Umbul Ponggok dan berbagai destinasi wisata air di Klaten adalah sumber kesegaran bagi orang-orang dari Jogja dan Solo Raya. Bahkan, orang Jambi sampai iri karena di daerahnya nyaris tidak ada pemandian dengan kesegaran serupa.
Sudah lama saya tidak mengunjungi Klaten untuk menikmati segarnya kolam penampungan mata air (umbul) alami. Klaten, sejak dulu jadi destinasi bagi orang wisata air yang menyenangkan. Bermula dari ketenaran Umbul Ponggok yang berlanjut dengan pengelolaan umbul-umbul lain yang tak kalah menarik.
Sebelumnya, sudah dua destinasi yang pernah saya sambangi yakni Umbul Ponggok dan Umbul Cokro. Namun, karena Umbul Cokro biasanya begitu padat saat akhir pekan, maka pada Minggu (3/3/2024) saya putuskan untuk mengunjungi pilihan antara Umbul Ponggok, Besuki, dan Kapilaler yang jaraknya berdekatan.
Saya dan teman bernama Lia (23) berangkat dari Jogja sekitar jam 06.45 pagi. Lia merupakan perempuan asal Jambi yang sejak lama penasaran untuk bermain air di Klaten.
Kami tiba di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten sekitar jam 8 kurang sedikit. Namun, saat melintas di Umbul Ponggok, kolam masih tampak sepi. Pagarnya pun masih ditutup.
Kami akhirnya memutuskan untuk menuju pemandian lain dekat Umbul Ponggok yakni Umbul Besuki. Jaraknya, tak sampai satu kilometer masuk sedikit ke dalam perkampungan.
Syukurnya, tempat tersebut sudah buka namun belum ramai. Tiket masuk ke Umbul Besuki harganya Rp10 ribu per orang. Pengunjung bisa menikmati tiga kolam yang terdiri dari dua kolam berlantai keramik dan satu kolam utama dengan dasar pasir dan bebatuan.
Kesejukan Umbul Ponggok hingga Umbul Besuki yang bikin iri orang Jambi
Kami tentu memilih kolam utama yang tampak segar. Ciri dan sisi menarik mandi di umbul adalah kesegaran dan keasrian yang terlihat dari wujud kolamnya. Di sekitarnya pun ada pohon besar seperti beringin.
Lia langsung antusias untuk masuk ke kolam sedalam 1,3 – 2 meter tersebut. Saya pun ikut menyusul, segarnya air langsung mengusir kantuk dan lelah pascaperjalanan.
Sambil main air di tepian, ia berkelakar bahwa tempat semacam ini tak ada di daerah asalnya, Jambi. Di sana, menurutnya ada beberapa kolam renang yang jadi jujugan masyarakat.
“Tapi airnya nggak segar. Di Jambi ya wisata air itu-itu saja. Ditambah lagi nggak ada pantai di sana. Mungkin di daerah pegunungan seperti Kerinci ada ya tapi nggak tahu, yang dekat kota nggak ada sama sekali” kelakarnya.
Di Jambi memang ada aliran Sungai Batanghari. Namun, terlalu berbahaya untuk berenang. Selain itu, airnya juga tidak sejernih umbul-umbul di Klaten.
Desa kaya berkat mata airnya
Umbul Besuki dan Umbul Ponggok masih berada di satu desa. Bedanya, Umbul Besuki ini baru dikembangkan menjadi destinasi wisata pada akhir 2019 silam.
“Dulunya itu masih alami, tanggulnya itu masih dari batu-batuan. Renovasinya dimulai 2018 akhir. Dikembangkan untuk wisata itu 2019,” kata Kirno selaku pengelola Umbul Besuki melansir laman resmi Pemkab Klaten.
Kekayaan sumber mata air di Klaten, terkhusus di Desa Ponggok, membuatnya menjadi desa dengan pendapatan terbesar di Indonesia. Selain Umbul Ponggok dan Besuki, ada pula Umbul Kapilaler yang juga berada di desa ini.
Berdasarkan data BPS pada 2015 silam. Klaten tercatat memiliki 174 mata air. Sebagian memilki debit air yang besar sehingga bisa ditampung menjadi kolam alami yang menyegarkan untuk mandi.
Jangankan Lia yang dari Jambi, saya saja yang berasal dari kota lain di Jawa Tengah merasa iri dengan Klaten yang punya kekayaan mata air semacam ini. Bagaimana tidak, berenang di air segar dan bersih, selain menyenangkan juga rasanya begitu membuat rileks pikiran.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Wisuda di Sleman City Hall Bikin Mahasiswa Prihatin kepada Pengunjung, Rasanya Seperti Kondangan
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News