“Sebat dulu” adalah satuan waktu informal yang sering diingkari. Buat nyekak orang yang sering “sebat dulu” tapi ngaretnya bisa sejam, Mojok mencoba ngitung berapa lama sih waktu untuk sebat berdasarkan lima jenis rokok.
Jika Anda sebutkan satuan waktu dalam satu hari, pasti Anda akan menjawab: detik, menit, dan jam. Jika Anda jawab seperti itu, ya wajar sih, itu pelajaran anak SD. Tapi seiring berjalannya waktu, satuan waktu ini makin berkembang sesuai perkembangan masyarakat.
Udah diketahui, di Indonesia orang punya satuan waktu sendiri. Jika umumnya sekarang orang “bulan:, petani Jawa punya pranata mangsa. Jika umumnya sekarang orang pakai satuan “minggu”, orang Jawa punya konsep sepasar. Lha kok contohnya Jawa semua.
Khazanah yang lebih kiwari juga melahirkan satuan waktu informal. Ketika bicara jam kumpul, waktu azan masih sering jadi patokan. Ini sih masih normal. Ketika bicara diskusi, satuan waktu yang digunakan sering “segelas kopi”. Entah satu jam atau sampai diusir, tetap segelas kopi. Bicara masalah tidur, ada satuan “5 menit lagi”. Memang sih mirip satuan dalam Standar Internasional, realitasnya 5 menit itu bisa pas 5 menit, satu jam, atau selamanya.
Nah, bagaimana dengan satuan waktu untuk janji bertemu? Atau janji untuk menyudahi pertemuan? Satuan “sebat dulu” sering digunakan. Sebat merujuk pada sebatang rokok yang dibakar dan diisap. Waktu habisnya rokok menjadi patokan time out sebelum akhirnya berangkat ke tempat bertemu atau pamitan pulang.
Masalahnya, waktu sebat dulu ini tidak pernah terkalibrasi. Sama seperti fenomena 5 menit lagi saat tidur, sebat dulu bisa berbeda pemahamannya. Nah, pertanyaannya adalah: sebenarnya berapa lama sih sebat itu?
Dari pertanyaan inilah Mojok Institute terketuk untuk meriset fenomena ini. Kami memandang perlu ada kalibrasi perkara satuan waktu sebat dulu ini. Terutama bagi Anda golongan tidak merokok yang buta pengetahuan perihal lamanya sebatang rokok dihabiskan. Sekaligus kami ingin menghukum Anda, para pengguna satuan sebat dulu yang tidak bertanggung jawab. Masak bilang sebat dulu tapi durasinya sampai hampir wafat? Orang-orang seperti Anda memang pantas ditampar dengan kalibrasi ini.
Wawancara dulu sama ahlul sebat
Sebelum melakukan riset ini, saya merasa perlu mengambil data dari kawan-kawan ahli isap. Pertama Mas Putra (29), si kiai burjo. Menurut blio, sebat itu lamanya 15 menit… insya Allah. Kebetulan Mas Putra adalah perokok Gudang Baru. Kemudian ada Mas Don (43), pemilik toko tembakau dan pomade. Menurut blio yang rokoknya ganti-ganti, sebat itu bisa 10-15 menit, tergantung bagaimana sebat itu dijalani.
Mas Indra (24) adalah sosok lain yang memandang sebat dulu berdurasi 15-20 menit. Waktu tersebut bisa lebih jika rokok tadi memang tidak segera dibakar (haishhh). Sementara Mas Apoys (20) yang bekerja di tempat Mas Don memandang sebat sebagai satuan waktu yang fleksibel. Saat ia kami tekan untuk memberi gambaran durasi, jawabannya tetap ngalor-ngidul. Sepertinya Mas Apoys ini salah satu pengguna satuan waktu sebat dulu dengan tidak bertanggung jawab.
Memilih kelinci percobaan
Pada akhirnya kami putuskan untuk tetap menghitung sendiri berapa lama durasi sebat dulu.
Untuk melakukan kalibrasi waktu sebat, harus ada perwakilan dari 5 jenis rokok. Pertama perwakilan dari rokok kretek non-filter alias SKT (sigaret kretek tangan), yang kali ini diwakili Dji Sam Soe standar. Kemudian perwakilan kretek filter serta kretek filter mild diwakili oleh Djarum Super dan Djarum MLD. Rokok putih yang khas Amerika diwakili oleh Marlboro Merah. Terakhir adalah cerutu sebagai perwakilan dari olahan tembakau selain sigaret a.k.a. rokok, yang di sini diwakili merek Don Juan Cigar.
Oke, sampel telah siap. Lalu siapa kelinci percobaannya? Kelinci kali ini harus nyaman dan rela mengisap 5 jenis rokok yang kontradiktif ini. Lidahnya harus kuat menerima 5 jenis rokok berbeda. Dan yang pasti, paru-paru kelinci ini harus prima dan tahan banting. Sayang sekali, tidak ada kandidat yang lebih pantas sebagai kelinci percobaan selain Prabu Yudianto alias saya sendiri.
