MilkLife Archery Challenge (MLARC) KEJURNAS Antar Club 2025 di Suppersoccer Arena (SSA), Kudus menjadi olahraga pertama panahan di Indonesia yang mempertemukan atlet antarklub. Lewat pertandingan ini, para atlet senior panahan berharap bisa bertemu dengan bibit-bibit unggul yang akan mengharumkan nama Indonesia nantinya.
Nostalgia perjalanan 3 Srikandi
Sejumlah atlet panahan usia anak-anak hingga dewasa tampak fokus berlatih untuk pertandingan MLARC KEJURNAS Antar Club 2025 di sisi kiri lapangan SSA, Kudus. Kompetisi panahan yang digagas oleh Persatuan Panahan Indonesia (Perpani), MilkLife, dan Djarum Foundation itu berlangsung pada 9-19 Desember 2025.
Di tengah sesi latihan, beberapa atlet yang mulai istirahat tampak menyalami sosok perempuan dengan kaos putih berlengan pendek. Ia adalah Nurfitriyana Saiman (63), salah satu atlet senior panahan yang meraih medali Olimpiade pertama untuk Indonesia di Seoul tahun 1988.
Saat Olimpiade tersebut, Nurfitriyana Saiman atau yang akrab dipanggil Yana tak bertanding sendiri. Ia, bersama Lilies Handayani dan Kusuma Wardhani menjadi perwakilan satu-satunya dari Indonesia yang mengikuti kompetisi cabang olahraga (cabor) panahan kategori beregu putri.
Pada pertandingan itu, ketiganya berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional dengan memperoleh medali perak. Saking epiknya kisah mereka, Produser Raam Punjabi dan Sutradara Imam Brotoseno sampai mengangkat kisah tersebut ke layar lebar dengan judul “3 Srikandi”.

Prestasi 3 Srikandi di Olimpiade tidak hanya menjadi medali pertama bagi Indonesia, tapi sebagai simbol semangat dan motivasi bagi generasi atlet berikutnya untuk berprestasi.
Sebab Yana tak memungkiri, olahraga panahan sendiri pada saat itu masih kurang terkenal di Indonesia dibandingkan bulu tangkis misalnya. Bahkan hingga saat ini, medali perak yang diraih Yana, Lilies, dan Kusuma masih menjadi medali satu-satunya yang dimiliki Indonesia dalam Olimpiade cabor panahan. Artinya, sejak tahun 1989 hingga 2025, belum ada atlet panahan yang berhasil menjuarai Olimpiade.
Regenerasi atlet olahraga panahan
Nurfitriyana Saiman alias Yana berharap atlet panahan di Indonesia bisa mengikuti jejaknya sampai pertandingan Olimpiade. Sebuah kompetisi olahraga multi-cabang internasional terbesar di dunia yang diadakan setiap empat tahun sekali.
Oleh karena itu, ia mengaku terharu saat melihat pertandingan MLARC KEJURNAS Antar Club 2025. Sebab di sana, ia tak hanya melihat kegigihan para atlet untuk jadi juara, tapi juga minat dari para peserta, mulai dari anak-anak hingga yang tua.
“Saya takjub karena para atlet disini benar-benar begitu banyak sekarang. Apalagi ini pertandingan Kejurnas antarklub ya, jadi bibit-bibit unggulnya kelihatan semua di sini, se-Indonesia,” kata Yana.

Wakil Ketua Umum II PB Perpani, Abdul Rozak berujar pertandingan panahan kejurnas antarklub merupakan inovasi pertama yang mereka lakukan. Mengingat sebelumnya, ada regulasi yang menyatakan jika satu provinsi hanya bisa mengirim 4 atlet terbaiknya per gender dan per divisi.
“Dengan diadakan kejurnas antarklub ini, kami harap teman-teman di daerah bisa merasakan atmosfer pertandingan di level nasional,” ujarnya.
Abdul Rozak juga berharap dengan adanya pertandingan panahan Kejurnas antarklub, Perpani bisa menemukan bibit-bibit unggul dan berprestasi yang akan mengharumkan nama Indonesia nantinya. Seperti di ajang Southeast Asian Games (SEA Games) yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand pada Rabu (18/12/2025).
“Alhamdulillah, puji syukur kita ke Allah SWT, tim panahan indonesia berhasil jadi juara umum di SEA Games dengan medali 6 emas dan 2 medali perunggu dari 10 nomor yang dipertandingkan.” Kata dia.
Panahan bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari
Selain mengejar juara, Abdul Rozak berujar MLARC KEJURNAS Antar Club 2025 sejatinya adalah wadah bagi para atlet untuk latihan, sekaligus menambah jam terbang mereka.

“Karena kalau dia berlatih terus tanpa adanya pertandingan, hasilnya tidak akan nampak,” ucapnya.
Lebih dari itu, Yana berujar juara hanyalah bonus bagi para atlet, tapi manfaat sebenarnya bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab bagi Yana, panahan adalah olahraga terbaik untuk melatih kefokusan.
“Panahan itu bagus untuk kehidupan ke depan, baik saat ia sekolah maupun bekerja nanti. Karena dengan latihan panahan terus menerus dia bisa menguasai dirinya sendiri, membentuk karakter, dan melatih emosi,” tutur Yana.
Selama 45 tahun menggeluti panahan Yana berujar jadi terbiasa berpikir positif, serta memilah-milah mana hal yang ia bisa kontrol dan yang tidak. Selain itu, olahraga panahan juga menjadikan dirinya lebih dewasa dibandingkan dengan saudara-saudaranya.
“Saya ini kan anak bungsu ya di rumah, sementara saya selalu bisa menjadi penengah di antara kakak-kakak saya. Walaupun memang masih banyak sebetulnya yang harus saya pelajari, tapi kok saya bisa memutuskan gitu loh,” kata Yana.
Perlu konsistensi dan ketahanan mental

Yana tak menampik kalau latihan panahan cukup monoton alias harus banyak menembak. Sebab yang diharapkan dari latihan panahan memang otomatisasi, sampai dia tahu sendiri otot-otot mana yang bekerja.
Apalagi, setiap orang punya masalah tersendiri sehingga jenis latihan bahkan alat panah juga harus disesuaikan. Mulai tinggi badan, panjang hidung, hingga riwayat penyakit. Oleh sebab itu, atlet panahan dituntut untuk mengenal dirinya sendiri. Begitu pula tugas pelatih.
Khusus untuk anak-anak, latihannya harus dibuat semenyenangkan mungkin. Misalnya, mengombinasikan olahraga fisik dengan sebuah permainan sampai mereka paham teknik.
“Mangkanya kalau bertemu anak-anak yang sedang latihan saya selalu tanya, senyumnya mana? Karena dengan senyum itu sebetulnya kita bisa melawan hati yang awalnya kaku jadi luwes,” kata Yana.
Dengan latihan secara konsisten dan motivasi yang tinggi, Yana berharap atlet-atlet panahan di Indonesia bisa berprestasi dan membanggakan ibu pertiwi.
“Karena sebetulnya saya melihat banyak potensi di sini, bahkan bisa saya katakan mereka ini sudah layak dan siap untuk mengikuti Olimpiade. Semoga kedepannya kita juga bisa mengharumkan nama bangsa dengan mendapatkan juara.” Ucap Yana.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa” atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.













