggak pakai keris kok. Nggak usah takut. Santai aja, nggak sakit dan cepat.”
Bapak Pijat mengeluarkan gelas kecil tempat menaruh dupa, kemudian menyalakan dupa dengan korek gambar kucing. Suasana jadi semakin aneh. Seolah-olah, ketika menyalakan dupa, Bapak Pijat ibarat menyalakan AC. Kelambu hitam seperti tertiup angin. Angin dari mana, Mas Warung pun nggak tahu—lah wong ruangannya tertutup! Mau nyerah karena takut, tapi kok ya malu.
Benar saja, gelas yang ditaruh dupa tadi jadi metode memijatnya. Sebagai gambaran, kalau badan Mas Warung kita ibaratkan sebagai papan karambol, gelas dupa tadi adalah karambolnya. Gelas digerakkan naik turun, atas bawah, mengeksplor badan Mas Warung. Prosesnya tak terlalu lama, tapi badan rasanya hangat.
Setelah selesai pijat memang badan terasa enak, tapi setelah satu bulan berlalu, Mas Warung selalu kepikiran untuk pijat lagi, padahal badan masih enak-enak saja. Seperti ketagihan. Dua bulan berlalu, Mas Warung masih kepikiran yang sama. Nah, pada bulan ketiga, terjadilah hal aneh: Mas Warung lemas mendadak. Kerja tidak semangat. Yang selalu diingat adalah pijatan si tukang pijat bernama Bapak Pijat tadi.
Kakaknya langsung mengajak pulang ke kampung halaman karena khawatir. Baru sampai rumah, nenek Mas Warung langsung bertanya, “Kamu bawa siapa itu, kok ada tiga orang?”
Mas Warung kaget. Kakak Mas Warung kaget. Nenek Mas Warung tetap chill—soalnya dia kan yang nanya.
Menurut pandangan si Nenek, Mas Warung ibarat menggendong tiga orang gaib di punggungnya. Atau, kalau lebih realistis, mungkin seperti anak-anak remaja yang baru bisa naik motor, terus boncengan rame-rame atau cenglu alias bonceng telu.
Tanpa fafifu, badan Mas Warung diurut dengan minyak kelapa, minyak buatan Nenek. Reaksi setelah dioles pun mantap betul. Mas Warung bilang, ia berteriak karena rasanya seperti terbakar. Badannya langsung gosong seperti kena knalpot. Punggungnya panas cekit-cekit seperti ditusuk jarum.
Mas Warung diminta untuk tidak mandi dulu kalau badan belum enak betul. Karena tidak tega, Ibu Mas Warung pernah hampir mengoleskan salep agar luka di badan anaknya kering, tapi dilarang sama Nenek.
Syukurlah, suatu hari badan Mas Warung mulai mendingan. Nenek kemudian memandikan cucunya ini dengan air biasa.
Anehnya, luka bakar hitam di badan Mas Warung langsung mengelupas, seperti selaput tipis pada salak. Namun ada beberapa bagian yang tidak lepas dari kulit gosong di badannya.
Dan tahukah sobat pijiters, kulit gosong di badan Mas Warung tadi membentuk apa? Jelas bukan gugusan pulau segitiga bermuda, mylov. Bentuk yang tercetak di sana adalah 3 sosok wajah.
“Mbahku santai banget, padahal kakak dan ibuku langsung kaget mak jegagik waktu lihat kulit gosong gara-gara tukang pijat itu,” jelas Mas Warung.
Muuuuuaaaalllingg, ambyaaar tenan. Fansuri langsung merinding. Susu jahe yang diseruputnya belum habis, tapi mendadak dia ingin pulang, masuk kos, dan nggak jadi cari tukang pijat di manapun. (AK/EF)
BACA JUGA Pijat dengan Injak-Injak Punggung, Apa Betul Aman Buat Tubuh? atau artikel lainnya di rubrik Malam Jumat.