Di Surabaya sempit dan semrawut karena keadaan
Lantaran tak tahan dengan rasa penasaran, saat masih di Nologaten itu pula saya mencoba meminta keterangan pada seorang penjual di warung Madura. Khmadan namanya, (34).
Ia menjaga warung Madura milik saudaranya yang buka baru pada pertengahan 2021 lalu.
Khamdan tertawa geli saat saya paparkan soal anggapan orang-orang dari Surabaya yang menganggap warung Madura di Jogja tak sesuai konsep karena terlalu mewah.
Khamdan maklum ketika kesan minor seringkali melekat pada orang Madura. Namun, untuk menjawab soal perbandingan antara warung Madura di Jogja dan Surabaya, Khamdan punya penjelasan yang masuk akal.
“Di Surabaya sulit cari kios dengan harga sewa murah. Bagus dikit atau luas dikit saja, pasti sudah mahal,” ujar Khamdan.
“Maka, yang sempit-sempit pun jadi. Yang penting barang-barang jualan bisa masuk. Ditata seada-adanya karena tempatnya terbatas,” terangnya.
Sementara di Jogja, Khamdan mengaku tak tahu harga sewa ruko yang saudaranya pakai untuk membuka warung Madura tersebut.
Namun, ia menduga, kenapa warung Madura di Jogja pakai kios yang sedikit lebih bagus dan luas ketimbang di Surabaya adalah karena memang hanya itu yang ada.
“Kalau ada yang sempit-sempit kayak di Surabaya, ya bukan nggak mungkin kalau dijadikan warung Madura. Kalau harga sewanya kecil juga,” ujar Khamdan. Karena memang tak jarang pula ada warung Madura di Jogja dengan ukuran tak lebih dari 3×4, seperti yang pernah reporter Mojok, Ahmad Effendi, liput.
Menurut Khamdan, warung Madura di Jogja yang cenderung rapi dan tak semrawut justru bisa menjadi nilai plus tersendiri. Lebih-lebih, Jogja adalah Kota Pelajar. Para pelajar (mahasiswa-mahasiswa di Jogja) pastinya lebih menyukai ketertataan.
Punya ciri utama yang sama
Lebih lanjut, Khamdan menyebut bahwa meskipun punya konsep desain yang berbeda, tapi sejatinya warung Madura di Jogja dan Surabaya memiliki ciri dan tujuan sama.
Warung Madura menyediakan aneka kebutuhan pokok dengan harga yang lebih rendah dari harga-harga di minimarket. Mulai dari sembako, rokok, jajanan, alat mandi, hingga bensin (baik eceran pakai botol atau pom mini).
Warung Madura pun siap siaga buka 24 jam. Hal ini tentu memudahkan orang-orang yang ingin membeli sesuatu lewat tengah malam, saat minimarket atau toko-toko non warung Madura sudah tutup.
“Terutama yang mau nyari rokok atau bensin. Pasti sangat terbantu,” ucap Khamdan penuh percaya diri.
Lebih dari itu, setiap warung Madura di berbagai daerah menurut Khamdan pasti memiliki semacam paguyuban. Di mana paguyuban tersebut tak hanya sekadar untuk kumpul-kumpul antar orang Madura saja. Melainkan bagaimana agar melalui warung Madura tersebut orang-orang Madura bisa sukses secara bisnis dan finansial. Madura support Madura.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News