Di tepi Jalan Persatuan, barat Gedung Pusat UGM, terdapat sebuah gedung besar yang mangkrak. Mojok mencoba menelusuri riwayat bangunan Gama Plaza yang jadi objek sengketa dan jadi lokasi syuting film horor itu.
***
Sudah ratusan kali saya melewati Jalan Persatuan atau ada yang juga menyebutnya sebagai Jalan Kaliurang Km 4 di sisi barat UGM, melihat sebuah gedung besar bercat oranye yang terbengkalai tanpa mengetahui apa fungsi bangunan tersebut di masa lampau. Gedung itu terabaikan di antara masif pembangunan di sekitarnya.
Jalan Persatuan merupakan kawasan yang ramai. Hiruk pikuk mahasiswa terasa di sana. Apalagi ketika malam, trotoar penuh penjaja kuliner yang jadi jujugan banyak orang. Sehingga barangkali banyak yang kerap melintas di depan bangunan mangkrak tersebut.
Namun, meski kerap dilewati, banyak orang yang belum tahu soal sejarah salah satu gedung paling tinggi di kawasan UGM ini. Suatu ketika, saat melintas di Jalan Persatuan, pacar saya tiba-tiba bertanya, “Ini sebenarnya gedung apa sih?”
Pertanyaan itu, kemudian kembali memancing rasa penasaran saya yang lama terabaikan. Lebih dari satu dekade tinggal di Jogja saya belum tahu alasan mengapa gedung yang sejatinya megah itu berakhir tak terusus.
Sebenarnya, ketidaktahuan itu bukan hanya saya yang mengalami. Saat bertanya kepada seorang mahasiswa UGM bernama Inas Alimaturahmah (22), ternyata juga tidak tahu menahu tentang gedung tersebut. Padahal, empat tahun terakhir ia bolak-balik melewati rute itu.
“Benar-benar nggak tahu. Kukira bukan bangunan UGM. Belakangan malah aku lebih penasaran dengan pembangunan gedung GIK (Gelanggan Inovasi dan Kreativitas) di sekitarnya,” katanya.
Gedung mati yang dilirik rumah produksi
Memang, di sekitar gedung mangkrak itu sedang dibangun area GIK. Jika melihat dari sisi barat, dua sisi proyek besar yang menelan APBN lebih dari 500 milar itu seakan terpisah dengan keberadaan gedung terbengkalai ini.
Rasa penasaran membawa saya menyambangi halaman depan gedung itu pada Senin (23/10/2023). Gedung setinggi sekitar lima lantai yang dilengkapi lantai basement itu tampak benar-benar tak terawat.
Di sudut-sudut dindingnya tumbuh semak belukar. Coretan vandalisme juga mewarnai seluruh bagian luar lantai dasar. Ketika menilik ke atas, sebagian kaca sudah pecah. Membuat bagian dalam bangunan sedikit terlihat. Tampak, ada saluran udara yang sudah putus menggantung di langit-langit atap.
Namun, semua pintu dan gerbang bangunan ini tertutup rapat dan terkunci sehingga tidak sembarang orang bisa mengaksesnya. Saya pun hanya bisa memandanginya dari bagian depan saja.
Selepas itu, saya memutuskan untuk nongkrong di sebuah angkringan yang terletak persis di sisi utara gedung tersebut. Menikmati es teh di siang yang terik sambil coba menggali informasi dari beberapa warga.
Tilah, pemilik angkringan yang sudah berjualan di tepi Jalan Persatuan sejak 2008 silam menceritakan kalau dulu gedung tersebut merupakan proyek pusat perbelanjaan UGM. Sepengetahuannya, gedung ini tidak pernah berfungsi sesuai peruntukannya sejak awal berdiri.
“Nggak pernah terpakai dari zaman dulu. Seingat saya, pernah sekali, lantai dasar digunakan untuk kantor atau apa gitu, tapi cuma sebentar,” papar perempuan tersebut.
Sejak pertama kali berjualan angkringan, Tilah mengaku kondisi gedung sudah tidak terawat. Kondisi yang sama itu berlanjut sampai belasan tahun kemudian.
Kosong dan tidak terawat membuat bangunan ini punya nuansa yang agak seram. Tak heran, gedung ini pernah dilirik sebagai lokasi syuting film horor. Salah satunya yakni film “Surat dari Kematian” garapan rumah produksi Max Pictures yang tayang di bioskop awal 2020 lalu.
Baca halaman selanjutnya…
Sejarah Gama Plaza yang bermasalah