Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Sosok

Kisah Mbah Hamid, Menyambung Hidup dari Rangkaian Bambu

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
6 Maret 2025
A A
Pengrajin bambu di kawasan Candi Borobudur, Magelang. MOJOK.CO

Hamid (50), pengrajin bambu asal Magelang. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Hamid sedang asyik bercengkrama dengan dua orang pedagang lainnya di kawasan Kampung Seni Borobudur (KSB), Magelang, Senin siang (3/3/2025). Ia dan dua orang bapak-bapak lainnya tampak jagongan. Mereka duduk di kursi plastik tanpa sandaran.

Seketika, konsentrasi Hamid teralihkan saat melihat saya membawa kamera. Hamid yang sedang mengobrol tiba-tiba menyapa saya dan memamerkan barang-barang seni di sebelahnya. 

Langkah saya pun ikut terhenti saat melihat wayang, topeng berlukis batik, miniatur candi, dan patung dewa yang terpajang berjejer di atas meja kayu bertingkat.

“Bagus kan Mbak? Boleh kalau mau difoto, silakan,” ucap Hamid yang tiba-tiba mengizinkan, sebelum saya menawarkan.

“Bagus Pak, seperti di pameran,” jawab saya, yang akhirnya memotret juga.

Usai memotret dan mengucapkan terima kasih, Hamid seolah tak mengizinkan saya melanjutkan perjalanan. Ia tiba-tiba menjelaskan cara membuat kerajinan tersebut. Penjelasan itu pun menarik minat saya untuk berbincang lebih lama dengannya.

Setengah hari membuat tirai bambu 

Rupanya, barang-barang kesenian yang terpajang tadi bukan buatannya, tapi kerajinan milik beberapa temannya. Sementara itu, ia ahli membuat tirai bambu gulung. Tirai itu sendiri ia pasang di dinding-dinding, persis di seberang pajangan kesenian yang saya foto tadi.

“Tirai yang bergambar burung ini harganya Rp150 ribu, Mbak. Ada pasangannya juga, jadi waktu dipasang burungnya berhadap-hadapan,” ucap warga asli Magelang tersebut, yang akhirnya berdiri mendekati saya. 

Karena penasaran, saya akhirnya mengikuti langkah Hamid ke lapaknya yang berjarak sekitar 100 meter dari tempat duduknya. Di sana, ada kerajinan karya Hamid yang lebih beragam. Hamid juga menunjukkan caranya membuat tirai. 

Kerajinan bambu di KSB Borobudur, Magelang. MOJOK.CO
Kerajinan bambu di lapak Hamid. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Pertama-tama, Hamid mengeluarkan alat pahat dan sebuah batang bambu yang sudah dicat hitam. Barulah Hamid mengukir batang tersebut dengan gambar macam-macam. Karena di Borobudur, maka yang paling khas adalah gambar candi. Lalu, burung merak dan kaligrafi.

Setelah dipahat dan dihaluskan, batang bambu tersebut kemudian dibelah jadi dua dengan arit. Lalu, dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Barulah dirangkai menggunakan benang.

“Setelah itu bisa dikasih cat dan pernis, biar mengkilap,” kata Hamid.

Selain berjualan, pedagang di kawasan Kampung Seni Borobudur (KSB), Magelang juga bisa memberikan pembelajaran untuk para pengunjung yang ingin mencoba membatik, membuat gerabah, menganyam atau memahat bambu supaya jadi tas, tirai, sandal, dan sebagainya. Kegiatan itu biasa dilakukan di pendopo. Nantinya, karya yang dibuat pengunjung bisa dijual lagi oleh pedagang.

Belajar kerajinan dari paman yang juga jualan di Magelang

Teknik membuat tirai bambu Hamid pelajari sejak duduk di bangku kelas 6 SD dari pamannya. Ia sering memperhatikan pamannya berdagang di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, hingga mengikuti jejaknya sampai sekarang. Oleh karena itu, sangking mahirnya, ia bisa menyelesaikan satu tirai bambu dalam waktu setengah hari.

Iklan

“Saya cuman lulusan SD, jadi keahliannya hanya ini,” ucap Hamid.

Hamid sedang memahat. MOJOK.CO
Hamid sedang memahat bambu di KSB, Magelang. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Karena ikut pamannya, Hamid mulai berdagang di kawasan kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah sejak tahun 1990 saat usianya 15 tahun. Biasanya, ia sudah siap membuka lapaknya dari pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB. Di tahun 2000-an, Hamid bisa memperoleh uang Rp200 ribu dalam sehari. 

“Dari dulu saya kerjanya cuman ngasong, jualan. Jadi selain di kawasan Candi Borobudur saya juga jualan di lapangan sama Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Borobudur khusus hari Rabu,” kata warga Magelang itu.

Dari pekerjaannya tersebut, Hamid bisa menikahi Armiana yang juga merupakan warga asli Magelang di tahun 1997. Penghasilannya pun cukup untuk memenuhi kebutuhan ketiga orang anaknya.

“Anak-anak saya sudah kerja semua, tapi saya tetap berdagang biar nggak ngerepotin mereka. Biar cukup untuk keluarga,” ujar Hamid.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Pensiun dari Guru, Raup Puluhan Juta dengan Menganyam Bambu di Minggir Jogja atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 6 Maret 2025 oleh

Tags: Kampung Seni Borobudurkerajinan bambupedagang di Borobudurpengrajin di Magelangtirai bambu
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Memotret Geliat Para Pedagang di KSB, Gerbang Masuk Baru ke Kawasan Candi Borobudur.MOJOK.CO
Ragam

Memotret Geliat Para Pedagang di KSB, Gerbang Masuk Baru ke Kawasan Candi Borobudur

7 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Macam-macam POV orang yang kehilangan botol minum (tumbler) kalcer berharga ratusan ribu MOJOK.CO

Macam-macam POV Orang saat Kehilangan Tumbler, Tak Gampang Menerima karena Kalcer Butuh Dana

28 November 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
ump diy.MOJOK.CO

Working Poor dalam Bayang-Bayang UMP DIY 2026 dan Biaya Hidup yang Semakin Tinggi

28 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.