Spesifikasi saya adalah: paru-paru sudah bore-up untuk merokok up to 2 bungkus rokok filter. Konsumsi harian beragam sesuai mood, jadi doyan berbagai jenis rokok. Sudah menikmati cerutu lebih dari 5 tahun. Yang terakhir, hanya saya yang cukup selo dan nekat menjadi kelinci percobaan ini. Jadi dalam irama Sisca Kohl saya ucapkan: mari kita coba!
Menghitung durasi ‘sebat dulu’ jika rokoknya Dji Sam Soe
Siapa sih yang tidak kenal angka legendaris “234”. Yak, angka inilah yang jadi identitas rokok besutan H.M. Samporna ini. Rokok kretek ini bahkan jadi acuan rokok merek lain, baik rasa maupun kepadatan. Makanya ia pas menjadi wakil dari rokok kretek tanpa filter. Dan yang saya gunakan sebagai sampel tentu versi standar, yang warna ijo merah itu lho.
Rokok disulut, stopwatch dimulai. Saya merokok dengan sesantai mungkin, memerankan seseorang yang berniat menikmati rokok setelah mengirim pesan “Sebat dulu ya”. Lumayan, pas dengan Jogja yang sedang dingin. Rokok ini memang memberi kehangatan tersendiri.
Akhirnya bara api sudah mendekati garis kuning di badan rokok. Kecuali Anda kikir, sudah saatnya rokok dimatikan. Saya cek stopwatch saya, dan tercatat waktu 23 menit lebih beberapa detik. Baiklah, jika sebat dulu menggunakan rokok kretek tanpa filter, kira-kira akan memakan waktu 23 menit. Lebih kurangnya mungkin tidak terasa.
Durasi sebat dulu rokok kretek non filter: 23 menit
Menghitung durasi ‘sebat dulu’ jika rokoknya Djarum Super
Rokok kedua ini juga telah menjadi salah satu mazhab bagi rokok lain. Djarum Super yang khas keharumannya ini punya kepadatan yang cukup mantap. Pas untuk menemani bekerja seperti mengaduk semen sampai menulis prosa. Aroma wanginya juga cocok bagi pegawai kantoran agar tak berbau daun terbakar saat masuk ruang kerja.
Mari kita sulut dan hitung durasinya. Saya ramal sih tembus 15 menit, mengingat padatnya rokok ini. Saya juga mencoba sesantai mungkin agar relevan dengan istilah sebat dulu. Sambil mengobrol dengan kawan tentunya. Kebetulan obrolannya menarik meskipun mengada-ada: kapan UMR Jogja naik. Tak apa, sesungguhnya saya cuma berfokus pada rokok ini.
Sudah dekat filter, saatnya rokok ini dimatikan. Untuk durasi Djarum Super, tercatat 16 menit dibutuhkan untuk menghabiskan sebatang rokok. Nah, kalau ada kawan Anda yang merokok Djarum Super, pertanyakanlah jika sebat dulu ala dia bisa lebih dari 20 menit. Bisa jadi dia berbohong atau lupa arti sebat dulu. Sebat dulu itu sebatang rokok saja ya. Bukan sebatang rokok saat ini, sebatang lagi nanti, tahu-tahu satu bungkus habis.
Durasi sebat dulu rokok kretek filter: 16 menit
Menghitung durasi ‘sebat dulu’ jika rokoknya Djarum MLD
Perwakilan rokok kretek filter mild saya percayakan pada Djarum kembali. Tepatnya seri Djarum MLD. Saya memilih yang warna hitam isi 12. Harganya memang masih masuk akal sih. Lagi pula saya suka kesan sejuk dingin dari asapnya. Alasan terakhir, ya memang dapatnya ini aja.
Karena dari tadi saya menikmati rokok “berat”, tarikan pertama rokok ini langsung gasss polll. Paru-paru bore up ini menuntut suplai nikotin yang tidak bercanda. Ya sudah, saya coba kalem dengan sesekali meletakkan rokok ini di asbak. Kan mencoba menjadi kaum sebat dulu, bukan jadi knalpot Bus Mira.
Saking entengnya, tanpa sadar 11 menit berlalu. Tepat 11 menit rokok ini juga sudah habis terbakar, kecuali filter ya. Rokok mild memang rokok kilat. Pas untuk Anda yang bergerak cepat atau waktu merokoknya terbatas. Untuk Anda yang merokok mild tapi sebat dulunya lebih dari 11 menit, yang Anda iisap itu rokok mild atau keringat kaum pekerja?
Durasi sebat dulu rokok kretek mild: 11 menit
Menghitung durasi ‘sebat dulu’ jika rokoknya Marlboro Merah
Dari tadi saya menikmati rokok kretek yang Indonesia banget. Saatnya menikmati dan melakukan kalibrasi pada rokok putih. Dan tentu tidak ada yang lebih ikonik dari Marlboro Merah. Jika Dji Sam Soe itu pionir dan jadi sample rokok kretek tanpa filter, Marlboro menjadi mazhab utama rokok putih tanpa cengkeh.
Saya sulut rokok putih ini dan menyalakan stopwatch. Selanjutnya saya hanyut berdiskusi dengan kawan-kawan sampai tersadar.
“Jamput, rokoknya dimakan angin.”
Baru sejenak dinyalakan dan ditinggal di asbak, rokok ini sudah habis sampai filternya terbakar. Apa lacur, saya ulangi lagi metode pertama, dan fokus untuk menikmati rokok pahit ini dengan santai. Saat habis, yang tercatat hanya 5 menit 40 detik.
Walah, tidak sampai separuh durasi rokok kretek filter. Tidak puas, saya coba lagi merokok Marlboro merah dan mengetuk-ngetuk filternya sejenak. Biar tembakau lebih padat dan mungkin menambah durasi. Metode penelitian saya terapkan lagi, dan kali ini tercatat 6,5 menit. Hanya tambah 1 menit kurang.
Sudah paling mahal, cepat habis pula. Gapapa, toh kenikmatan mahal harganya. Tapi kalau bilang sebat dulu dan merokok Marlboro tapi selama seperempat jam, fix dia berbohong. Jangan lupa, nikmat itu memang mahal. Tapi kepercayaan lebih mahal harganya.
Durasi sebat dulu rokok putih: 6,5 menit
Menghitung durasi ‘sebat dulu’ jika rokoknya Don Juan Cigar
Sebelum mengakhiri riset ini dengan penutupan yang mantap, teman-teman saya bertanya, “Yakin lanjut?” Memang selama riset ini saya tetap merokok biasa setelah melakukan riset dan kalibrasi. Tapi apa saya masih kuat menerima satu suntikan nikotin yang tidak terdata miligramnya? Saya hanya bisa bilang, “Show must go on, baby!”
Nah, menyalakan cerutu memang tricky, apalagi menikmatinya. Untung saya memang cinta pada cerutu. Setelah bara api terbentuk, baru saya nyalakan stopwatch. Kalau cerutu sih memang harus sabar. Terburu-buru hanya akan membakar lidah dan kehilangan nikmatnya.
“Belum habis?” tanya Apoys yang dari tadi memperhatikan saya. Mungkin khawatir pada sepupunya ini.
“Belum,” jawab saya singkat sambil menunjukkan raut muka bosan. Ini rokok kapan habisnya sih?
Saat cek durasi di stopwatch, waktu sudah berjalan sekitar 25 menit. Dan cerutu saya masih sepertiga lagi. Ya Semesta! Saya memang doyan cerutu, tapi setelah mencoba 4 jenis rokok, saya mulai bosan menikmati nikotin. Tapi profesionalitas saya dituntut dan integritas saya dipertaruhkan!
Sudah 35 menit stopwatch berjalan, dan rasa cerutu ini mulai pahit dan basah. Ini tandanya cerutu sudah cukup dinikmati. Makin dipaksakan hanya membuat cerutu makin tidak nikmat. Dan 35 menit adalah durasi untuk sebat dengan cerutu. Tandanya ini adalah sebat terpanjang. Cocok bagi Anda yang suka mengulur waktu dengan tidak terhormat.
Durasi sebat dulu cerutu: 35 menit
Kesimpulan
Jika kita tidak mengikutkan cerutu sebagai penentu waktu sebat, rerata waktu sebat adalah 12 menit. Kenapa saya tidak memasukkan cerutu? Ya, karena konsumen cerutu memang tidak banyak. Setidaknya cerutu jadi gambaran saja sih bagaimana sebat bisa sepanjang 30 menit lebih.
12 menit boleh kita jadikan satuan baku sebat. Apalagi jika satuan ini digunakan oleh mereka yang belum jelas apa rokoknya. Kecuali mereka si pengguna sebat dulu menyebutkan rokok dan jenis rokoknya, bisalah pakai hasil kalibrasi saya tadi.
Ingat ya, rata-rata 12 menit. Jadi untuk kalian para perokok yang merasa santun, cobalah tertib untuk memberi janji sebat dulu. Jangan bilang sebat dulu tapi baru tiba 1 jam kemudian. Apa rokok kalian itu sepanjang tongkat Pramuka? Jangan memanfaatkan ketidaktahuan teman atau partner Anda lalu memakai sebat dulu dengan tidak pantas.
Dan untuk Anda yang sering mendapat janji palsu sebat dulu, gunakan patokan 12 menit sebagai peringatan. Jika sudah 12 menit kok belum muncul, cukup pertanyakan, “Kamu sebat apa kuliah?” Apalagi kalau memang kurang ajar sampai satu jam lebih. Sebaiknya Anda pastikan kondisi teman Anda, apakah emang ada halangan atau brengseknya paripurna.
Semoga bermanfaat.
BACA JUGA Perokok Halim, Rokok Halim, dan Lima Kelebihan Mereka dan liputan menarik lainnya di Mojok.